Home / CEO / IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO: Chapter 21 - Chapter 30

95 Chapters

Pernikahan Bersyarat

"Syarat lainnya akan aku pikirkan nanti. Sekarang Tuan bisa pergi dan tinggalkan aku," usir Harsha tegas. Semburat lega bercampur cemas dan bahagia tergambar jelas di wajah Ron pagi ini. "Tapi kamu janji tidak akan menggugurkan anakku, kan? Kalo kamu butuh sesuatu segera kabari aku, oke?""Pergilah." Sekali lagi Harsha mengusir Ron dengan membukakan pintu rumahnya lebih lebar. Setelah akhirnya Ron keluar dari rumah kontrakan kecil itu, Harsha segera menutup pintu dan menguncinya sambil menangis. Apa Harsha sudah gila? Dia belum menikah, tapi sudah mengandung seperti ini, lantas apa kata para tetangganya nanti?Belum jua pertanyaan-pertanyaan itu terjawab, pintu rumah Harsha kembali diketuk oleh seseorang. Ron kembali lagi dan urung pergi. "Apa lagi?" tanya Harsha ketus setelah lebih dulu menghapus air matanya. "Aku akan menikah denganmu." "Apa?" "Aku akan menikahimu, Harsha. Kamu juga harus pindah dari rumah kecil ini. Setidaknya, kamu hamil dengan status sebagai istriku agar
Read more

Cari Mati

Karena Devan setuju untuk makan siang bersama usai mereka berdua menyelesaikan tujuan masing-masing, akhirnya Harsha memaksa pak Udin untuk pulang tanpa menunggunya. Meskipun tadinya Udin memaksa untuk mengantarkan majikan perempuannya itu, tetapi Harsha menolak dengan tegas. Ia butuh privasi setelah sebulanan ini selalu diawasi oleh Ron. "Mau makan di mana kita?" tanya Devan sembari membuka kaca helmnya. "Terserah!" Harsha menyahut dengan santai, tetapi kemudian dia ingat jika Ron sangat membenci kata terserah, buru-buru Harsha meralat, "tapi aku pengen makan di mall," sambungnya cepat. Segala sesuatu yang tidak Ron sukai, juga peraturan tak tertulis yang Ron berikan, entah mengapa membuat Harsha wajib mematuhinya meskipun sedang tidak berhadapan dengan suaminya itu. Alam bawah sadarnya seakan memaksa Harsha untuk menjauhi larangan Ron dan melaksanakan perintahnya. Namun, khusus hari ini dia ingin menjadi istri yang bandel. "Oke. Berarti kita ke kota?" tanya Devan memastikan. H
Read more

Istri Muda yang Nakal!

Sejak menikah dengan Harsha, keharmonisan Ron dan Bela kembali seperti semula. Mereka bercinta setiap malam, bahkan lebih panas dari sebelum-sebelumnya. Tak ada yang berubah pada sikap Ron terhadap Bela meskipun ia telah menikahi Harsha. Keinginan mereka berdua untuk memiliki anak akan segera terwujud, bahkan kandungan Harsha bertahan lebih lama daripada proses inseminasi dulu. "Honey, hari ini aku menginap di rumah papa." "Ke kota lagi?" Ron menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengancing kemeja putih. "Bukannya minggu lalu kamu sudah menginap di rumah papa?" "Papa semakin tua, Honey. Aku harus sering-sering mengunjunginya atau dia akan melupakan aku sebagai anaknya!" Bela bangkit dari ranjang, membenarkan tali lingerie-nya yang melorot lantas membantu Ron mengancing kemeja putih itu. "Lalu malam ini aku tidur sendirian lagi?" keluh Ron sedih, menunduk dan mencium pipi sang istri. "Teganya kamu, Honey!" "Hanya semalam Ron, jangan berlebihan!" Bela mendorong tubuh suaminya
Read more

Hukuman

Tentu saja Harsha menjerit kaget ketika tiba-tiba Ron menggendongnya seperti menggotong karung beras! Bahkan, Ron seakan tuli ketika Harsha menjerit meminta diturunkan. "Turunkan aku, Tuan!" teriak Harsha kesal sembari memukuli punggung Ron dengan beringas. Namun, pria itu bergeming dan terus membawa Harsha masuk ke dalam kamar. Ada kilat amarah yang tadi sempat Harsha lihat dari bola mata tajam itu, hingga seketika tubuh Harsha merinding dan memejamkan mata, mungkinkah Ron akan memperkosanya lagi? Tiba di depan ranjang, Ron menurunkan tubuh mungil istri mudanya itu dengan sangat hari-hati dan perlahan. Padahal, beberapa detik sebelumnya Harsha sudah bersiap untuk kemungkinan ia akan dilempar di atas kasur itu. Ketika Harsha akhirnya membuka mata, tatapan Ron yang sesaat lalu nampak bengis, entah mengapa malah berubah sendu. "Kalo hanya ingin belanja, kenapa tidak minta antar pak Udin?" What? Harsha terbelalak heran oleh pertanyaan itu. Pun, suara Ron tumben sekali terdengar lemb
Read more

Melihat yang Tidak Seharusnya Dilihat

"Tidak ada yang serius, hanya demam biasa karena masuk angin. Jika sampai besok Nyonya Harsha masih demam meskipun sudah minum obat, baiknya dibawa ke rumah sakit untuk di cek lagi." Ron mengawasi tubuh yang berbaring di ranjang lebar itu dengan penuh sesal. Dari sofa tempatnya duduk, Ron berulang kali mengutuk perbuatannya yang telah di luar batas. Ini kali pertama Ron menghukum Harsha, dan ia berjanji tidak akan mengulang lagi kesalahan ini. Menyakiti Harsha, ternyata juga menyakiti dirinya. Terlampau lelah fisik dan mental, Ron akhirnya terlelap di sofa hingga pagi. Sinar mentari yang membias di matanya, sontak membuat Ron terjaga dan bangkit. Ia mendekat ke ranjang dan menyentuh kening istrinya yang masih terlelap dalamdamai. "Syukurlah," gumam Ron lega setelah suhu tubuh Harsha kembali normal. Entah jam berapa sekarang, Ron baru ingat jika Bela akan pulang hari ini. Buru-buru ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan menghubungi sang istri pertama. Lima kali nada sambun
Read more

Aku Akan Datang

Manusia punya dua pilihan ketika dihadapkan pada kejadian buruk yang pernah dia alami, melupakan lalu menyembuhkan atau terus mengenangnya dengan tetap menyimpan trauma. Dan Harsha, tak punya pilihan lain selain terus mengenang kejadian di kamar mandi karena setiap hari ia berkutat di tempat itu. Busa ... percikan air shower ... dan wajah Ron yang tengah terpana. "Arg! Pergilah! Pergi laaah kau ingatan sialan!" jerit Harsha tertahan untuk kesekian kali dalam sehari. Setiap kali hendak masuk ke kamar mandi, ingatan itu kembali mencuat dan membuatnya malu sendiri. Ron bahkan tak paham ketika Harsha menyebut miliknya dengan istilah lain --yang menurut pria itu tak wajar. Padahal, hampir semua manusia tahu, bukan? Di internet mereka memplesetkan bagian itu sebagai ..."Nyonya, ada surat untuk anda."Panggilan bik Sumi serta merta membuat Harsha tersentak dan menoleh cepat ke arah sang pelayan, yang telah berdiri di sisinya sembari membawa sebuah surat. "Dari siapa, Bik?" Harsha meng
Read more

Semakin Gila

"Tapi hari Kamis kita ada jadwal ke Italia, Ron! Sabtu acara pernikahan mamaku!" Seketika itu Ron lupa jika saja ia tak melihat tiga buah koper yang sudah dipersiapkan Bela. Padahal, dia sudah berjanji akan datang di acara wisuda Harsha dan hendak ijin pada Bela. "Bagaimana bisa kamu melupakan acara sepenting ini!" keluh Bela dengan kecewa. "Apa mamaku tidak sepenting itu di matamu?" "No, Honey! Maafkan aku. Aku benar-benar lupa. Apalagi ini pernikahan kesekian yang kita datangi, jadi--""Jadi maksudmu tidak masalah meskipun kita tidak hadir di acara pernikahan mamaku yang kesekian kali!?" "Tidak. Dengarkan dulu penjelasanku, Bela. Please!" Ron menarik tangan istrinya dan membimbingnya menuju sofa. Saat keduanya sudah duduk berdampingan, Ron membelai rambut wanita yang sangat ia cintai itu dengan lembut. "Baiklah. Kita akan berangkat. Aku minta maaf," ucap Ron berat hati. "Tapi setelah acara pernikahan mama, aku ijin pulang lebih dulu untuk menghadiri acara wisuda Harsha. Apa bo
Read more

Awasi Batasanmu!

[Jadwal hari ini : jam 10 fitting baju kebaya di butik Miss Valentine. Jam 13 try on make up di studio Miss Adeline] Harsha meletakkan ponselnya disertai dengan hembusan napas panjang. Beginikah rasanya jadi orang kaya? Segala sesuatu sudah ada yang mengatur dan kita tinggal datang tanpa perlu repot-repot membuat janji dll. Hanya demi acara wisuda, Ron sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk Harsha. Berhubung jam 10 Harsha sudah harus sampai di butik di mall besar yang hanya ada di kota, akhirnya Harsha sudah harus bersiap sedari pagi. Tepat jam 8, Harsha sudah rapi dan menyelesaikan sarapannya. "Nyonya, ada teman Nyonya di depan." Bik Sumi datang sembari sesekali memperhatikan ruang tamu. "Teman siapa, Bik?" "Itu loh, temen cowok yang dulu pernah nganter Nyonya pulang."Harsha sontak membeliakkan mata sembari melangkah cepat menuju ruang tamu"Devan!" serunya tertahan ketika dilihatnya sang sahabat sudah berdiri di pintu. Pria berjaket biru itu menoleh dengan santai sembari me
Read more

Seperti Kutub Utara dan Kutub Selatan

Masih ada satu jadwal yang harus Harsha selesaikan sebelum pulang, jadi ia tetap melanjutkan urusannya meskipun Ron memutuskan untuk ikut atau pria itu akan memaksanya pulang bersamanya. Tak ada pilihan yang lebih bagus untuk saat ini selain membiarkan dua pria itu membuntuti Harsha menuju Studio Make Up milik Miss Adeline, make up artis langganan keluarga Ron. Ketika Harsha tiba di studio keren yang didominasi oleh warna Pink Fanta dan Hitam, ia segera diarahkan menuju ruangan khusus di mana ia akan mencoba dirias sesuai dengan permintaan. Nantinya hasil riasan hari ini akan dipoles lagi untuk acara wisuda. Selama menunggu, Ron dan Devan lebih banyak diam dan sibuk dengan ponsel masing-masing. Keduanya duduk berjauhan dan saling memunggungi. Tak ada interaksi, tak ada komunikasi. Sekitar dua jam kemudian, Harsha pun keluar dari dalam ruangan dan mendapati dua pria itu sudah menatapnya tanpa berkedip. Mendapati tatapan penuh kekaguman itu, sesuatu di dalam dada Harsha mulai bergemu
Read more

Hukuman, Lagi.

"Tuan mau menginap di sini?" Harsha terbelalak ketika Ron dengan cueknya melangkah menuju kamar kosong di sebelah kamar Harsha. "Memangnya tidak boleh?" sahut Ron acuh sambil tetap melenggang memasuki kamar yang sama luasnya dengan kamar milik istri keduanya. Pertanyaan itu membuat Harsha sontak menggaruk keningnya dengan ragu, mau bagaimanapun rumah ini adalah rumah pemberian Ron. Status Harsha hanya sebagai pemilik sementara. "Bukan nggak boleh, tapi gimana kalo nyonya Bela marah?" "Tidak akan." Ron menyalakan sakelar lampu dan kamar pun terang benderang seketika. "Biarkan aku menginap di sini malam ini.""Terus besok ngantornya gimana? Tuan, kan, nggak bawa baju!?""Vick akan membawakannya untukku," sahut Ron singkat. Ketika langkah pria itu terhenti, Harsha serta merta membentur punggung bidang itu karena jaraknya terlalu dekat membuntuti Ron. Dengan gugup, Harsha buru-buru mundur dan menjaga jarak. "Boleh aku tanya satu hal?" tanya Ron ragu ketika dilihatnya gerak-gerik Har
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status