***Setelah di kedai kopi, Manda melihat Kanaya tak begitu muram lagi wajahnya. Manda langsung mengirim chat pada Raka, memberitahukan bahwa Kanaya akan pulang sedikit terlambat."Sudah baikan?" tanya Manda.Kanaya mengangguk. "Maafkan aku yah, aku malah meminta Mbak Manda untuk menemaniku. Padahal kan awalnya Mbak Manda yang minta aku untuk menemani.""Enggak masalah," jawab Manda. "Apa mereka yang menyebabkan kamu jadi muram?" tanyanya penasaran.Kanaya tersenyum dan mengembuskan napasnya. "Apa aku kelihatan tak nyaman tadi, Mbak?""Iya, wajahmu bahkan langsung muram," sahut Manda. "Aku malah mengizinkan mereka gabung dengan kita, aku pikir mereka teman baikmu. Kalau aku tahu kamu enggak nyaman dengan mereka, pasti tadi aku enggak akan mengizinkan mereka. Maafkan aku...""Enggak usah minta maaf segala, Mbak. Aku belum bisa mengontrol rasa tak nyaman di depannya. Aku masih belum terlatih untuk bersikap tenang jika ada dia," tukas Kanaya."Memangnya siapa orang yang membuatmu tak nyam
***"Mas!!" pekik Kanaya, ia langsung mencubit pipi Raka dengan gemas. "Tukang gombal kamu! Pasti kamu ikutan ajian dari Mas Adit yah? Aliran bapak-bapak!" Ucapan Kanaya mengundang tawa Raka. "Sayang, kamu kok cantik banget pakai gaun tidur warna kuning," ucap Raka memuji."Matamu harus diperiksa sepertinya, masa warna pink dibilang warna kuning," celetuk Kanaya."Ah... berarti benar kata orang-orang, kalau cinta itu buta," ujar Raka dengan senyuman yang Kanaya lihat seperti penuh arti."Mas, kamu kenapa egois banget sih!" celetuk Kanaya."Ha? Egois kenapa?" tanya Raka bingung."Ibu dan mendiang ayahnya Mas kan manusia biasa, kok bisa sih kamunya itu malaikat, Mas. Malaikat penjagaku," jawab Kanaya menyimpulkan senyum.Raka menghela napas panjang, ia sepertinya tak bisa melawan istrinya kalau sudah bermain kata. "Kayaknya Mas kalah deh kalau harus adu gombalan sama kamu.""Kata siapa? Justru Mas suhunya, master gombal," celetuk Kanaya.Raka langsung menepuk jidatnya, kali ini pasti i
*** Cherry langsung melingkarkan tangannya ke lengan kanan Kanaya. “Kak, kita nikmati makan siang bersama yuk! Sambil bincang-bincang santai. Biarkan suami kita bicara sesama lelaki,” ajaknya sambil tersenyum. “Pak Raka, aku pinjam kak Kanaya yah!” Cherry meminta izin dan Raka hanya mengangguk tanda ia setuju.Sedangkan di sisi lain, Kanaya masih canggung untuk bicara berdua dengan Cherry. Ia tak sanggup jika nanti Cherry terus mengorek-ngorek masa lalunya. Bukannya ia enggan menjawab apa yang ingin perempuan itu tanyakan, tapi ia tak mau jika nanti Cherry salah paham padanya.“Kak teman Kakak banyak yah! Aku iri,” cicit Cherry tiba-tiba.“Lho kok bisa-bisanya perempuan sempurna seperti kamu itu iri sama aku?” tanya Kanaya menatap perempuan itu bingung.Cherry terkekeh. “Aku memang terlihat mempunyai banyak teman, Kak. Tapi, mereka berteman denganku karena statusku. Aku tahu kok mereka dibelakangku itu diam-diam membicarakanku dan menjelek-jelekanku. Aku sudah tahu, tapi aku bisa apa
***Kanaya langsung bergegas menjemput Maryam di sekolahnya. Beruntung setibanya di sana, masih ada waktu setengah jam lagi Maryam keluar.Di saat Kanaya akan duduk di tempat biasa, di sebuah cafe sebelah sekolah Maryam, tubuhnya terasa kaku, netra miliknya menangkap sosok lelaki yang membuatnya muak.Baru saja Kanaya ingin membalikkan tubuhnya, tangan kuat milik Daniel langsung menahan langkahnya terhenti."Lepaskan!" pinta Kanaya, ia menatap benci lelaki itu. Daniel langsung melepaskannya."Apa aku ini racun? Kamu enggan menatapku sama sekali, aku tidak akan membunuhmu," ucap Daniel. "Kamu bahkan lebih dari sekedar racun," sindir Kanaya."Sudah belasan tahun berlalu, aku pikir kamu sudah melepaskan hal yang lalu. Bukankah saat ini kamu sudah bahagia? Menemukan rumahmu untuk tinggal? Jika sudah menemukannya, kenapa kamu masih membenciku?" tanya Daniel menuntut penjelasan."Kamu tidak akan pernah paham karena kamu tak punya hati! Kamu tidak akan pernah merasakan, bagaimana duri yang
***Suasana malam ini begitu sepi, di sebuah kamar apartemen mewah, ada dua sejoli yang sedang memadu kasih dalam pekatnya kenikmatan. Suara mereka yang tak karuan tak keduanya sadari.Di tengah-tengah pergumulan hebat di atas ranjang, tiba-tiba saja wajah Kanaya terlintas di benaknya, wajah Kanaya yang sedang menamparnya membuat Daniel menghentikan aktifitasnya itu."Kenapa, Hun?" tanya Lucy dengan suara yang masih tak karuan.Daniel tak menjawab, ia langsung bergegas menuju kamar mandi tanpa memakai baju sehelai benang pun.Daniel langsung membuka kran shower dan mengguyur tubuhnya. Pikirannya yang mengingat tentang perempuan itu ingin ia enyahkan, ia tak ingin perempuan itu terus saja mengusiknya setiap saat. Bahkan, dalam tidur pun selalu saja terbayang wajah Kanaya."Sial! Aku harus bisa mengendalikan perasaan terkutuk ini!" racau Daniel di tengah guyuran air.Setengah jam berlalu, Daniel ke luar dari kamar mandi dan di atas ranjang, Lucy masih setia menunggunya. Kali ini Lucy me
***Bara sudah sampai di Jakarta sehari lebih cepat, ia langsung ke penthouse pribadinya dan tak pulang ke rumahnya yang ia tinggali bersama Cherry. Bara merasa lelah karena dua hari ini sibuk melakukan perjalanan bisnis di Thailand.Bara langsung melepaskan lelahnya dengan merebahkan dirinya di atas kasur. Sudah dua hari ini, ia tak mengabari Cherry. Bara masih belum bisa melepaskan bayang-bayang Kanaya di hatinya. Rasa cemburunya saat lelaki lain mengenggam tangan Kanaya membuatnya sampai tak bisa mengendalikan amarahnya. Beruntung ia langsung pergi ke Thailand, jika masih di rumah saja mungkin saja istrinya akan terkena dampaknya.Ada seseorang yang masuk ke unit penthouse-nya, Bara tahu siapa satu-satunya yang bisa bebas masuk ke unitnya, siapa lagi kalau bukan Betrand. Bara langsung ke luar dari kamar dan duduk menemui lelaki itu."Sudah kuduga, kamu pasti pulang ke sini dari pada ke rumahmu. Kenapa kamu tak pulang ke rumah? Istrimu selalu menunggu kabarmu dan juga kepulanganmu,"
***"Mas kenapa?" tanya Kanaya, ia merapihkan baju ke dalam koper dan menghampiri suaminya yang dari tadi duduk melamun di depan layar televisi."Anak-anak sudah tidur?" Raka malah bertanya balik."Sudah, Mas. Anak-anak tidur cepat, besok kan sudah harus ke Bandung," jawab Kanaya. "Mas ada masalah? Mau cerita sama aku?" tanyanya lagi."Mas hanya kepikiran sesuatu. Ada yang telepon Mas tadi. Kamu mau bantu Mas, enggak?" "Tentu saja aku mau bantu, Mas. Aku pasti membantumu secara maksimal," balas Kanaya.Raka mengulas senyum. Saat ini ia tidak mau menebak-nebak lagi, ia tak mau tenggelam dalam pikirannya. Semuanya harus tuntas dan jelas agar tak ada tanya yang membelenggu di hatinya."Kamu ingat enggak punya teman sekolah waktu SMA yang bernama Dery?" tanya Raka.Kanaya berpikir sejenak untuk mengingatnya, tak lama ia langsung menggelengkan kepalanya. "Aku enggak ingat dia dan enggak ada teman SMA yang bernama Dery, Mas. Kenapa memangnya? Ada orang yang namanya Dery itu ngaku sebagai t
***Acara lamaran Gibran dengan Mutia akhirnya berjalan lancar. Mereka berbincang hangat dengan keluarga calon besan. Keluarga Mutia sangat baik dan juga ramah pada mereka. Apalagi ayahnya Mutia sangat cocok dengan Asep, mereka berdua yang jadi pemecah kesunyian."Nanti kalau Gibran buat kamu nangis, jangan sungkan bilang sama kami yah, Nak. Papa dan mama pasti marahin dia," pinta Asep."Insya Allah A Gibran enggak begitu, Pa. Semenjak kami pacaran sampai sekarang pun A Gibran sangat baik, bahkan membantu Abah sama Ambu dan adik-adik," jawab Mutia."Syukur kalau anak Papa ini enggak pernah buat kamu nangis. Papa sama mama selalu mendoakan hari H kalian nanti berjalan lancar dan rumah tangga kalian nanti harmonis dan diberi keberkahan sama Gusti Allah," ucap Asep berdoa."Kami senang karena anak kami mau menikah dengan A Gibran. Mutia itu anak yang masih manja, tidur juga minta ditemani. Makanya saat Mutia bilang mau menikah, kami kaget. Kok bisa Mutia yakin mau nikah, padahal dia ogah
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa