Home / Pernikahan / Bukan Suami Sempurna / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bukan Suami Sempurna : Chapter 41 - Chapter 50

143 Chapters

41. Biarkan Aku jadi yang Kedua

*** “Nay, Raka sudah kasih kabar?” tanya Maharani.“Terakhir dua hari yang lalu, Bu. Tapi cuma pesan teks saja, di sana susah sinyal. Mas Raka ngabarin sebentar lagi pelatihan di sana selesai dan titip salam sama Ibu,” jawab Kanaya.“Syukur kalau dia sehat. Ibu hanya khawatir saja karena dia ditugaskan di tempat terpencil, Ibu ngerasa enggak enak hati saja, takut Raka di sana kenapa-napa,” kata Maharani dengan wajah yang muram.“Mas Raka sehat, Bu. Insya Allah nanti bisa pulang lebih cepat. Ibu jangan khawatir,” ujar Kanaya.“Ibu juga khawatir sama Manda. Dia kan perempuan, malah ditugaskan di daerah yang terpencil dan katanya di sana rawan konflik, ibu khawatir. Beruntung ada Raka, jadi Raka bisa menjaga Manda di sana,” celetuk Maharani, ia tidak memikirkan Kanaya yang saat ini wajahnya berubah muram.“Bu, ngapain juga khawatir sama kak Manda. Dia bukan anak TK yang harus Ibu terus pikirkan. Ibu bicara begitu di depan istri Mas Raka lagi,” tukas Rieke. Kali ini ia membela Kanaya sec
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

42. Rencana yang Gagal

*** “Kamu gagal membuat mereka tidur bersama?” geram Bara, ia tidak habis pikir kenapa rencana yang ia susun dari jauh-jauh hari berakhir dengan gagal.“Maaf, Boss. Kami tidak tahu kalau ternyata lelaki itu tidak tergoda sama sekali dengan wanita cantik itu. Padahal, kami sudah memasukan obat di arak yang kami berikan padanya. Anak buah kami di sana pun tidak pernah menyangka kalau lelaki itu bisa menahan hasratnya,” jawab lelaki yang bertubuh tinggi besar itu.Bara langsung marah saat rencana yang awalnya ia kira akan berjalan sempurnanya, akhirnya gagal. “Cuma photo ini yang kalian dapat?”“Iya, Boss. Hanya photo ini yang bisa anak buah kami dapatkan.”Bara menghela napas, ia langsung memasukan kembali photo-photo itu ke dalam amplop berwarna coklat. “Kirim ke alamat yang aku berikan. Pastikan, Kanaya yang bisa menerimanya!”“Baik, Boss. Saya pastikan photo-photo ini akan diterima olehnya.”“Kamu boleh pergi. Jika aku membutuhkan jasamu, aku akan menghubungimu lagi,” ucap Bara. Le
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

43. Satu-satunya Perempuan

*** Manda tersentak, kata terakhir yang Raka ucapkan terdengar menyakitkan di hatinya. “Kenapa kamu sampai tega mengatakan hal yang menyakitkan itu padaku?”“Aku ingin kamu berhenti berharap pada sesuatu yang mustahil dan kamu pikir bisa terwujud. Aku hanya ingin sekali lagi menegaskan dan mengingatkanmu bahwa satu-satunya perempuan yang sangat aku cintai dan kupuja begitu hebat hanya istriku, tidak ada hal yang indah di luar sana mampu menggantikannya. Demi dia, bahkan aku rela jika harus mati,” tegas Raka. Ia langsung pergi meninggalkan Manda yang masih mematung.Manda terluka. Baru kali ini ia begitu terhina dan lelaki yang menggoreskan luka itu adalah lelaki yang ia anggap lelaki yang paling lembut dan penuh kasih. Ternyata demi perempuan lain, Raka begitu dingin dan juga angkuh.Entah ke berapa kali hati Manda patah, ia tidak tahu apa hatinya bisa utuh lagi. Raka, lelaki itu membuat kebahagiaannya hancur berkeping-keping.*** Rieke masih merenung, ia masih memikirkan photo-ph
last updateLast Updated : 2024-06-26
Read more

44. Rumah Bahagiaku

*** ‘Karena Mas tidak ingin menulis luka di tiap lembaran ingatanmu. Mas tidak ingin ingatanmu penuh dengan goresan kecewa dan juga cemburu. Mas hanya ingin menulis kebahagiaanmu sampai halaman terakhir.’Kanaya terus saja tersenyum mengingat Raka mengatakan alasan kenapa suaminya itu pulang sendirian tanpa ditemani Manda. Kanaya selalu dibuat jatuh cinta dengan sikap Raka. Lelaki itu selalu bersikap lembut dan tidak pernah sekali pun marah atau membentaknya. Kanaya bersyukur karena Raka-lah yang ditakdirkan untuk menjadi ayah untuk anak-anaknya dan menjadi pasangannya sampai akhir.Kanaya yang senyum sendirian tidak jelas langsung membuat Lea usil dan mengagetkan sahabatnya itu dengan menggebrak meja. Kanaya terkejut, ia langsung memanyunkan bibirnya dan menatap Lea dengan kesal.“Kamu itu dari tadi aku panggil malah senyum-senyum sendirian. Kenapa sih? Kayak anak ABG saja yang baru menerima surat cinta,” protes Lea.“Memangnya yang harus senyum-senyum enggak jelas itu harus anak re
last updateLast Updated : 2024-06-26
Read more

45. Mantan itu Sudah Terbuang

*** “Mas jadi kurusan. Di sana makannya gimana?” Kanaya terus saja menatap penuh khawatir suaminya, ia terus meraba wajah Raka yang dipikiran Kanaya kedua pipi Raka sudah mulai tirus.“Makan yah biasa, Nay. Sama-sama makan nasi kok. Memangnya di sana Mas makan beling,” sahut Raka sambil terkekeh, ia langsung menarik lengan Kanaya dan menyuruh istrinya duduk diatas pangkuannya. Raka membelai rambut Kanaya denga ibu jarinya, dikecupnya kening, mata dan terakhir bibir tipis mungil yang sangat ia rindukan itu. “Mas rindu sama kamu, selalu saja ingat kamu,” bisiknya lagi, menatap netra Kanaya lembut.“Iyalah Mas harus ingat aku. Aku kan istrinya Mas Raka, jadi Mas hanya boleh mengingatku saja! Awas saja kalau ingat wanita lain!” balas Kanaya dengan intonasi suara yang aagak ditinggikan.Raka jelas tertawa, ia menggelengkan kepalanya. “Hukum Mas saja, kalau sampai Mas mengingat wanita lain selain kamu. Paling ada sih satu wanita, dia itu juga menyita pikiran Mas,” suara Raka mulai terdeng
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

46. Tidak Kuizinkan Kamu Merusaknya

***Maharani geram karena Raka membuat Manda sedih dan kecewa. Manda menceritakan semua perlakuan dingin Raka padanya dan membuat ia merasa malu dan juga tak tahu harus bicara apa pada wanita itu. Maharani menghela napas, ia duduk di teras depan menunggu kepulangan Raka yang sedang pergi ke luar bersama Kanaya dan kedua anaknya."Bu, sudah malam kok masih duduk di teras? Ibu enggak pergi tidur?" tanya Rieke, ia langsung duduk di sebelah Maharani."Ibu lagi nungguin Mas-mu, Ibu mau ngobrol sama dia," balas Maharani."Besok kan bisa, Bu. Mas Raka pasti pulang larut. Mas Raka pasti lagi ngajak main Kanaya sama anak-anak, kasihan sudah lama mereka enggak ketemu.""Ibu harus bicara sekarang, kalau besok mana sempat. Pasti Mas-mu sibuk lagi dengan kerjaannya," tukas Maharani."Memangnya Ibu mau bicara apa? Penting banget?" tanya Rieke penasaran."Ibu itu lagi kesal sama Mas-mu! Dia kenapa jadi manusia batu dan dingin, jadi lelaki yang tidak punya perasaan. Ibu tidak pernah mendidiknya untu
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

47. Kebahagiaannya Tanggung Jawabku

*** Maharani memasang wajah ketus saat melihat Raka datang bersama Kanaya dan anak-anaknya. Ia kesal karena Raka tak menggubris pertanyaannya saat ia menelepon Raka, anaknya itu malah mematikan ponsel tanpa persetujuan darinya. “Kamu tunggu di sini, Ibu mau ngobrol penting sama kamu!” ketus Maharani, ia tak menunjukan keramahan sama sekali pada Kanaya yang mencoba tersenyum padanya.Raka langsung mengusap puncak kepala Kanaya lembut. “Sayang… kamu dan anak-anak pergi tidur duluan, nanti Mas nyusul,” ucapnya lembut. Kanaya mengangguk samar dan mengulas senyum, ia melihat sekilas wajah Maharani yang diselimuti kemarahan. Kanaya merasa sedih karena mertuanya tak pernah seratus persen menerima kehadirannya di hidup Raka.Setelah Kanaya dan kedua anaknya pergi tidur, Raka langsung duduk di depan ibunya. “Ibu mau bahas tentang Manda kan? Apa yang buat Ibu sampai kesal sama Raka karena dia?” Maharani langsung menatap anak keduanya dengan tajam. “Kamu kenapa pulang enggak pamit ke Manda? Da
last updateLast Updated : 2024-06-28
Read more

48. Rencana yang Gagal

*** “Kamu kurang ajar! Kenapa pulang ke sini tanpa saya pinta, Ha!” geram Sony. Kali ini ia meluapkan amarahnya tanpa ia saring dulu.“Maaf, Pak. Saya pulang bukan karena lalai, tapi saya pulang karena selama saya di sana tidak ada jobdesk dan saya bingung alasan saya ke sana untuk apa. Jadi, daripada saya membuang waktu saya di sana, lebih baik saya kembali ke Jakarta karena masih banyak hal yang harus saya kerjakan,” jawab Raka dengan tenang.“Kamu sudah mulai berani melawan perintah saya?” tanya Sony dengan amarah.“Tidak, Pak. Saya hanya ingin Bapak menjelaskan kenapa saya bisa sampai ikut pelatihan di sana. Sebab yang saya tahu, pelatihan itu bukan hanya dua orang yang dikirim ke sana. Dan menurut informasi yang saya dapatkan di sana, setiap karyawan yang dikirim ke sana adalah karyawan yang bermasalah. Apa saya dan juga Bu Manda bermasalah?” Sony tidak bisa menjawab pertanyaan Raka, ia tidak bisa memberi jawaban yang pas pada keduanya. “Kalian pergilah! Saya ada rapat hari ini
last updateLast Updated : 2024-06-28
Read more

49. Patah Hati yang Berumur Panjang

***“Nay… jujur padaku! Apa Bara dan kamu dulu adalah sepasang kekasih?” tanya Lea.Kanaya terdiam sejenak, ia ragu untuk mengatakan semua masa lalunya di hadapan Lea. Tapi, jika tak menjawabnya, ia takut Lea jadi salah paham. "Sebenarnya, dulu semasa aku duduk di bangku SMA memang aku dan Bara pernah berpacaran. Tapi, kisah kita hanya sebatas kisah masa remaja pada umumnya. Tidak ada yang spesial."Lea terkejut, ia memang sudah curiga dari sikap Bara dan juga tatapan lelaki itu pada Kanaya. "Apa Bara lelaki itu?""Lelaki apa?""Lelaki yang membuat patah hatimu berumur panjang? Apa Bara lelaki yang membuatmu menutup hati dari lelaki manapun?" tanya Lea, ia penasaran dan tak sabar menunggu jawaban dari sahabatnya itu.Kanaya mengangguk lemah, tadinya ia ingin mengubur kisahnya dengan Bara. Kanaya hanya ingin kisah dengan lelaki itu tak lagi ia ceritakan kembali dan mengenang kisah manis saat dulu.Lea menghela napas panjang, ia merasa curiga kalau Bara masih menyimpan perasaan pada Kan
last updateLast Updated : 2024-06-28
Read more

50. Menerima Segala Sisimu

*** Setelah mendapat telepon dari Kanaya. Raka dan Rieke bergegas pergi ke rumah sakit. Raka gusar karena anak sulungya masuk ke rumah sakit karena di dorong oleh teman sekolahnya. Raka tiba di ruang IGD dan melihat Kanaya sedang menangis. Ia melihat ada dokter jaga serta perawat yang tak lain Narendra sedang memberikan jahitan pada Maryam.“Sayang…,” ucap Raka. Kanaya menangis melihat kedatangan suaminya dan Raka langsung memeluknya.“Kasihan kak Maryam, Mas,” lirihnya sambil menitikan air mata.“Sudah, jangan nangis lagi. Kak Maryam kan gadis yang kuat, anak sulung kita itu tak pernah cengeng,” balas Raka menenangkan.Setelah dokter menyelesaikan jahitan di pelipis Maryam, ia langsung tersenyum dan menyapa Raka dan Kanaya. “Luka di pelipisnya tidak terlalu dalam. Boleh kita bicara di ruangan?” “Baik, Dok,” jawab Raka dan ia melihat kea rah Kanaya. “Kamu tunggu di sini saja, biar Mas yang masuk ke ruangan dokter,” pintanya.Setelah setengah jam berlalu, Raka langsung menemui anak
last updateLast Updated : 2024-06-29
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status