Home / CEO / IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO: Chapter 61 - Chapter 70

95 Chapters

Kamu Bukan Milikku

Ketakutan terbesar yang akan selalu ia sesali seumur hidup akhirnya benar-benar terjadi pada Bela. Ketika ia siuman, dan mendapati Ron serta Victor menundukkan kepala tanpa menjawab pertanyaan tentang kondisi papanya, akhirnya membuat raungan tangis wanita itu terdengar. Ethan Zurishmo dinyatakan meninggal tepat setelah putrinya menginjakkan kaki di rumah sakit. Bela dibimbing menuju ruang jenazah setelah ia cukup tenang dan berhenti menangis. Ron mendorong kursi roda istrinya, tanpa sekalipun membuka mulut. Di belakangnya, Victor turut menemani dan sesekali memberi kekuatan pada sepasang suami istri itu. "Papaaaa!" tangis Bela setelah melihat jenazah sang ayah yang telah ditutupi oleh selembar kain putih. "Papa maafin Bela. Papa bangun!" jeritnya pilu seraya memeluk tubuh kaku itu.Namun, sekeras apapun Bela berteriak, sepilu apapun dia meraung, Ethan Zurishmo tak akan pernah bangun dan menatapnya lagi. Salah satu orang yang menjadi penguat Bela untuk menguasai harta Ron Kyle suda
Read more

Kamu Tidak Punya Bukti

"Aku mengenal Victor jauh sebelum aku mengenalmu. Kami berteman sejak sama-sama kuliah S2 di Amerika."Ron menyimak setiap kata yang keluar dari bibir istrinya dengan jantung berdebar. Ada sekelumit rasa cemburu yang tetiba menyergapnya. Rupanya, Ron tidak benar-benar mengenal istri yang telah membersamainya selama sembilan tahun ini. Ada banyak ruang kosong di kehidupan Bela, yang tidak bisa Ron masuki. "Hubungan kami dekat, bahkan terbilang sangat dekat sebagai teman.""Dan, selama ini kamu tidak pernah memberitahuku tentang cerita ini? Kamu sengaja membuatku terlihat bodoh? Bahkan, kamu bilang hubungan kalian lebih dari sekedar teman dekat! Kalian pergi berdua, dan aku tidak tahu berapa banyak waktu yang pernah kamu habiskan waktu bersama Mr. Simon!" Ron mulai geram dengan pengakuan istrinya. Bela hanya bergeming dan tak berani membalas tatapan sang suami yang tertuju tajam padanya. Jemarinya gemetaran di bawah selimut, Bela mati kutu sekarang. "Apa dugaanku benar jika kalian
Read more

Pelukan Ternyaman

Di kamar bercat putih dengan seprai berwarna pink dan lampu gantung kristal minimalis di tengahnya, Harsha baru saja naik ke tempat tidur ketika ponselnya tiba-tiba berdering di meja nakas. Melihat nama seseorang yang ia nanti-nantikan itu muncul di layar, Harsha buru-buru mengangkat telepon itu tanpa menunggunya berdering lebih lama lagi. Dan, ketika Ron mengatakan akan datang menemuinya, rasa kantuk yang sesaat lalu mendera tiba-tiba saja raib entah ke mana. Harsha memutuskan untuk turun dari ranjang dan berjalan cepat menuju meja rias mungilnya. Padahal, tanpa terburu-buru pun, Ron tak akan datang secepat itu. Harsha terlalu bahagia sampai-sampai ingin tampil cantik dan wangi di depan suaminya. Menanti detik demi detik kedatangan Ron Kyle, tak ayal membuat Harsha merasa mual dan grogi. Dadanya berdegup kencang, sesekali napasnya tertahan sebelum akhirnya terhembus dengan panjang. Beginikah rasanya jatuh cinta? Bahkan belum melihat wajahnya saja, rasanya sudah seperti mau pingsan
Read more

Pagi Terindah Bersamamu

Terbangun dari tidur dalam suasana yang baru rupanya cukup membuat semangat Ron kembali berkobar. Ia bahkan sempat lupa jika beberapa jam sebelumnya, mentalnya hancur lebur gara-gara Bela. Entah karena tidurnya cukup nyenyak, atau karena tidurnya kali ini ditemani oleh Harsha, Ron merasa perasaannya jauh lebih membaik. Sambil memandangi wajah cantik yang masih terpejam pulas di sebelahnya, senyuman di bibir Ron terulas semakin lebar. Tatapannya lantas beralih pada perut buncit yang sesekali bergerak karena tendangan di dalamnya. "Good morning, Baby," sapa Ron dengan suara lirih, khawatir membangunkan Harsha. "Papa semalam tidur di sini nemenin kamu, kamu seneng, kan?" Tangan Ron perlahan meraba perut Harsha dan mengusapnya lembut. Dan ketika tendangan kecil terasa di telapak tangannya, Ron kembali terkekeh sendiri seperti bocah. "Papa mau olahraga dulu, ya?! Kamu bobo lagi, gih!" pamitnya sebelum berakhir turun dari ranjang dan beringsut ke kamar mandi. Di luar, udara yang sejuk
Read more

Dibuang Seperti Sampah

"Aku tidak mau tahu, Vick. Kamu harus segera mencari detektif terbaik yang bisa menyelidiki siapa sebenarnya Mr. Simon ini." Ron menatap sang sekretaris --yang berdiri tegak di depan meja kerjanya, dengan serius. Setiba di kantor tadi, Ron meminta Vick masuk ke ruangannya untuk membicarakan permasalahan yang sedang ia hadapi. Napasnya yang memburu, juga tangan kanannya yang terkepal di atas meja, sudah cukup meyakinkan Vick bahwa Ron tak sedang main-main dengan perintahnya kali ini. "Aku meragukan pengakuan Bela yang menyatakan bahwa mereka tidak punya hubungan selain hanya pertemanan," sambung Ron Kyle dengan suara tercekat di kerongkongan, karena setiap kali memikirkan pengakuan Bela, hatinya mendadak nyeri. "Kamu bisa 'kan membantuku?" Kali ini tatapan Ron berubah sendu pada sang asisten."Baik, Pak. Saya akan mengerahkan seluruh kemampuan saya untuk membantu anda. Jangan khawatir." Vick mengangguk dengan tegas. "Good. Satu-satunya orang yang bisa aku percaya hanya kamu sekarang
Read more

Jenis Kelaminnya adalah ...

Ini bukan pertama kalinya Harsha datang untuk sekedar kontrol kandungan, tapi malam ini terasa berbeda karena Harsha tak datang sendirian. Ada Ron Kyle yang menemaninya dan duduk di sebelahnya, membantu membawakan tas Harsha padahal beratnya tak seberapa. Sejak sepuluh menit yang lalu keduanya tiba, entah sudah berapa kali Harsha mendengar suaminya menghela napas panjang. Seakan ada beban berat yang sedang Ron pikul sendirian di bahunya, tetapi hanya bisa ia nikmati sendiri. "Ny. Harsha Luvena." Panggilan dari perawat untuk memasuki ruangan dokter lantas membuat Ron berdiri. Tangannya secara reflek membantu Harsha bangkit dari kursi dan menggandengnya menuju ruang praktik dokter. "Selamat malam!" sapa seorang dokter ketika Ron lebih dulu masuk sambil menuntun istrinya. Ron tersenyum kaku, terlebih setelah tahu bahwa dokter yang akan memeriksa istrinya adalah dokter yang tampan. Usianya mungkin beberapa tahun di atas Ron, dan auranya, damn! Sangat kebapakan dan suamiable. Dia
Read more

Ciuman yang Sebenarnya

Diawal kehamilan dulu, Harsha menjalaninya dengan terpaksa dan sama sekali tak berharap lebih untuk kesehatan bayi yang ia kandung. Namun, seiring berjalan waktu, tepat setelah ia merasakan tendangan kecil itu untuk pertama kali, hatinya mulai berubah. Setiap harinya, Harsha selalu mengajak bayinya mengobrol seakan janin itu adalah makhluk dewasa yang mengerti apa yang sedang ia bahas. Pun, ia mulai sedikit posesif pada janin tak berdosa ini, berharap kelak bisa terus membersamainya tumbuh. "Jenis kelaminnya perempuan." "Perempuan!?" Harsha memekik dengan bahagia. "Benar. Selamat untuk anda berdua." Dokter Eka menyudahi kegiatannya memutar-mutar transducer itu diatas perut Harsha dan meminta suster Anis untuk membersihkan sisa gel itu. Tepat ketika dokter Eka berbalik menuju mejanya kembali, Harsha menoleh pada suaminya yang masih mengawasi layar monitor. Harsha hanya khawatir Ron tak suka memiliki anak perempuan sebagai anak pertamanya, entahlah. Di perjalanan pulang, Harsha yan
Read more

Pengakuan Dosa

"Untuk apa kita ke rumah tuan besar?" Harsha merasakan tubuhnya mulai meremang ketika mobil yang dikendarai oleh Ron perlahan masuk dan parkir di halaman rumah vila. Perasaan Harsha mulai gundah, apalagi dia datang bersama Ron Kyle! Brigitta dan Alex pasti curiga bila melihat mereka datang berdua. "Ayo." Ron melepas seatbelt dan lebih dulu meloncat turun dari mobil tanpa memperhatikan mimik wajah istri mudanya yang mulai pias. Dengan santainya, Ron berjalan memutari kap mobil dan membukakan pintu untuk Harsha. "Untuk apa kita ke sini, Tuan?" tanya Harsha gugup ketika Ron sudah mengulurkan tangan untuk membantunya turun. "Nanti kamu akan tahu. Sekarang ayo kita temui orang tuaku dulu di dalam," bujuk Ron dengan senyuman manisnya. Tak ada pilihan lain bagi Harsha selain setuju dan mengikuti Ron yang lebih dulu masuk ke dalam rumah orang tuanya. Dengan langkah kaki perlahan, Harsha terus membuntuti suaminya hingga tampaklah Brigitta dari kejauhan. Entah sudah berapa doa yang Harsha
Read more

Cinta dalam Diam

"Kamu serius?" Sekali lagi, Ron mencoba memastikan telinganya tidak salah mendengar. Dan, ketika Harsha menganggukkan kepala sambil menyunggingkan senyuman, saat itu juga Ron merasa ada sedikit nyeri yang menusuk di relung hatinya. "Kamu yakin dengan perkataanmu, Harsha?" Brigitta seakan paham luka itu dari tatapan putranya. "Kamu rela menyerahkan bayi yang kamu kandung susah payah selama sembilan bulan untuk diasuh oleh perempuan lain?" "Nyonya, kehadiran bayi ini sudah ditunggu selama bertahun-tahun oleh Tuan Ron dan nyonya Bela. Saya yakin nyonya Bela pasti akan memperlakukannya dengan baik, toh papanya akan selalu di samping bayi kami. Ya kan, Tuan?" "Tidak."Harsha mengernyit bingung. "Tidak?" ulangnya heran."Kamu akan tetap di sini bersama kami. Kita tidak akan bercerai, Harsha. Kita akan membesarkan bayi ini bersama-sama!" jelas Ron dalam sekali helaan napas. Usai mengutarakan isi hatinya itu, Ron lantas bangkit dan beringsut keluar dari ruangan kerja papinya. Suasana ha
Read more

Sahabat Rasa Pacar

"Bagaimana kabarmu, Devan?" Ron menelisik penampilan sahabat dari istrinya itu dengan teliti. Sudah cukup lama sejak terakhir kali mereka bertemu dan bertikai malam itu, kini Devan terlihat semakin kurus dengan bola mata cekung ke dalam dan menghitam. "Baik." Devan menjawab singkat seraya membuang muka. Ia tahu jika Ron sedang mengamati perubahan di tubuhnya. "Bagaimana kabar Harsha? Apa dia baik-baik saja?" Ron sudah mengira jika Devan akan bertanya tentang Harsha, jadi ia tak begitu terkejut mendengar pertanyaan itu. "Baik. Harsha semakin chubby dan menggemaskan." Entah mengapa kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Ron Kyle. Selama beberapa detik, suasana kembali hening. Kebekuan yang terjadi diantara keduanya seolah masih menyisakan dendam atas perseteruan terakhir yang terjadi. "Aku kemari untuk berpamitan. Besok lusa aku akan ke Amerika untuk berobat." Feeling Ron tak keliru, Devan memang sedang tidak baik-baik saja. Pantas saja penampilannya tidak lagi setampan du
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status