*** “Kamu kurang ajar! Kenapa pulang ke sini tanpa saya pinta, Ha!” geram Sony. Kali ini ia meluapkan amarahnya tanpa ia saring dulu.“Maaf, Pak. Saya pulang bukan karena lalai, tapi saya pulang karena selama saya di sana tidak ada jobdesk dan saya bingung alasan saya ke sana untuk apa. Jadi, daripada saya membuang waktu saya di sana, lebih baik saya kembali ke Jakarta karena masih banyak hal yang harus saya kerjakan,” jawab Raka dengan tenang.“Kamu sudah mulai berani melawan perintah saya?” tanya Sony dengan amarah.“Tidak, Pak. Saya hanya ingin Bapak menjelaskan kenapa saya bisa sampai ikut pelatihan di sana. Sebab yang saya tahu, pelatihan itu bukan hanya dua orang yang dikirim ke sana. Dan menurut informasi yang saya dapatkan di sana, setiap karyawan yang dikirim ke sana adalah karyawan yang bermasalah. Apa saya dan juga Bu Manda bermasalah?” Sony tidak bisa menjawab pertanyaan Raka, ia tidak bisa memberi jawaban yang pas pada keduanya. “Kalian pergilah! Saya ada rapat hari ini
***“Nay… jujur padaku! Apa Bara dan kamu dulu adalah sepasang kekasih?” tanya Lea.Kanaya terdiam sejenak, ia ragu untuk mengatakan semua masa lalunya di hadapan Lea. Tapi, jika tak menjawabnya, ia takut Lea jadi salah paham. "Sebenarnya, dulu semasa aku duduk di bangku SMA memang aku dan Bara pernah berpacaran. Tapi, kisah kita hanya sebatas kisah masa remaja pada umumnya. Tidak ada yang spesial."Lea terkejut, ia memang sudah curiga dari sikap Bara dan juga tatapan lelaki itu pada Kanaya. "Apa Bara lelaki itu?""Lelaki apa?""Lelaki yang membuat patah hatimu berumur panjang? Apa Bara lelaki yang membuatmu menutup hati dari lelaki manapun?" tanya Lea, ia penasaran dan tak sabar menunggu jawaban dari sahabatnya itu.Kanaya mengangguk lemah, tadinya ia ingin mengubur kisahnya dengan Bara. Kanaya hanya ingin kisah dengan lelaki itu tak lagi ia ceritakan kembali dan mengenang kisah manis saat dulu.Lea menghela napas panjang, ia merasa curiga kalau Bara masih menyimpan perasaan pada Kan
*** Setelah mendapat telepon dari Kanaya. Raka dan Rieke bergegas pergi ke rumah sakit. Raka gusar karena anak sulungya masuk ke rumah sakit karena di dorong oleh teman sekolahnya. Raka tiba di ruang IGD dan melihat Kanaya sedang menangis. Ia melihat ada dokter jaga serta perawat yang tak lain Narendra sedang memberikan jahitan pada Maryam.“Sayang…,” ucap Raka. Kanaya menangis melihat kedatangan suaminya dan Raka langsung memeluknya.“Kasihan kak Maryam, Mas,” lirihnya sambil menitikan air mata.“Sudah, jangan nangis lagi. Kak Maryam kan gadis yang kuat, anak sulung kita itu tak pernah cengeng,” balas Raka menenangkan.Setelah dokter menyelesaikan jahitan di pelipis Maryam, ia langsung tersenyum dan menyapa Raka dan Kanaya. “Luka di pelipisnya tidak terlalu dalam. Boleh kita bicara di ruangan?” “Baik, Dok,” jawab Raka dan ia melihat kea rah Kanaya. “Kamu tunggu di sini saja, biar Mas yang masuk ke ruangan dokter,” pintanya.Setelah setengah jam berlalu, Raka langsung menemui anak
*** Bara tersenyum sinis menanggapi apa yang dikatakan Cherry. “Kamu mau bertahan denganku, meski aku tidak pernah jatuh cinta padamu?” tanya Bara dengan sorot mata yang tajam.Cherry tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya ketika Bara bertanya seperti itu. “Aku yakin nanti Kakak akan sadar dan merasakan apa yang saat ini aku rasakan. Kelak, debarku dan juga debarmu akan berdetak seirama,” balas Cherry.Bara tertawa sinis. “Hatiku telah di bawa mati oleh seseorang dan hati ini bisa hidup hanya dengannya.”Cherry tersenyum satir. “Hati kita bukan milik kita, hanya Tuhan yang bisa mengendalikannya. Siapa tahu hati Kakak bisa hidup dengan perempuan lain, mungkin perempuan itu adalah aku.”Bara tertawa lagi, lalu ia meneguk segelas whiskey yang berada di tangan kanannya, Bara beranjak dari duduknya. “Aku masih mau bersenang-senang di sini, jika kamu mau pulang, kamu bisa pulang sendirian! Di luar masih banyak taxi,” ucapnya sambil pergi meninggalkan Cherry seorang diri.Cherry lagi-lagi d
*** “Raka!” seru Manda, ia tersenyum kikuk saat Raka mengetahui apa yang dibicarakan oleh dirinya dan juga Maharani.Raka menyimpulkan senyum samar. “Bagiku, Kanaya adalah perempuan yang tepat untuk menemaniku. Hanya dia yang pantas menjadi ibu bagi anak-anakku,” tegasnya.“Maksud Ibu bukan seperti yang kamu kira Raka. Ibu hanya mengandai-andai saja, jangan salah paham,” timpal Maharani.“Tentu Raka tidak akan pernah salah paham, Bu. Tapi pembicaraan Ibu dan juga Manda bisa menyakiti hati Kanaya, jika andai saja tadi dia yang mendengarnya,” balas Raka.“Ya… tadi Ibu enggak sengaja bicara seperti itu, Ibu hanya terbawa perasaan saja,” tambah Maharani.Raka hanya menghela napas, ia tak tahu harus berkata berapa kali untuk menasihati Maharani untuk tidak membicarakan Manda dan terus memuji wanita itu, apalagi jika ada Kanaya, istrinya pasti akan terluka. “Raka mau jemput dulu Rieke dulu. Assalamu’alaikum…,” pamitnya. Raka pergi begitu saja tanpa melihat Manda sedikit pun.“Bu… Manda ja
***Bara tersenyum datar, ia memang tidak mempunyai perasaan apapun pada Cherry. Pertunangannya dengan gadis itu hanya karena paksaan dari kedua orangtuanya. Bara hanya ingin menyenangkan orangtua-nya sejenak , ia tidak benar-benar ingin menikah dan terjebak oleh gadis itu."Bara kalau enggak serius mana mau dia mengikat hubungan ke tahap yang lebih serius. Bara sedang menunggu waktu yang tepat agar Cherry siap lahir batin untuk menikah dengannya," balas Betrand. Kali ini ia tidak mau sampai Bara membicarakan Kanaya dihadapan orang lain. Betrand tidak ada mau ada yang tahu bahwa sebenarnya Bara masih mencintai Kanaya, terlebih ada Lea, sahabat dari perempuan itu.Lea mengangguk dan ia mengulas senyum. "Kamu harus berusaha meyakinkan Cherry. Dia memang masih muda. Dan kalian terpaut usia yang lumayan jauh. Kamu harus bisa mengambil seluruh hatinya agar dia benar-benar bisa menyerahkan seluruh hidupnya di tanganmu."Bara tersenyum, senyum yang seolah menyepelekan. "Aku tidak mau terlalu
***Setelah kejadian malam itu, Maharani tak banyak bicara pada Raka dan juga Kanaya. Bicara dengan Kanaya pun hanya seperlunya saja. Hal itu malah membuat Kanaya dan ibu mertuanya jadi tambah canggung. Kanaya mencoba mengingat apa ia pernah salah bicara sama Maharani, sampai ibu mertuanya itu enggan banyak bicara atau bertemu dengannya."Mas..." panggil Kanaya."Kenapa, sayang?""Mas sama ibu enggak bertengkar, kan?" tanya Kanaya. Ia tahu jika ibu mertuanya banyak diam itu dikarenakan dirinya ataupun Raka."Enggak. Kenapa kamu bisa bilang gitu? Apa ibu ngedumel sama kamu?"Kanaya menggelengkan kepalanya. "Enggak sih, Mas. Justru aku heran, kenapa akhir-akhir ini ibu banyak diam dan sering pergi ke luar. Ibu seperti kurang nyaman kalau ada aku di rumah, Mas. Apa aku ada salah ngobrol sama ibu, ya?" tanya Kanaya penasaran."Ibu ke luar pasti karena diundang sama temannya, Nay. Kamu sendiri kan tahu pergaulan ibu itu luas banget," balas Raka."Tapi diamnya ibu ini persis saat dulu kita
*** “Kamu tahu atau kenal sama yang namanya ‘Nay’ dari mana?” tanya Lea, ia mencoba bicara senormal mungkin agar Cherry tak curiga.“Aku enggak kenal sih, Kak. Hanya saja aku penasaran karena kak Bara sering menyebut namanya ketika dia sedang mabuk. Aku hanya ingin tahu siapa gadis yang sering dia sebut namanya terus-terusan tanpa sadar, aku takut saja, jika karena diriku… membuat gadis yang bernama Nay itu terluka,” jawab Cherry, ia memaksa tersenyum meski sebenarnya hatinya tidak baik-baik saja.‘Kanaya itu bukan gadis, malah dia sudah berkeluarga. Dasar Bara! Teganya dia menyakiti gadis sebaik dan secantik Cherry,’ batin Lea menggerutu.“Kak Lea kenapa melamun?” tanya Cherry.Lea terkejut dan ia mengulas senyum. “Maaf, Cher. Tadi aku tiba-tiba ingat anakku di rumah,” balasnya berbohong. “Kamu jangan khawatir, tidak ada gadis yang bernama Nay. Itu aku jamin karena selama aku mengenal Bara tidak ada perempuan yang diajak serius olehnya. Kamu juga tahu kan bagaimana Bara dulu?”Cherr
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa