Home / CEO / IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO: Chapter 41 - Chapter 50

95 Chapters

Bela Menghilang

"Halo, Mi?" "Happy anniversary, Ronney!!" Teriakan di seberang sana yang berbarengan dengan suara tiupan terompet membuat kantuk Ron Kyle lenyap seketika. Ia mengangkat sebagian tubuhnya ke atas untuk bersandar di bantalan ranjang, masih terasa ngilu di beberapa bagian tubuhnya tetapi Ron memilih untuk tetap bangkit. Otaknya spontan bekerja untuk mengingat-ingat tanggal berapa hari ini! Ketika akhirnya Ron ingat jika di tanggal dan bulan ini adalah anniversary pernikahannya, Ron lantas berkata, "Thanks, Mi." "Di mana Bela? Kalian tidak pergi liburan? Sudah sepuluh tahun, Ron! Ayolah, segera buatkan cucu untuk kami!""Mi, please. Bukankah aku sudah bilang jangan membahas tentang anak lagi!" Ron memijat keningnya yang berdenyut pening, Briggita mulai lagi! "Ups! Sorry, Ronney. Btw, apa rencana kalian hari ini? Mau merayakan di mana? Mami dan Papi berencana akan ikut merayakan hari spesial kalian karena ini perayaan yang ke sepuluh, Nak! Tidakkah itu keren? Rumah tangga kalian awet
Read more

Rubah Betina

"Halo, Vick. Tolong bantu aku melacak nomor ponsel Bela dan mencari tahu posisi dia sekarang!"Ron langsung memutuskan sambungan telepon itu sebelum Vick sempat menjawab. Langkah kakinya yang lebar lantas terayun menuju kamar, barangkali ia bisa mendapat petunjuk di mana istrinya sekarang berada. Baru juga tangannya hendak menekan handle pintu, ponsel di genggaman tangan kiri Ron lantas bergetar. Ada panggilan masuk. Dari Brigitta. "Ya, Mi?" Ron menerima telepon itu seraya meringsek masuk ke dalam kamar tidurnya. "Ronney, Mami bertemu Bela di toko kue. Tapi dia buru-buru pergi sebelum Mami sempat menyapanya!" "Di toko mana itu?" Ron yang tadinya hendak mencuci muka, sontak menghentikan langkah dan berbalik badan."Di toko kue dekat bank Zurish. Rencana Mami akan membelikan cake untuk kalian, tapi rupanya Bela sudah membeli cake yang sama menurut pelayan di toko itu." Ron menghela napasnya panjang. "Baiklah, Mi. Tidak usah membeli kue. Bela sudah mempersiapkan semuanya.""Benarka
Read more

Dibawah Pengaruh Alkohol

"Apa maksudmu dengan menyingkirkan dia?" Ron bertanya dengan napas tertahan. "Bela, how could you--""Pilihannya hanya dua, Ron. Aku dan bayi itu, atau dia.""Bel--""Sejak awal tujuanmu menikahinya karena bayi itu, kan? Dia juga sudah setuju dengan kesepakatan itu. Lalu apa yang membuatmu ragu untuk menyingkirkan Harsha?" tukas Bela berusaha menjabarkan tujuan awal pernikahan Ron dan Harsha kala itu. "Jangan bilang kalo kamu mulai mencintai dia? Ron, kamu sudah berjanji untuk tidak tergoda padanya!""No. Aku tidak pernah bilang kalo aku mencintai dia, you know how much i love you, Bela! Aku menikahinya karena bayi itu akan menjadi pelengkap rumah tangga kita.""Good. Baguslah kalo pikiranmu sudah terbuka sekarang." Bela menyunggingkan senyuman dan membelai pipi suaminya dengan lembut. "Is it hurt? I'm sorry, Honey," bisiknya penuh sesal ketika jemarinya menyentuh luka yang berasal dari cakaran kukunya. "Aku minta maaf karena sudah kalap waktu itu. Aku menyesal." Ron menahan tangan B
Read more

Kejutan Tak Terduga

Napas yang semula sempat tertahan karena merasakan nikmat yang tiada tara, juga kelopak mata yang tadinya terpejam ketika bibir itu mulai memberikan sensasi yang luar biasa di bawah sana, sontak terbuka dan terbelalak ketika nama itu tiba-tiba disebut. Bela menurunkan salah satu kakinya yang ditahan keatas oleh Ron dan mendorong suaminya itu dengan perasaan terhina. Bisa-bisanya Ron menyebut nama wanita lain ketika sedang menjamahnya! Merasa ditolak untuk melakukan aktifitas foreplay itu, Ron lantas bangkit dan memandang Bela dengan bingung. Kesadarannya masih belum sepenuhnya pulih pasca menenggak minuman alkohol tadi. Nafsunya sudah di ubun-ubun, teganya Bela menghentikan semuanya disaat permainan mereka baru dimulai! "Kamu bilang kita bisa memulainya setelah orangtuaku pergi?" Ron memandangi istrinya yang beringsut pergi dari hadapannya. "Aku mau tidur, aku capek!" sahut Bela dingin seraya mengganti bathrobe-nya dengan piyama tidur. "Bela, kenapa?" Ron memprotes seraya menarik
Read more

Kenyataan Tentang Bela

Aroma tobaco dan wood menguar dengan sangat kuat ketika Bela baru saja menjejakkan kakinya masuk ke dalam mansion mewah itu. Ia terus mengayunkan langkah menuju sebuah ruangan, di mana seorang pria --yang akan ia temui, biasanya selalu menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Ketika akhirnya tubuhnya berhenti di depan sebuah pintu kayu kokoh berukiran abstrak, Bela menarik napasnya dalam-dalam sebelum kemudian menekan handle pintu dan meringsek masuk. "Hai, welcome, Darling!" sapa sebuah suara hangat yang langsung menyambutnya. "Tumben sekali kemari sore-sore? Aku sudah menunggumu sejak siang padahal!" "V, tell me why did you do that?" Langkah kaki Bela terus terayun hingga akhirnya berhenti di depan meja, di mana pria itu sedang duduk di baliknya. "Kamu sengaja, huh?" Senyuman di wajah pria itu semakin merekah lebar, ia menutup layar laptopnya dan memandangi perempuan di hadapannya dengan lekat. "Bagaimana kalau jawabannya adalah benar. Aku memang sengaja melakukannya."
Read more

Rencana Menjauh

Ron Kyle, meskipun usianya sudah matang, tetapi pengalamannya dalam asmara sangatlah payah. Ron sangat mempercayai Bela, tanpa ia pernah tahu jika Bela selama ini berselingkuh di belakangnya. Sikap dan kasih sayang yang Bela tampakkan pada Ron tak pernah berubah sejak mereka menikah, itulah mengapa Ron selalu berpikir jika Bela adalah istri yang setia. Pagi ini, Ron terbangun dengan kondisi wajah yang mulai membaik. Beberapa lebam sudah mulai memudar, bengkak pun sudah kempes dan tak lagi mengganggu. Selama beberapa hari meninggalkan kantor, Ron merasa sangat bosan. Apalagi Bela jarang berada di mansion dan lebih sering menghabiskan waktunya di bank Zurish. "Selamat pagi, Pak!" sapa Vick ketika melihat bosnya keluar dari lift secara tiba-tiba. Ron bahkan tak mengabari sekretarisnya itu jika pagi ini ia mulai ngantor. Pantas saja Vick kelabakan dan kalang kabut menyambut bosnya itu. "Pagi." Ron menyahut singkat seraya melenggang masuk ke ruangannya. Aroma khas dari pewangi ruangan
Read more

Mertua Idaman

[Tuan, kamu baik-baik saja?] [Tuan, apa luka-lukamu sudah sembuh?] [Tuan, kamu marah ya? Apa aku sudah membuat kesalahan? Maafkan aku.] [Tuan, obat-obatan dan vitaminku sudah habis. Apa aku harus membelinya sendiri atau kamu yang akan membelikan untukku?] [Tuan, kamu beneran marah, ya? Kenapa pesanku tidak dibalas? Aku minta maaf kalo sudah membuatmu kesal. Tapi tolong jangan acuhkan aku seperti ini.] [Kenapa rasanya semakin hari semakin menyakitkan kalo Tuan nyuekin aku seperti ini? Tolong balas pesanku sekaliiii saja.] [Baiklah. Aku minta maaf kalo sudah bikin Tuan marah dan kesal. Aku janji nggak akan merepotkan Tuan lagi. Aku juga minta maaf kalo sikapku ini jadi membuat Tuan risih. Aku janji ini nggak akan terulang lagi.] Harsha mematut ponselnya yang tak sekalipun berdenting selama seminggu ini. Baik Ron maupun Devan seakan menghilang di telan bumi. Sudah hari ke-enam sejak Ron pergi meninggalkan rumahnya, dan tak ada kabar apapun lagi setelah itu. Siang ini, kiriman pes
Read more

Jaga Sikapmu!

"Anda sudah mau pulang, Pak?" Vick memperhatikan bosnya yang baru saja memintanya untuk menelepon supir untuk standby di lobi. "Ya. Aku harus ke rumah vila sebelum semuanya terbongkar." Vick mengerutkan keningnya dengan bingung. "Apa terjadi sesuatu, Pak?" "Harsha bertemu mamiku di swalayan. Dan mami membawanya menginap di rumah vila selama weekend!" jelas Ron dengan rahang mengeras. Melihat mood bosnya sedang buruk, Vick tak berani mengeluarkan sepatah kata apapun lagi. Ia hanya mengikuti langkah lebar Ron yang berakhir di teras lobi. Selama di perjalanan, Ron berusaha menghubungi nomor Bela yang tak aktif sejak beberapa jam yang lalu. Entah sudah berapa kali panggilan yang tersambung hingga kesabaran Ron mulai terkikis. Pada akhirnya, Ron hanya mengirim pesan dan meminta Bela untuk menyusul ke rumah orangtuanya untuk makan malam bersama di sana. Ron juga membahas tentang Harsha yang bertemu ibunya di swalayan dan berakhir menginap di rumah orang tuanya. Ia tak mau Bela sala
Read more

Menghindar

"M-maaf." Harsha mundur semakin jauh demi menutupi rasa gugupnya. "Aku cuma mau membangunkanmu, Tuan."Ron menghela napas berat. Bukan tanpa alasan Ron mengamuk, ia hanya tak mau orangtuanya curiga tentang status Harsha. Namun, sepertinya reaksinya terlalu berlebihan hingga membuat wajah Harsha pucat dengan tubuh gemetaran. "Nyonya Brigitta dan tuan Alex sudah menunggu Tuan di bawah. Tadi nyonya besar sudah mencoba membangunkan Tuan tapi--""Jangan diulangi lagi, Harsha. Jangan melakukan apapun yang akan membuat orang tuaku mencurigai hubungan kita!" Ron mendekat ke tempat Harsha dan mencekal lengan istri mudanya itu dengan erat. "Kamu mendengarku?!" "I-iya. Maafkan saya." Harsha menunduk untuk menyembunyikan matanya yang sudah memanas. Ketika akhirnya cengkeraman Ron mengendur, Harsha buru-buru pergi tanpa menoleh lagi. Langkahnya cepat dan lebar menuju kamar Ron yang ia tempati sementara, Harsha sudah kehilangan selera untuk melanjutkan makan malam. Ketika Brigitta dan Alex mel
Read more

Dia yang Selalu Mencintaiku

"Siapa, Bebe?" Sebuah kecupan singkat mendarat di pipi Bela dan mengagetkannya yang sedang mengecek ponsel. Perhatiannya lantas beralih pada pria kesayangannya yang melenggang ke kamar mandi tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya. "Ron Kyle." Bela menyahut samar sembari menghembuskan napas singkat. 21 panggilan tak terjawab dari Ron telah memenuhi bilah notifikasi di layarnya. Dan oh, ada satu pesan yang masuk darinya. Jemari Bela menyentuh pesan itu hingga jendela aplikasi hijau itu terbuka. [Aku diundang makan malam di rumah papi dan mami. Kalo tidak sibuk, segeralah menyusul ke sana. Di sana juga ada Harsha, btw. Orangtuaku mengajaknya menginap dan berlibur di rumah vila sampai hari minggu.] Sorot netra Bela berubah nanar, napasnya mendadak sesak. Jadi, Harsha sudah meluncurkan jurus baru untuk merayu mertuanya? Licik sekali!"Dia bilang apa?" Victor tiba-tiba muncul dan merebut ponsel di genggaman Bela, ia membaca pesan itu dengan seksama lantas menyeringai samar bebera
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status