Semua Bab Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden : Bab 81 - Bab 90

137 Bab

Ulang Tahun Tanpa Perayaan

Haedar menggebrak meja setelah mendengar kabar dari Jiddan bahwa Gerald dan Melinda diserang seseorang menggunakan pisau. “Tak salah lagi. Ini pasti perbuatan Kenan,” katanya. “Saya juga yakin begitu, Tuan. Namun sayang, Tuan Gerald memilih untuk diam sementara waktu. Mereka mungkin dalam perjalanan pulang,” tutur Jiddan. Karena semalam mendapat tugas menyelidiki, ia jadi lebih siaga dan memutuskan untuk mencari tahu sendiri. Awalnya, Jiddan akan mengintai di dekat Adi Jaya Group seorang diri, tapi Haedar melarang. Pria itu memerintahkan Radit untuk ikut. Tak baik jika pergi sendirian sebab musuh mereka kini adalah seorang pengusaha yang tentunya memiliki koneksi yang kuat di berbagai kalangan. Jiddan mengangguk. Haedar tak seburuk yang ia kira. Tak seambisius Gerald yang malah ingin melengserkan kedudukan Haedar dan sekarang berhasil menggantikan posisinya. “Pergilah! Laporkan padaku apa pun yang kalian
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-25
Baca selengkapnya

Menyatakan Perasaan

“Kenapa kau tidak bilang dari tadi? Kenapa orang rumah tak ada yang memberi tahu?” Melinda menatap Gerald yang menaikkan pundak. “Aku tak suka dirayakan. Aku sudah tua.” Gerald menarik napas. Ia menyandarkan kedua tangannya pada pinggiran balkon. “Huhhh! Ya sudah, selamat ulang tahun. Selamat menua. Semoga apa yang kau inginkan, kau cita-citakan bisa tercapai. Semoga semakin sukses, lancar, sehat selalu.” Melinda tersenyum, memeluk Gerald yang balas memeluk. Keduanya seolah adalah pasangan suami-istri yang romantis. Dari sebelah, Naura mengawasi. Hatinya perih melihat kebersamaan mereka. Kalau saja bukan karena ingin punya keturunan, tak mungkin ia mengizinkan suaminya disentuh sang madu. “Kau tidak mau memberiku sesuatu?” tanya Gerald. “Kau mau apa?” Melinda balas bertanya. Gerald diam, bersikap seolah tengah berpikir. Ia membiarkan Melinda terus menunggu jawabannya. Piki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-26
Baca selengkapnya

Bujukan Naura

Plak! Kenan menampar pipi Vicky dengan keras. Ia tak menyangka akan mendapat kabar buruk. Pasalnya, Baskoro mengabari bahwa anak buah Gerald mulai mendekati kediamannya. Vicky yang ditugaskan untuk mengawasi malah berbuat ulah dengan melukai Gerald yang berarti menambah masalah. “Bodoh! Aku hanya memintamu mengawasi dua orang saja tidak becus! Siapa yang menyuruhmu melukainya? Yang ada nanti aku semakin kehilangan banyak thunder!” Kenan meremas kerah baju Vicky yang tertunduk. “Maaf, Tuan. Saya tak bermaksud untuk melukainya. Hanya ... hanya sebatas menakut-nakuti saja, tapi ternyata saya mengenai lengannya.” Vicky semakin tertunduk. Enak-enak merebahkan tubuh, malah ditelepon Kenan dan diminta datang meskipun tengah malam. “Baru sekali diberi tugas saja sudah merepotkan! Kau kupecat! Keluar dari sini dan jangan pernah menampakkan wajahmu di hadapanku!”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-27
Baca selengkapnya

Setuju?

Haedar menyeret Vicky menuju ke ruangan Gerald. Ia kaget mendapati pria asing berdiri di depan Athena Holding. Begitu melihatnya, Vicky langsung mendekat dan mengatakan tujuannya datang. Siapa sangka, orang asing yang mengaku tak kenal siapa pun itu malah ingin mencelakai Melinda dan Gerald. Brakkk! Gerald terkejut saat melihat siapa yang masuk. Tubuh Vicky yang didorong hingga tersungkur ke lantai membuatnya berdiri. “Apa-apaan ini? Siapa yang kau bawa?” tanyanya, meletakkan pulpen setelah menutup map. “Dia adalah pelakunya. Orang yang telah melempar pisau padamu!” tunjuk Haedar dengan wajah beringas. “Apa?” Gerald langsung mendekati Vicky yang bersimpuh dengan mengatupkan kedua tangan. “Maafkan saya, Tuan. Saya salah. Saya mengaku salah,” ucap Vicky, dengan nada bergetar. Gerald mendekati pria malang itu. Tangannya dengan cepat menarik kerah baju Vicky hingga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-28
Baca selengkapnya

Malam Pertama

Melinda meremas jemari. Mondar-mandir di dekat ranjang. Pikirannya berkecamuk. Rasa takut mulai menjalar. Bingung harus bagaimana, wanita itu memutuskan untuk menelepon Rusdi sambil keluar kamar. “Paman!” Melinda menggigit ujung jarinya. “Kau belum tidur? Apa suamimu belum pulang?” Rupanya Irma yang mengangkat teleponnya. “Dia ... dia sedang mandi,” jawab Melinda, memerhatikan lantai dasar. “Kau harus melayaninya sebaik mungkin. Ingat, Lin! Kau masih istrinya yang berarti sudah kewajibanmu melayaninya.” Irma mengingatkan. Ia mengibaskan tangan saat sang suami hendak mengambil ponselnya. Rusdi tahu apa yang istrinya rencanakan. Kalau Melinda hamil, maka peluang bagi Irma untuk mendapat jatah uang bulanan akan tetap mengalir. Itu pun dia tak tahu kesepakatan apa yang dibahas dengan Zaskia dan Naura tentang rahasia besar yang selama ini ditutupi dengan baik dan penuh perhitungan. “Beri
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-29
Baca selengkapnya

Bertemu Wanita Aneh

Melinda membiarkan Gerald membantunya mengeringkan rambut dengan hairdryer. Pria itu tampak pandai melakukannya. “Kau apakan leherku?” Melinda baru menyadari bahwa lehernya memerah di beberapa sisi saat menatap cermin. Dirabanya leher itu dengan cemas. “Mana aku tahu? Lampunya dimatikan, kan? Mungkin aku tak sadar saat melakukannya.” Gerald beralasan. “Tak sadar, katamu?” Melinda menyenggol perut sang suami dengan sikunya. Gerald hanya tertawa lirih, menyelesaikan mengeringkan rambut. “Bagaimana kalau ada yang lihat? Aku kan malu.” Melinda menutupi bekas kemerahan di leher dengan bedak. Namun, tetap saja masih terlihat. “Kenapa kau peduli orang lain? Biar saja mereka mau berkomentar apa. Lagi pula, kita suami-istri. Siapa yang akan marah?” Gerald menyisir rambutnya. “Aku bahkan belum mengganti selimut,” kata Melinda, melirik dari cermin.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-30
Baca selengkapnya

Kau Jelek, dan Aku Suka

Haedar memasuki salon kecantikan milik mamanya yang ramai. Beberapa wanita di sana langsung mengedarkan pandangan pada pria berkemeja putih itu. “Kau ke sini?” Saroon mengikuti sang anak yang menaiki lantai dua menuju ke ruangan mamanya. “Hm.” Haedar hanya bergumam lirih, terus membuka pintu dan duduk di sofa. “Kau terlihat lesu akhir-akhir ini. Apa semua baik-baik saja?” Saroon ikut duduk. Tak ada jawaban. Haedar malah menatap ruangan luas itu seperti tak pernah melihat semua hal yang ada di dalamnya. “Kau tak menemui Melinda? Mama sudah lama tak bertemu dengannya.” Saroon masih mengajaknya bicara walaupun tahu sang anak tampak tak acuh. “Aku akan pulang.” Haedar bangkit tanpa ekspresi. Mendadak saja sikap anaknya berubah, membuat Saroon khawatir. Sejak seminggu terakhir, Haedar jarang bicara dan lebih terkesan menjauhkan diri dari padanya. “Tunggu! Kita bicara dulu.” Ditariknya tangan H
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-31
Baca selengkapnya

Menagih Hutang Nyawa?

“Mas, kau yakin Kak Naura akan suka dengan baju yang kita pilih?” tanya Melinda, keluar dari butik menenteng paper bag. “Dia pasti akan suka kalau aku yang pilihkan. Kau tenang saja. Mau makan setelah ini?” tanya Gerald, melirik arloji yang sudah menunjukkan waktunya makan siang. Melinda mengangguk. Setelah beberapa jam berputar-putar memilih pakaian, ia merasa lelah sekaligus lapar. Padahal yang dibeli hanya dua pakaian, tas dan high heels, tapi lamanya sudah seperti orang yang akan memborong semua pakaian. Keduanya melangkah menuruni eskalator. Gerald tampak santai, menggandeng tangan istrinya seolah-olah mereka adalah pasangan yang memang selalu tampil mesra di mana pun berada. “Kalau misal dia tidak suka?” Melinda takut pilihan Gerald untuknya dianggap lebih bagus daripada pilihan untuk Naura. “Kau tak perlu cemas. Standarnya memang tinggi. Namun, a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-01
Baca selengkapnya

Aku Hanya Ingin Anak Darimu

Suasana yang tegang, berusaha dicairkan oleh Gerald. Ia tertawa renyah sambil menggelengkan kepala. “Kebetulan kau keluar dan aku bosan, jadi aku ajak Melinda keluar. Ini, aku belikan sesuatu juga untukmu.” Gerald menyerahkan paper bag pada Naura yang kini menuju ke sofa. “Apa ini, Mas?” Dibukanya paper bag, lalu memeriksa isi yang ternyata gaun indah berwarna blue denim. “Kesukaanmu,” jawab Gerald, duduk bersamaan dengan Melinda. Suzy tetap berada di sana dengan tak tahu diri. Menyaksikan apa yang akan terjadi di antara ketiganya. “Wah! Ini bagus sekali, Mas,” pujinya, mengeluarkan gaun. Diperhatikan seluruh gaun, mulai dari warna, motif, bahan, juga harga yang mencapai 37 juta. “Kau beli apa, Mel?” Naura bertanya karena penasaran. “Gaun juga, tapi warna dusty pink,” jawab Melinda. “Boleh aku lihat?” Naura bangkit, lantas duduk di sebelah Melinda. Ingin ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-02
Baca selengkapnya

Menginap?

Gerald memasuki dapur. Ia mendapati Melinda tengah memasak sesuatu. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya, memeluk dari belakang. Melinda menoleh, mengelus kepala sang suami. “Aku ingin sekali makan brownis pisang, jadi aku bikin sedikit, takut gagal,” jawabnya. “Memang kau bisa bikin kue?” Gerald menyangsikan. Pria itu mengintip ke dalam panci kukus, di mana brownis pisang tampak mulai mengembang. “Bisa sedikit. Kenapa kau ke sini?” Melinda membalikkan badannya. Sang suami menaikkan pundak, beralasan hanya iseng karena suasana sepi, maka dia berusaha mencari makhluk hidup di rumahnya. Mendengar alasan itu, Melinda berdecak. Makhluk hidup? Kalimat aneh yang bahkan terdengar lebih aneh karena saat mengatakannya sang suami sedikit mengatupkan kedua bibir. “Oh, ya. Ini kesukaan Naura.” Gerald baru ingat kalau istrinya sangat menyukai brownis pisang. Melinda hanya manggut-manggut. Kebetulan sekali. Nanti bisa ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status