*** Bara tersenyum sinis menanggapi apa yang dikatakan Cherry. “Kamu mau bertahan denganku, meski aku tidak pernah jatuh cinta padamu?” tanya Bara dengan sorot mata yang tajam.Cherry tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya ketika Bara bertanya seperti itu. “Aku yakin nanti Kakak akan sadar dan merasakan apa yang saat ini aku rasakan. Kelak, debarku dan juga debarmu akan berdetak seirama,” balas Cherry.Bara tertawa sinis. “Hatiku telah di bawa mati oleh seseorang dan hati ini bisa hidup hanya dengannya.”Cherry tersenyum satir. “Hati kita bukan milik kita, hanya Tuhan yang bisa mengendalikannya. Siapa tahu hati Kakak bisa hidup dengan perempuan lain, mungkin perempuan itu adalah aku.”Bara tertawa lagi, lalu ia meneguk segelas whiskey yang berada di tangan kanannya, Bara beranjak dari duduknya. “Aku masih mau bersenang-senang di sini, jika kamu mau pulang, kamu bisa pulang sendirian! Di luar masih banyak taxi,” ucapnya sambil pergi meninggalkan Cherry seorang diri.Cherry lagi-lagi d
*** “Raka!” seru Manda, ia tersenyum kikuk saat Raka mengetahui apa yang dibicarakan oleh dirinya dan juga Maharani.Raka menyimpulkan senyum samar. “Bagiku, Kanaya adalah perempuan yang tepat untuk menemaniku. Hanya dia yang pantas menjadi ibu bagi anak-anakku,” tegasnya.“Maksud Ibu bukan seperti yang kamu kira Raka. Ibu hanya mengandai-andai saja, jangan salah paham,” timpal Maharani.“Tentu Raka tidak akan pernah salah paham, Bu. Tapi pembicaraan Ibu dan juga Manda bisa menyakiti hati Kanaya, jika andai saja tadi dia yang mendengarnya,” balas Raka.“Ya… tadi Ibu enggak sengaja bicara seperti itu, Ibu hanya terbawa perasaan saja,” tambah Maharani.Raka hanya menghela napas, ia tak tahu harus berkata berapa kali untuk menasihati Maharani untuk tidak membicarakan Manda dan terus memuji wanita itu, apalagi jika ada Kanaya, istrinya pasti akan terluka. “Raka mau jemput dulu Rieke dulu. Assalamu’alaikum…,” pamitnya. Raka pergi begitu saja tanpa melihat Manda sedikit pun.“Bu… Manda ja
***Bara tersenyum datar, ia memang tidak mempunyai perasaan apapun pada Cherry. Pertunangannya dengan gadis itu hanya karena paksaan dari kedua orangtuanya. Bara hanya ingin menyenangkan orangtua-nya sejenak , ia tidak benar-benar ingin menikah dan terjebak oleh gadis itu."Bara kalau enggak serius mana mau dia mengikat hubungan ke tahap yang lebih serius. Bara sedang menunggu waktu yang tepat agar Cherry siap lahir batin untuk menikah dengannya," balas Betrand. Kali ini ia tidak mau sampai Bara membicarakan Kanaya dihadapan orang lain. Betrand tidak ada mau ada yang tahu bahwa sebenarnya Bara masih mencintai Kanaya, terlebih ada Lea, sahabat dari perempuan itu.Lea mengangguk dan ia mengulas senyum. "Kamu harus berusaha meyakinkan Cherry. Dia memang masih muda. Dan kalian terpaut usia yang lumayan jauh. Kamu harus bisa mengambil seluruh hatinya agar dia benar-benar bisa menyerahkan seluruh hidupnya di tanganmu."Bara tersenyum, senyum yang seolah menyepelekan. "Aku tidak mau terlalu
***Setelah kejadian malam itu, Maharani tak banyak bicara pada Raka dan juga Kanaya. Bicara dengan Kanaya pun hanya seperlunya saja. Hal itu malah membuat Kanaya dan ibu mertuanya jadi tambah canggung. Kanaya mencoba mengingat apa ia pernah salah bicara sama Maharani, sampai ibu mertuanya itu enggan banyak bicara atau bertemu dengannya."Mas..." panggil Kanaya."Kenapa, sayang?""Mas sama ibu enggak bertengkar, kan?" tanya Kanaya. Ia tahu jika ibu mertuanya banyak diam itu dikarenakan dirinya ataupun Raka."Enggak. Kenapa kamu bisa bilang gitu? Apa ibu ngedumel sama kamu?"Kanaya menggelengkan kepalanya. "Enggak sih, Mas. Justru aku heran, kenapa akhir-akhir ini ibu banyak diam dan sering pergi ke luar. Ibu seperti kurang nyaman kalau ada aku di rumah, Mas. Apa aku ada salah ngobrol sama ibu, ya?" tanya Kanaya penasaran."Ibu ke luar pasti karena diundang sama temannya, Nay. Kamu sendiri kan tahu pergaulan ibu itu luas banget," balas Raka."Tapi diamnya ibu ini persis saat dulu kita
*** “Kamu tahu atau kenal sama yang namanya ‘Nay’ dari mana?” tanya Lea, ia mencoba bicara senormal mungkin agar Cherry tak curiga.“Aku enggak kenal sih, Kak. Hanya saja aku penasaran karena kak Bara sering menyebut namanya ketika dia sedang mabuk. Aku hanya ingin tahu siapa gadis yang sering dia sebut namanya terus-terusan tanpa sadar, aku takut saja, jika karena diriku… membuat gadis yang bernama Nay itu terluka,” jawab Cherry, ia memaksa tersenyum meski sebenarnya hatinya tidak baik-baik saja.‘Kanaya itu bukan gadis, malah dia sudah berkeluarga. Dasar Bara! Teganya dia menyakiti gadis sebaik dan secantik Cherry,’ batin Lea menggerutu.“Kak Lea kenapa melamun?” tanya Cherry.Lea terkejut dan ia mengulas senyum. “Maaf, Cher. Tadi aku tiba-tiba ingat anakku di rumah,” balasnya berbohong. “Kamu jangan khawatir, tidak ada gadis yang bernama Nay. Itu aku jamin karena selama aku mengenal Bara tidak ada perempuan yang diajak serius olehnya. Kamu juga tahu kan bagaimana Bara dulu?”Cherr
*** Kanaya ingin mengungkapkan segalanya, perihal perasaan Raka yang saat awal pernikahan masih menyebut nama ‘Manda’ dalam mimpinya. Namun ia urung menanyakannya karena masa sedih itu sudah berlalu. Kanaya tidak ingin mengungkitnya lagi, ia takut jawaban Raka malah membuat luka baru di hatinya. Kanaya akan menyimpan rapat semuanya, ia sudah tidak lagi ingin mengungkit hal yang lalu karena saat ini ia sudah bahagia. “Enggak ada apa-apa, Mas. Hanya senang saja karena saat ini Mas selalu ngebela aku dan juga selalu meluangkan waktu bicara denganku tiap malam. Dulu mana mungkin Mas begitu, Mas lebih asyik tenggelam dalam pekerjaan dari pada asyik menikmati waktu dengan keluarga. Aku hanya bahagia saat ini, aku harap bahagia yang kita rasakan tidak berkurang ataupun hanya sesaat,” ucap Kanaya.“Dulu Mas memang tidak tahu harus bersikap bagaimana. Karena dulu saat sama Manda, kita sibuk dengan urusan masing-masing. Dan Mas enggak pernah lagi menjalin hubungan dengan perempuan manapun. Sa
*** Betrand terdiam sejenak menanggapi pertanyaan Lea. Ia harus berpikir keras agar Lea tidak mengetahui fakta yang sebenarnya. Betrand harus melindungi Bara, ia tidak mau orang lain tahu sisi kelam dari sahabat yang sudah ia anggap keluarga sendiri.“Bara sudah melupakan Kanaya, jauh sebelum dia pergi ke Jepang. Kamu jangan khawatir,” balas Betrand beralasan.Lea tentu saja tidak percaya dengan jawaban yang diberikan Betrand padanya, ia bukan wanita lugu yang langsung percaya dengan wajah alim lelaki itu. Lea tahu Betrand sedang mencari alasan dan ia menduga lelaki itu sedang menutupi hal yang sebenarnya.“Aku tidak bodoh, Betrand! Apa kamu tahu, sebelum Kanaya mengakui bahwa dia adalah mantan kekasih Bara, aku sudah curiga dari sikap Bara pada Kanaya. Mungkin orang lain tidak akan pernah sadar dari tatapan Bara dan juga perhatian yang dia berikan pada Kanaya. Aku lah yang menyadarinya dari awal, tatapan Bara itu berbeda. Aku tidak ingin dia menghancurkan rumah tangga sahabatku. Jik
*** “Bara!”Bara tersenyum senang, “Akhirmya, kita bertemu lagi…”Kanaya tertegun, ia melihat ada seorang gadis cantik yang sedang melingkarkan tangannya di lengan lelaki itu. “Ini calon istrimu?”Bara tersadar atas lamunannya, ia langsung melihat Cherry dan mengusap lembut puncak kepala gadis itu. “Iya. Ini calon istriku,” balas Bara.Kanaya senang dan sangat antusias melihat langsung wajah cantik Cherry. “Saya Kanaya, dulu saya adalah teman sekolahnya Bara saat kita masih di Bandung,” kata Kanaya ramah. Ia menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.Cherry senang karena saat ini ia bertemu dan berkenalan dengan teman sekolah dari calon suaminya itu. “Hai, Kak. Senang berkenalan dengan Kakak. Saya Cherry,” balas Cherry dengan ramah.“Saya tahu kamu, kamu ternyata aslinya lebih cantik lagi. Bara beruntung dapat calon istri secantik dan sepintar kamu,” puji Kanaya tulus.“Kakak datang sama suami?” tanya Cherry, ia melihat lelaki yang sedang melihat mereka bertiga bicara.Kanaya meng
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa