*** Bara menghabiskan malam ke sebuah klub malam. Hari ini ia merasa kacau karena Kanaya tidak bisa bertemu dengannya dengan alasan anak sulungnya sedang sakit. Bara marah karena Kanaya terus saja menolak permintaan darinya. Kanaya bukan wanita yang penurut lagi seperti dulu dan hal itu membuat Bara ingin menghancurkan rumah tangga Kanaya.Entah sudah berapa banyak wine yag telah ia habiskan, malam ini Bara hanya ingin meluapkan semua amarahnya dengan bersenang-senang sejenak. Hentakan suara alunan musik membuatnya terus saja merasa tak karuan.Merasa lelah, Bara langsung pergi ke ruang privat VVIP yang disediakan oleh klub malam itu. Lalu, ia duduk dan memijit keningnya yang dirasa kepalanya sangat berat.“Hai, calon suami orang. Kenapa kamu malah bersenang-senang di sini? Apa calon istrimu itu tidak bisa diajak untuk nakal bersama?” tanya seorang gadis langsing, tinggi semampai yang mempunyai kulit yang putih bersih, gadis itu beranama Tami. Tami adalah salah satu gadis eklusif yan
*** Setelah mencari hadiah yang cocok untuk Mark, akhirnya Lea menemukan barang yang dirasa pas untuk suaminya itu. Lea membeli jam mewah dari Rattrapante yaitu Breitling Navitimer. Harganya pun membuat Kanaya geleng-geleng kepala dengan harga kurang lebih 150 juta Rupiah. Kanaya yang tak sanggup membeli hadiah mahal untuk suaminya itu hanya bisa membelikan sepasang sepatu olahraga yang harganya 1,1 juta Rupiah. Kanaya membelinya dari usahanya yang saat ini ia tidak lanjutkan lagi.“Akhirnya, ketemu juga dengan hadiah yang ingin kita kasih ke suami kita,” seru Lea dengan girang.“Iya, setelah menimbang isi dompet tentunya,” sahut Kanaya, ia merasa lelah hari ini.“Kamu kan tadi bisa aku tambahkan kalau memang ingin sepatu yang tadi? Kok malah beli yang ini?” tanya Lea.“Aku kan mau beliin mas Raka sepatu, masa minta tambahan uang darimu,” balas Kanaya.“Enggak apa-apa. Anggap saja tambahan dariku itu seperti rasa terima kasihku karena kamu mau antar aku cari hadiah buat Mark.”Kanaya
*** Bara bangun terlambat pagi ini. Ia terlambat datang ke kantor karena kepalanya sangat berat semalam terlalu banyak minum alkohol. Ia beranjak dari tempat tidurnya dengan lunglai dan masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah dirasa cukup segar, ia langsung duduk di balkon penthouse miliknya. Pemandangan kota Jakarta tak juga meredekan kerisauan hatinya. Setiap mengingat tentang Kanaya, hatinya menjadi sakit. Wanita itu selalu saja membawa luka jika ia mengingat kenangan manis bersama Kanaya. Ingatan itu membunuhnya secara perlahan-lahan, mencekik kebahagiaannya dan berakhir dengan kematian di hatinya.Kenangan yang membuatnya sulit untuk meraba rupa bahagia setelah Kanaya pergi darinya. Kenangan yang ia ingat kurang dari lima belas tahun, saat itu rintik hujan di kota Bandung, saat ia dan Kanaya tak sengaja bertemu di belakang sekolah.FLASHBACK…Darah bercucuran di pelipis Bara, ia harus bersembunyi di belakang sekolah karena pagi tadinya gank-nya terlibat tawuran d
*** Raka tak banyak bicara dan tampil saat rapat tadi pagi. Hal itu disebabkan karena atasannya tak memberi ruang padanya untuk berbicara. Raka paham bahwa Sony masih marah padanya perihal kepulangannya yang tidak diketahui oleh atasannya itu. Raka tak peduli karena ia tahu kalau dirinya tidak melalaikan pekerjaannya, ia tak takut jika atasannya itu akan menyingkirkannya.“Pak Raka,” panggil Manda.“Ada apa, Bu?” tanya Raka, ia kembali fokus dengan makan siangnya.“Pak Raka dan pak Sony ada masalah?” tanya Manda, ia menatap Raka dengan prihatin.“Kalau saya sih tidak ada masalah. Tapi, beliau mungkin masih menyimpan rasa kesal karena saya pulang lebih cepat dari Jayapura,” jawab Raka.“Saya bisa bicara sama pak Sony, Pak. Biar hubungan Pak Raka dan juga pak Sony membaik,” ucap Manda.Raka jengah, wanita itu terus saja membuat celah untuk dirinya agar bisa berhutang budi padanya. “Bu, saya tidak ingin berhutang budi sama siapapun, apalagi sama Bu Manda! Saya tegaskan sekali lagi dan m
***Kanaya melihat pagi ini suaminya melamun sambil menatap jendela kamar. Kening Kanaya mengerut karena melihat Raka yang tidak seperti biasanya.“Mas sudah bangun?” tanya Kanaya, suaminya tak menjawab, Raka masih saja melamun. “Mas… Mas,” panggilnya. Sekali lagi Raka tidak mendengar panggilannya.Kanaya langsung menghampiri Raka dan ia menepuk bahu suaminya pelan. Raka sedikit terkejut. “Sudah bangun, sayang?” tanya Raka, tersenyum tipis.“Mas kenapa melamun?” Kanaya bertanya balik. Ia melihat wajah Raka yang terlihat sangat lelah. Apa semalam suaminya begadang sampai membuatnya lelah, pikir Kanaya.“Enggak melamun, sayang. Mas cuma lagi duduk saja,” sahut Raka.“Mas itu enggak bisa bohong sama aku lho. Mas pasti lagi mikirin sesuatu. Coba bilang sama aku, siapa tahu aku bisa bantu,” pinta Kanaya.Raka tersenyum lagi, senyum yang di mata Kanaya terasa dipaksakan. “Mas hanya lelah, sayang. Semalam kerjaan kantor menguras energi.”Kanaya tentu saja tidak percaya. Ia sangat paham suami
***"Sayang....," senyum Kanaya mengembang di balik pintu. "Aku bawa makan siang untukmu," tambahnya, ia langsung masuk dan meletakkan makanan yang di bawa di atas meja.Melihat Kanaya sudah masuk membuat Andien langsung mengerti kalau ia harus pergi ke luar. "Kalau gitu saya pamit dulu Pak... Bu," pamitnya sopan."Terima kasih, Andien," balas Kanaya ramah."Sama-sama, Bu." Andien membalasnya dengan senyuman.Andien pergi, lalu Kanaya membuka kotak makanan yang ia bawa. "Mas katanya belum makan, kan? Sengaja aku bawain nasi rendang kesukaanmu, Mas," ucap Kanaya sambil membukanya dan menyiapkan untuk Raka."Anak-anak sama siapa?" tanya Raka dengan suara yang terdengar lemas."Sama Lea, anak-anak mau main sama Winter." "Kenapa anak-anak malah dititip ke orang lain? Jangan dibiasakan, Nay. Kamu harus lebih menjaga anak-anak daripada orang lain, jangan karena Adam suka bermain sama Winter kamu jadi merasa longgar waktunya," ucap Raka."Hanya sesekali kok Mas, enggak sering juga. Aku juga
*** “Kamu masih mencintaiku?” tanya Raka, ia menatap Manda dengan serius. Raka ingin tahu jawaban perempuan yang ada di hadapannya. Raka hanya ingin Manda jujur padanya.Manda tersenyum, ia sulit untuk memberi jawaban yang tepat pada Raka. “Kenapa kamu tiba-tiba saja menanyakan hal itu padaku, Ka?”“Aku hanya ingin tahu dan memastikannya, Manda. Apa aku masih ada di hatimu? Aku hanya resah memikirkanmu akhir-akhir ini. Entah kenapa bayangan wajahmu terus saja menganggu tidurku,” jawab Raka.Manda terdiam, ia tidak menyangka lelaki itu akan mengatakan hal itu. Apa ini mimpi? Lelaki yang jarang mengungkapkan perasannya, kaku dan selalu sibuk dengan dunianya itu, tiba-tiba mengatakan perasaannya dengan jujur. “Kamu kenapa sih, Ka? Apa lagi banyak masalah? Ceritakan paadaku! Aku memang tidak bisa menyelesaikan masalahmu, tapi setidaknya aku ingin jadi pendengar yang baik untukmu.”Raka tersenyum, ia begitu terpesona dengan kecantikan Manda. “Hanya kamu satu-satunya perempuan yang mampu
***Esok adalah hari pertunangannya dengan Cherry, hari yang mungkin bagi lelaki lajang untuk mulai serius dalam berkomitmen. Harusnya bahagia, harusnya berdebar sebab memutuskan akan hidup menua bersama sampai akhir dengan seseorang yang Bara anggap separuhnya. Tapi, kenapa hatinya begitu rapuh dan seolah sepi dan mati. Penyebabnya... memang Cherry bukanlah perempuan yang ingin ia ajak menua, Cherry bukanlah perempuan yang mengisi ruang hatinya.Hari ini ia merasa hampa, apalagi besok. Ia harus pura-pura bahagia untuk menipu setiap mata yang menatapnya.Gagang pintu kamar Bara terbuka, ia melihat Veronica masuk dan duduk di tepi ranjang. "Kenapa murung gini anak Mamih yang sebentar lagi sudah mengikat anak gadis orang?" tanya Veronica, ia melihat lipatan di bawah mata anaknya."Aku hanya sedikit lelah karena terlalu banyak kerjaan, Mami," jawab Bara."Kamu semalam mabuk dan datang ke klub?" tanya Veronica, ia menghirup bau alkohol saat anak lelakinya itu bicara."Cuma minum sedikit,"
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa