Share

Hukuman

Penulis: UmiLovi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tentu saja Harsha menjerit kaget ketika tiba-tiba Ron menggendongnya seperti menggotong karung beras! Bahkan, Ron seakan tuli ketika Harsha menjerit meminta diturunkan.

"Turunkan aku, Tuan!" teriak Harsha kesal sembari memukuli punggung Ron dengan beringas. Namun, pria itu bergeming dan terus membawa Harsha masuk ke dalam kamar.

Ada kilat amarah yang tadi sempat Harsha lihat dari bola mata tajam itu, hingga seketika tubuh Harsha merinding dan memejamkan mata, mungkinkah Ron akan memperkosanya lagi?

Tiba di depan ranjang, Ron menurunkan tubuh mungil istri mudanya itu dengan sangat hari-hati dan perlahan. Padahal, beberapa detik sebelumnya Harsha sudah bersiap untuk kemungkinan ia akan dilempar di atas kasur itu. Ketika Harsha akhirnya membuka mata, tatapan Ron yang sesaat lalu nampak bengis, entah mengapa malah berubah sendu.

"Kalo hanya ingin belanja, kenapa tidak minta antar pak Udin?"

What? Harsha terbelalak heran oleh pertanyaan itu. Pun, suara Ron tumben sekali terdengar lemb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Melihat yang Tidak Seharusnya Dilihat

    "Tidak ada yang serius, hanya demam biasa karena masuk angin. Jika sampai besok Nyonya Harsha masih demam meskipun sudah minum obat, baiknya dibawa ke rumah sakit untuk di cek lagi." Ron mengawasi tubuh yang berbaring di ranjang lebar itu dengan penuh sesal. Dari sofa tempatnya duduk, Ron berulang kali mengutuk perbuatannya yang telah di luar batas. Ini kali pertama Ron menghukum Harsha, dan ia berjanji tidak akan mengulang lagi kesalahan ini. Menyakiti Harsha, ternyata juga menyakiti dirinya. Terlampau lelah fisik dan mental, Ron akhirnya terlelap di sofa hingga pagi. Sinar mentari yang membias di matanya, sontak membuat Ron terjaga dan bangkit. Ia mendekat ke ranjang dan menyentuh kening istrinya yang masih terlelap dalamdamai. "Syukurlah," gumam Ron lega setelah suhu tubuh Harsha kembali normal. Entah jam berapa sekarang, Ron baru ingat jika Bela akan pulang hari ini. Buru-buru ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan menghubungi sang istri pertama. Lima kali nada sambun

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Aku Akan Datang

    Manusia punya dua pilihan ketika dihadapkan pada kejadian buruk yang pernah dia alami, melupakan lalu menyembuhkan atau terus mengenangnya dengan tetap menyimpan trauma. Dan Harsha, tak punya pilihan lain selain terus mengenang kejadian di kamar mandi karena setiap hari ia berkutat di tempat itu. Busa ... percikan air shower ... dan wajah Ron yang tengah terpana. "Arg! Pergilah! Pergi laaah kau ingatan sialan!" jerit Harsha tertahan untuk kesekian kali dalam sehari. Setiap kali hendak masuk ke kamar mandi, ingatan itu kembali mencuat dan membuatnya malu sendiri. Ron bahkan tak paham ketika Harsha menyebut miliknya dengan istilah lain --yang menurut pria itu tak wajar. Padahal, hampir semua manusia tahu, bukan? Di internet mereka memplesetkan bagian itu sebagai ..."Nyonya, ada surat untuk anda."Panggilan bik Sumi serta merta membuat Harsha tersentak dan menoleh cepat ke arah sang pelayan, yang telah berdiri di sisinya sembari membawa sebuah surat. "Dari siapa, Bik?" Harsha meng

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Semakin Gila

    "Tapi hari Kamis kita ada jadwal ke Italia, Ron! Sabtu acara pernikahan mamaku!" Seketika itu Ron lupa jika saja ia tak melihat tiga buah koper yang sudah dipersiapkan Bela. Padahal, dia sudah berjanji akan datang di acara wisuda Harsha dan hendak ijin pada Bela. "Bagaimana bisa kamu melupakan acara sepenting ini!" keluh Bela dengan kecewa. "Apa mamaku tidak sepenting itu di matamu?" "No, Honey! Maafkan aku. Aku benar-benar lupa. Apalagi ini pernikahan kesekian yang kita datangi, jadi--""Jadi maksudmu tidak masalah meskipun kita tidak hadir di acara pernikahan mamaku yang kesekian kali!?" "Tidak. Dengarkan dulu penjelasanku, Bela. Please!" Ron menarik tangan istrinya dan membimbingnya menuju sofa. Saat keduanya sudah duduk berdampingan, Ron membelai rambut wanita yang sangat ia cintai itu dengan lembut. "Baiklah. Kita akan berangkat. Aku minta maaf," ucap Ron berat hati. "Tapi setelah acara pernikahan mama, aku ijin pulang lebih dulu untuk menghadiri acara wisuda Harsha. Apa bo

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Awasi Batasanmu!

    [Jadwal hari ini : jam 10 fitting baju kebaya di butik Miss Valentine. Jam 13 try on make up di studio Miss Adeline] Harsha meletakkan ponselnya disertai dengan hembusan napas panjang. Beginikah rasanya jadi orang kaya? Segala sesuatu sudah ada yang mengatur dan kita tinggal datang tanpa perlu repot-repot membuat janji dll. Hanya demi acara wisuda, Ron sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk Harsha. Berhubung jam 10 Harsha sudah harus sampai di butik di mall besar yang hanya ada di kota, akhirnya Harsha sudah harus bersiap sedari pagi. Tepat jam 8, Harsha sudah rapi dan menyelesaikan sarapannya. "Nyonya, ada teman Nyonya di depan." Bik Sumi datang sembari sesekali memperhatikan ruang tamu. "Teman siapa, Bik?" "Itu loh, temen cowok yang dulu pernah nganter Nyonya pulang."Harsha sontak membeliakkan mata sembari melangkah cepat menuju ruang tamu"Devan!" serunya tertahan ketika dilihatnya sang sahabat sudah berdiri di pintu. Pria berjaket biru itu menoleh dengan santai sembari me

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Seperti Kutub Utara dan Kutub Selatan

    Masih ada satu jadwal yang harus Harsha selesaikan sebelum pulang, jadi ia tetap melanjutkan urusannya meskipun Ron memutuskan untuk ikut atau pria itu akan memaksanya pulang bersamanya. Tak ada pilihan yang lebih bagus untuk saat ini selain membiarkan dua pria itu membuntuti Harsha menuju Studio Make Up milik Miss Adeline, make up artis langganan keluarga Ron. Ketika Harsha tiba di studio keren yang didominasi oleh warna Pink Fanta dan Hitam, ia segera diarahkan menuju ruangan khusus di mana ia akan mencoba dirias sesuai dengan permintaan. Nantinya hasil riasan hari ini akan dipoles lagi untuk acara wisuda. Selama menunggu, Ron dan Devan lebih banyak diam dan sibuk dengan ponsel masing-masing. Keduanya duduk berjauhan dan saling memunggungi. Tak ada interaksi, tak ada komunikasi. Sekitar dua jam kemudian, Harsha pun keluar dari dalam ruangan dan mendapati dua pria itu sudah menatapnya tanpa berkedip. Mendapati tatapan penuh kekaguman itu, sesuatu di dalam dada Harsha mulai bergemu

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Hukuman, Lagi.

    "Tuan mau menginap di sini?" Harsha terbelalak ketika Ron dengan cueknya melangkah menuju kamar kosong di sebelah kamar Harsha. "Memangnya tidak boleh?" sahut Ron acuh sambil tetap melenggang memasuki kamar yang sama luasnya dengan kamar milik istri keduanya. Pertanyaan itu membuat Harsha sontak menggaruk keningnya dengan ragu, mau bagaimanapun rumah ini adalah rumah pemberian Ron. Status Harsha hanya sebagai pemilik sementara. "Bukan nggak boleh, tapi gimana kalo nyonya Bela marah?" "Tidak akan." Ron menyalakan sakelar lampu dan kamar pun terang benderang seketika. "Biarkan aku menginap di sini malam ini.""Terus besok ngantornya gimana? Tuan, kan, nggak bawa baju!?""Vick akan membawakannya untukku," sahut Ron singkat. Ketika langkah pria itu terhenti, Harsha serta merta membentur punggung bidang itu karena jaraknya terlalu dekat membuntuti Ron. Dengan gugup, Harsha buru-buru mundur dan menjaga jarak. "Boleh aku tanya satu hal?" tanya Ron ragu ketika dilihatnya gerak-gerik Har

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Hukuman Maut

    "Nyonya?" Entah sudah berapa kali bik Sumi memanggil sang majikan, tetapi perempuan muda itu masih saja mematung dengan pandangan kosong ke arah air mancur kecil di taman. "Nyonya?" Sekali lagi bik Sumi memanggil, tapi kali ini dengan sedikit menyentuh pundak Harsha. Ketika akhirnya perempuan itu tersentak dan bergerak dengan gelisah, bik Sumi pun reflek mundur menjauh. Setelah kesadarannya utuh kembali dan menyadari jika seseorang sedang berdiri di sebelahnya, Harsha pun menoleh dengan bingung. "Ngapain Bibik di sini?" tanyanya heran. "Anu, barusan Tuan telepon." Bik Sumi menyodorkan ponsel milik Harsha yang sudah dalam keadaan mati. "Tuan panik takut Nyonya kabur!" Kabur? Harsha mendengus cepat. Perlahan tangannya bergerak menyentuh bibirnya yang kembali basah oleh saliva-nya sendiri. Teringat jelas momen beberapa saat lalu yang terjadi. .."Baiklah, aku akan menghukummu!" Seakan mendengar vonis mati dari hakim agung, Harsha perlahan bergerak mundur dengan takut. Apalagi,

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   The Day

    Hari yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Sejak subuh, Harsha sudah di dirias oleh tim Make up Artis dari Studio yang tempo hari ia kunjungi. Harsha tak suka make up yang terlalu tebal, ia request agar hasil akhirnya nanti tak terlalu merubah wajah aslinya. Jika Harsha sedang berkutat dengan bedak dan lipstik, lain pula dengan Ron yang menghabiskan paginya dengan bersantai di taman sambil minum secangkir kopi. Hari libur adalah anugerah baginya. "Bik, tolong bawakan sarapan Harsha ke kamarnya. Dia tidak akan sempat sarapan kalo tidak dipaksa."Perintah Ron pada seorang pelayan yang sedang menyapu taman. Dengan patuh, pelayan itu meletakkan sapu di tangannya dan bergegas masuk ke dalam rumah untuk memberi tahu bik Sumi. Saat sedang terbuai dalam lamunan, Ron tiba-tiba teringat pada istrinya yang saat ini masih berada di Italia. Jika sesuai jadwal, maka Bela akan pulang pada hari Rabu pekan depan. Itu berarti Ron harus berhadapan lagi dengan sikap konservatif istrinya yang tak pandan

Bab terbaru

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Liburan

    "Berlibur?" Ron mengernyit heran setelah mendengar permintaan Harsha yang tak biasa sore ini. Ia baru saja menyerahkan sebotol stok Asi untuk bayinya ke ruang NICU, dan Harsha mendadak mengajaknya liburan seakan mereka tak direpotkan oleh seorang bayi yang sedang berjuang untuk tetap hidup. "Iya. Liburan. Kapan terakhir kamu liburan?" Harsha bangkit dan menggandeng lengan suaminya yang masih mematung di samping pintu. Ron menerawang sejenak, alisnya terangkat untuk mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali ia pergi berlibur. Sepertinya sudah sangat lama, hingga Ron lupa kapan persisnya. "Entahlah, aku lupa.""Kalo begitu ayo kita pergi liburan!" putus Harsha riang tanpa beban. "Lalu Brisya? Kamu akan meninggalkannya di sini?" Ron memandang istrinya dengan heran. "Bagaimana bisa kita bersenang-senang sementara anak kita sedang berjuang di dalam sana, Harsha?" "Kita hanya pergi dua hari, bukan pergi selamanya! Jangan berlebihan." Harsha meninggikan suaranya karena tersinggung d

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Jenuh

    Ron akhirnya menyerah pada keangkuhannya. Ia setuju pada ide nama yang diberikan oleh Harsha untuk putri mereka. Ron menekan egonya demi kebaikan. Ia ingin menjadi ayah dan suami yang sempurna untuk keluarga kecilnya yang baru. Ron berharap bisa mengimbangi kebaikan dan ketulusan Harsha pelan-pelan. "Brisya Nora Birnandi." Ron tersenyum ketika membaca nama bayi kecilnya yang kini terpampang di papan kecil --yang ditempel di inkubator. Sejak seminggu yang lalu, papan nama itu sudah tertempel di situ. Kini, hanya tinggal dua bayi yang masih dirawat di ruangan steril dengan berbagai macam alat bantu kesehatan itu. "Selamat pagi, Pak." Lamunan Ron seketika itu buyar setelah mendengar suara sapaan khas yang selalu menyapanya di jam sembilan pagi. Ron menarik napasnya singkat sebelum akhirnya berbalik badan. "Selamat pagi, Vick. Apa ada berita terbaru hari ini?" tanya Ron seraya berlalu dari jendela NICU dan beringsut duduk di kursi besi di dekat sana. Vick membuntutinya di

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Istri Luar Biasa

    Bela sangat pencemburu. Dia tidak suka melihat Ron terlalu akrab dengan lawan jenis. Jangankan ketahuan mengobrol dengan perempuan, ketahuan melirik atau memperhatikan perempuan lain saja pasti jadi masalah besar bagi Bela. Itulah mengapa sejak menikah dengan Bela, Ron benar-benar memutuskan komunikasi dengan Kalina. Ia pun mengganti beberapa manajer perempuan di kantornya untuk meminimalisir pertemuan dengan mereka di saat meeting. Sejak menikah, Ron benar-benar menjaga hati dan dirinya hanya untuk Bela seorang. "Aku bertemu tante Brigitta kemarin di mall. Beliau sebenarnya sudah lupa denganku, katanya wajahku sudah banyak berubah. Benarkah begitu, Ron? Apakah aku tampak lebih muda dari usiaku?" Kalina terkekeh sembari menyentuh pipinya yang memerah. Harsha dan Ron hanya saling melirik dengan keki ketika melihat gelagat Kalina yang tersipu setelah memuji dirinya sendiri. "Jadi kamu bertemu mami?" "Nah, iya! Beliau cerita kalo istrimu baru melahirkan. Makanya akhirnya aku datan

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Jangan Samakan Aku dengan Dia

    Sudah hampir satu jam berlalu sejak Ron kembali ke kamar VVIP yang ditempati Harsha, tetapi pria itu tak sekalipun membuka mulut atau sekedar memperhatikan sang istri yang sedang memompa ASI. Biasanya, Ron akan duduk dengan wajah berbinar dan menemani Harsha, setiap kali melihat wanita muda melakukan rutinitas pumping untuk bayi mereka. Setiap tetes air susu untuk putri mereka yang sedang berjuang di ruang NICU itu, selalu membuat Ron takjub. Walaupun sesekali, Ron akan menggoda Brisya dengan sesekali memberikan belaian lembut di gundukan menggiurkan itu.Namun, sudah satu jam berlalu dan Ron masih betah memandangi layar laptopnya tanpa sekalipun terdistraksi oleh gerak-gerik Harsha. Entah mengapa moodnya memburuk pasca bertemu Victor. "Kamu marah sama aku?" Suara lembut itu membuat jemari Ron membeku diatas keyboard laptopnya. Ia melirik sekilas ke arah Harsha yang sedang duduk di sebelah jendela, memompa asi sambil menikmati pemandangan adalah kegiatan favoritnya. "Tidak." Ron m

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Dia Menghilang

    "Jadi dia belum ditangkap?" Ron menggretakan giginya dengan keras. "Lalu apa kerjaan polisi-polisi itu semingguan ini, huh!?" "Maaf, Pak. Tapi keberadaan nyonya Bela benar-benar tidak bisa di lacak. Nomornya tidak aktif sejak kejadian itu dan posisi terakhirnya tak memberikan petunjuk apapun," terang Vick dengan serius. "Di mana posisi terakhirnya?" "Di supermarket, Pak. Saya sudah mengecek CCTV di sana tapi sayangnya koneksi internet pada hari itu jelek, sehingga kualitas gambarnya buruk dan menyusahkan tim kepolisian mencermati setiap pengunjung di sana," jelas Vick sembari mengangsurkan ponselnya, yang sedang memutar video copy CCTV di supermarket itu. "Sialan!" maki Ron sembari mengepalkan tangan. "Selama dia belum ditemukan, keselamatan bayiku dan Harsha sedang terancam." Ron terkesiap setelah ia mengucapkan kalimatnya barusan. Ia baru ingat, tadi dia meninggalkan Harsha bersama Victor yang notebene adalah kekasih Bela. "Vick, apa kamu sudah mengecek kediaman Mr. Simon?" Ro

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Bros Keramat

    Sudah seminggu sejak Harsha melahirkan, hanya dua kali ia diijinkan melihat dan menggendong bayinya di ruang NICU. Bukan tanpa alasan, semua demi menjaga kestabilan emosi Harsha yang selalu goyah tiap kali usai menjenguk putri kecilnya. Melihat selang kecil di mulut mungilnya, juga selang ventilator yang tak pernah lepas membantu pernafasannya, selalu membuat tangis Harsha pecah detik itu juga. Akhirnya, dokter hanya mengijinkan Harsha melihat dari jauh tanpa boleh mendekat agar kondisi psikisnya terjaga. Meskipun berat, tapi perlahan-lahan Harsha mulai menerima keadaan bayinya yang bermasalah dengan kesehatannya. Ia mulai sanggup mengelola emosinya, menata hatinya, menguatkan batinnya. Bersama Ron, suaminya, Harsha belajar untuk ikhlas pada takdir mereka. Sebenarnya, Harsha sudah diperbolehkan pulang tiga hari pasca cesar, hanya saja ia tak ingin jauh-jauh dari bayinya, alhasil Ron akhirnya menyewa dan menganggap rumah sakit itu selayaknya hotel. Mereka berdua selalu mengunjungi b

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Anakku yang Malang

    Dingin. Aroma obat yang sangat menyengat menguar dan terhirup oleh indra penciuman Harsha yang baru saja membuka mata. Efek obat bius itu secara perlahan mulai mereda dan membuat kesadarannya kembali. Dengan gerakan lemah, Harsha meraba perutnya yang telah rata. Jadi, bayinya sudah lahir? "Kamu sudah bangun?" Suara berat nan serak itu membuat Harsha menoleh ke sisi kanan tubuhnya. Seorang pria tersenyum menatapnya. Ron Kyle. "Jam berapa sekarang? Di mana bayi kita?" Harsha memperhatikan seisi kamar berwarna biru muda yang menjadi ruangan VVIP tempatnya menginap. "Jam tujuh malam. Kamu baru jam tiga sore tadi dipindah dari ruang pemulihan. Kamu tidak ingat?" tanya Ron seraya bangkit dari sofa, mendekat ke ranjang istrinya lantas duduk di tepian ranjang itu. Masih dengan gerakan lemah, Harsha menggeleng. Ingatan terakhirnya adalah ketika dokter mulai menyuntikkan sesuatu ke selang infusnya, lalu setelah itu semuanya gelap dan Harsha tiba-tiba sudah berada di ruangan ini. "Yah, sa

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   My Beautiful Baby

    "Operasi berjalan lancar, dan istri anda masih harus dipantau selama dua jam ke depan di ruang pemulihan, Pak." Dokter Eka melipat masker yang sejak tadi menutupi wajahnya dan memandang Ron dengan tatapan tak terbaca. "La-lalu bayi kami?" "Tim Neonatologist sedang berupaya keras untuk memeriksa kondisi bayi anda. Saat ini bayi anda sudah dibawa ke NICU.""Bayi saya pasti sehat 'kan, Dokter?" Ron menghadang langkah dokter Eka yang hendak berlalu. "Tolong selamatkan bayi saya, Dokter! Saya akan bayar berapapun asal bayi saya mendapatkan perawatan yang terbaik!" "Ronney." Brigitta menarik lengan putranya agar tidak menghalangi dokter Eka yang hendak kembali ke ruangannya. "Kita akan berusaha semaksimal mungkin, Pak. Kami akan terus update perkembangan ibu dan bayi. Do'akan saja yang terbaik." Dokter Eka menepuk pundak Ron Kyle untuk berbagi kekuatan pada pria itu, sebelum akhirnya berpamitan untuk kembali ke ruangan prakteknya. "Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri seandainy

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Titik Terendah II

    Setelah mengurusi beberapa keperluan Harsha terkait administrasi, Ron akhirnya diperbolehkan mengunjungi istrinya itu di ruang UGD. Sembari menunggu jam operasi, Ron ingin menemani Harsha meskipun hanya sebentar. "Aku takut," rengek Harsha di antara isak tangisnya yang pecah ketika melihat Ron datang. "Bagaimana kalo aku mati? Bagaimana kalo bayinya nggak bisa diselamatkan?""Sttt, jangan bicara seperti itu. Kamu dan bayi kita pasti akan baik-baik saja. Dokter Eka adalah dokter terbaik di kota ini," hibur Ron sembari menggenggam erat jemari Harsha yang dingin. "Sebentar lagi kita bisa bertemu bayi kita, anak kita." Ron mengusap kening wanita yang sangat ia cintai itu dengan lembut dan melayangkan ciuman di sana. "Kalo aku mati, apa kamu akan menikah lagi?" tanya Harsha masih dengan linangan air mata itu. Ron tergemap, ia menarik kepalanya dari kening Harsha dan menatap sang istri dengan heran."Kamu akan baik-baik saja, Harsha. Kamu tidak akan mati.""Tapi rasanya pasti sakit bange

DMCA.com Protection Status