***Acara lamaran Gibran dengan Mutia akhirnya berjalan lancar. Mereka berbincang hangat dengan keluarga calon besan. Keluarga Mutia sangat baik dan juga ramah pada mereka. Apalagi ayahnya Mutia sangat cocok dengan Asep, mereka berdua yang jadi pemecah kesunyian."Nanti kalau Gibran buat kamu nangis, jangan sungkan bilang sama kami yah, Nak. Papa dan mama pasti marahin dia," pinta Asep."Insya Allah A Gibran enggak begitu, Pa. Semenjak kami pacaran sampai sekarang pun A Gibran sangat baik, bahkan membantu Abah sama Ambu dan adik-adik," jawab Mutia."Syukur kalau anak Papa ini enggak pernah buat kamu nangis. Papa sama mama selalu mendoakan hari H kalian nanti berjalan lancar dan rumah tangga kalian nanti harmonis dan diberi keberkahan sama Gusti Allah," ucap Asep berdoa."Kami senang karena anak kami mau menikah dengan A Gibran. Mutia itu anak yang masih manja, tidur juga minta ditemani. Makanya saat Mutia bilang mau menikah, kami kaget. Kok bisa Mutia yakin mau nikah, padahal dia ogah
***"Teteh," panggil Gibran."Kenapa?""Gibran mau bicara sama Teteh. Tapi kalau bisa berdua saja, penting," bisik Gibran."Memangnya rahasia yah?" tanya Kanaya mengernyitkan keningnya. Gibran mengangguk. "Bentar atuh yah, Teteh bicara dulu sama mas Raka, takutnya dia cariin Teteh," pintanya."Gibran tunggu saja di kamar ya, Teh."Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Kanaya datang. Ia langsung duduk di sebelah adiknya. "Kamu memangnya mau bicara apa sama Teteh? Kok serius banget, sampai harus bicara berdua."Gibran menghela napas panjang, ditatapnya Kanaya dengan perasaan gusar. "Teh, waktu itu Gibran bertemu dengan lelaki brengsek itu," ujarnya."Siapa lelaki brengsek itu?" Kanaya menatap Gibran dengan penuh tanya."Lelaki yang membuat hidup keluarga kita hampir berantakan," jawab Gibran pelan.Kanaya terdiam sejenak, ia tersenyum tipis dan mengerti siapa lelaki yang dimaksud oleh Gibran. "Daniel kan?" tanyanya memastikan.Gibran mengangguk. "Teteh sudah tahu dia datang ke Indon
***Raka dan Kanaya menikmati malam Minggu mereka di Bandung. Kanaya tampak berbeda malam ini, riasan yang dipakainya saat ini terkesan lebih membuat Kanaya tampak muda. Raka tertegun, ia tersenyum menatap surga nyata di depannya."Mas kok senyum-senyum sendirian?" Mas butuh piknik yah?" tanya Kanaya.Raka tersenyum, ia langsung menarik pinggang Kanaya yang saat ini terasa ramping. "Cukup menatapmu saja membuat pikiran Mas jadi waras kok," balasnya sambil memincingkan sebelah matanya."Masa? Berarti Mas enggak butuh liburan? Jadi kalau aku dan anak-anak mau liburan, Mas diam saja ya di rumah. Kalau suntuk tinggal lihat foto aku, bereskan?" Lagi-lagi ucapan Kanaya mengundang tawa bagi Raka. Ia tersenyum dan membelai lembut rambut Kanaya. "Masa Mas enggak diajak, Mas kan mau terus disamping kalian.""Mas di sini yang datang anak muda semua, kita kok berasa jadi yang paling tua ya," ucap Kanaya sambil tertawa pelan."Mereka enggak tahu kalau kita sudah kepala tiga. Apalagi kamu masih ke
***Aku belum bisa membuat Kanaya merasa lebih baik. Kejadian malam itu membuat aku banyak bertanya-tanya, ada apa dengan istriku? Dia tak menjawab setiap tanya yang kuberikan, setiap aku bertanya ada apa, kenapa, siapa pengirim sebuket bunga itu, jawaban dia hanya menangis dan menangis.Aku ingin marah saat itu, kenapa dia tak pernah mau jujur padaku. Selama ini, aku tak banyak menuntutnya, tak banyak bertanya karena aku ingin dia yang menceritakan segalanya padaku. Aku ingin dirinya menganggap aku sebagai tempatnya untuk bersandar.Aku terbangun dalam tidurku dan kulihat Kanaya sedang melamun dengan tatapan kosong di sebelahku. Aku membelai wajahnya dan dia terperanjat melihat ke arahku."Kenapa melamun? Susah tidur?" tanyaku dengan suara serak.Kanaya hanya tersenyum samar. "Mas kenapa bangun?" "Mungkin Mas juga sulit tidur karena kamu alasannya," jawabku jujur. Aku menghela napas panjang dan aku menatap Kanaya lekat. "Sudah dua malam kamu begini, setelah pulang dari Bandung pun k
***"Mas aku minta maaf karena sikapku yang mungkin menciptakan ruang tanya untukmu selama ini. Aku tahu kalau selama ini aku egois karena aku tak pernah memberikan kepastian jawaban agar tak ada lagi tanya di hatimu," cicit Kanaya. "Mas, aku sebenarnya—" suara Kanaya tercekat, ia menghela napasnya dan Raka mengenggam tangannya erat membuat Kanaya menjadi jauh lebih tenang. "Dulu Daniel menjebakku dan membuatku hampir mengakhiri hidupku sendiri," tambahnya dengan suara bergetar.Raka tersentak, hatinya terasa ditikam. Bagaimana bisa gara-gara lelaki itu membuat dunia Kanaya hampir padam. "Sayang, jika menceritakan hal itu membuat luka itu basah lagi, jangan ceritakan! Mas tak masalah dan tidak akan pernah lagi menuntutmu untuk bercerita. Mas paham, jika ada rahasia yang memang harus dipendam sendirian agar tak membangunkan luka itu. Mas tak masalah, jangan ceritakan apapun," pintanya tersenyum.Kanaya menggelengkan kepalanya. "Aku harus cerita, Mas. Aku ingin kamu juga tahu sisiku yan
***Daniel tersenyum penuh kemenangan karena akhirnya ia bisa menaklukkan hati Kimberly anak satu-satunya dari Stephen Markus, pengusaha asal Jerman yang mempunyai darah Indonesia. Langkahnya semakin mudah untuk menggantikan Bara sebagai pewaris dari Tjandra Group. Daniel ingin lelaki itu menderita karena kalah darinya.Daniel terkejut melihat ada Lucy di apartemen mewahnya. Perempuan itu sedang menatapnya dengan penuh amarah."Kenapa tak pernah menjawab pesan atau panggilan dariku?" tanya Lucy dengan kesal."Kewajibanku bukan mengurus hal receh seperti itu," jawab Daniel tak peduli."Kamu benar-benar ingin membuangku?" tanya Lucy. Suaranya benar-benar terasa menyakitkan."Aku sudah bosan denganmu dan kamu juga tahu kalau aku benci dengan namanya komitmen, aku benci dikurung yang mengatasnamakan pernikahan," sahut Daniel.Lucy tertawa, ia merasa harga dirinya sangat rendah di mata Daniel. "Apa yang kulakukan selama ini untukmu itu... apa tidak ada artinya sama sekali di matamu?""Kita
***"Mas tadi lucu banget lho lihat Rieke jadi pendiam gitu," ucap Kanaya sambil menahan tawanya."Rieke? Masa sih? Dia mana bisa jadi anak yang diam gitu," tukas Raka tak percaya."Mungkin tadi terasa mimpi baginya Mas. Aku yakin malam ini dia masih bengong dan tidak bisa tidur dengan nyenyak," balas Kanaya terkekeh."Memangnya ada apa sih, yang? Kok bisa tadi sikap Rieke mendadak jadi kalem gitu, enggak banyak ngomong? Mas juga ngerasa Rieke sedikit berbeda," kata Raka penasaran."Tadi Rieke sempat salah salah paham dengan kedatangan Ibu. Rieke merasa jika ibu datang ke kedai kopi milik dan Rendra itu untuk menghinanya lagi. Mereka sempat adu argumen. Saat ibu bilang kalau dia datang karena ingin lihat kedai kopi milik calon menantunya, Rieke benar-benar terlihat syok, lucu lihat wajah Rieke tadi," ungkap Kanaya terkekeh."Alhamdulillah, akhirnya ibu bisa menerima Narendra dan perjuangan mereka bertahun-tahun enggak sia-sia," ujar Raka ikut senang mendengarnya."Iya, Mas. Alhamdulil
***"Ciee... yang sebentar lagi mau dilamar," goda Manda. Rieke hanya tersipu malu-malu karena di rumah pun Manda terus saja menggodanya. "Apaan sih, Kak. Kamu juga kan sama calon manten," balasnya tak mau kalah."Aku calon manten? Kamu sengaja ya bilang gitu, biar bikin aku baper," celetuk Manda. "Calonnya saja belum kelihatan wujudnya.""Wah, harus bilang sama mas Rama nih! Dia enggak dianggap sama sekali sama Kak Manda," ucap Rieke."Hubungannya apa dengan mas Rama? Kok bawa-bawa dia segala?" tanya Manda tak mengerti."Sudahlah, Kak. Jangan pura-pura begitu! Kami tahu kok kalau tiap malam, diam-diam mas Rama sering video call sama Kakak, kan? Mas Rama juga selalu mengirim kata-kata puitis untuk Kakak?" tanya Rieke menyelidik."Si—siapa yang suka video call-an, kamu mungkin salah mengira. Bukan aku perempuan yang sering dia hubungi," jawab Manda agak gugup."Mata itu enggak bisa bohong! Lihat saja mata Kak Manda merasa takut ada yang tahu . Benar kan, Nay?" Rieke meminta pendapat K
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa