Semua Bab Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden : Bab 91 - Bab 100

137 Bab

Obat Penghilang Cemas

Gerald memerhatikan ruangan kamar istrinya yang sangat sempit. Bisa dibilang hanya sepertiga kamar di rumahnya sendiri. “Kenapa kau ingin menginap?” tanya Melinda, mengunci pintu. “Tak ada alasan khusus. Hanya ingin tinggal di sini,” jawab Gerald, duduk di tepi ranjang yang bahkan berbunyi saat ia melabuhkan tubuhnya. “Bagaimana dengan Kak Naura? Kau tak mau menjaga perasaannya?” Melinda bingung sendiri. Tadi ia hanya pamit berkunjung, tapi sang suami malah ingin menginap. “Ayolah, Lin. Kenapa kau panik? Aku kan menginap di rumah istriku, bukan istri orang. Santai saja. Sini!” Ditariknya Melinda hingga duduk di pangkuan. Wanita itu merasa tak enak. Baru juga akur dengan Naura, tapi sekarang malah bersikap seperti ingin merebut suaminya. Namun sayang, menurut Gerald, justru ini adalah kesempatan baik untuk mereka menghabiskan waktu bersama. “Kamarmu sempit sekali. Kau mau aku membangun tem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-04
Baca selengkapnya

Wanita Aneh di Gym

Melinda pergi ke salon kecantikan milik Saroon. Di sana, ia tak sengaja bertemu Haedar. Pria itu buru-buru hendak pergi, tapi Melinda mencegah. Dia penasaran dengan apa yang terjadi sampai Haedar tak pernah menemuinya lagi. Haedar tak menjawab, malah pura-pura sibuk menerima telepon. Melinda hanya diam, membiarkan pria itu keluar tanpa sempat bicara. Merasa aneh dengan sikapnya, Melinda pun bertanya apa yang terjadi pada Saroon. Mamanya Haedar itu berusaha tersenyum, menyambutnya dengan gembira. “Semua baik-baik saja kan, Tante? Aku merasa tidak enak. Apa aku melakukan kesalahan sampai dia bersikap seperti ini?” tanyanya, duduk dengan tenang. “Jangan heran, dia memang sibuk akhir-akhir ini. Untuk bicara denganku saja dia tak sempat. Maklum, pasti masalah kerjaan.” Saroon berusaha menutupi kenyataan. “Ohh, aku kira kenapa. Semoga saja dia memang baik-baik saja.” Melinda mengelus pahanya perlahan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-05
Baca selengkapnya

Racun Bunga Hemlock Water Dropwort

Naura diam-diam mengawasi sang suami yang tengah menikmati minuman bersama Melinda di balkon. Keduanya tampak sangat senang, sesekali tertawa lebar. Hal itu menambah perih hati Naura yang semakin tak bisa menahan diri untuk diam saja. Kedekatan mereka malah membuatnya ingin menghancurkan kebahagiaan madunya. “Tidak lama lagi, kau akan berakhir. Aku sudah tak peduli dengan anak. Kalau kau mati, akan lebih baik bagiku,” ujarnya, menutup tirai dengan kasar. Malam terasa lebih lama baginya. Seperti bertambah berjam-jam untuk bisa segera melihat sinar mentari pagi. Tak berapa lama, Naura terbangun dari tidurnya yang terganggu. Ia menoleh ke arah kamar mandi, di mana terdengar suara air mengalir, pertanda suaminya tengah mandi. Buru-buru wanita itu membuka lemari. Mengambil sesuatu dari balik tatanan pakaian. Sebuah botol berukuran kecil kini berada dalam genggamannya. “Tamatlah riwayatmu, Pela
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-06
Baca selengkapnya

Ketahuan

Melinda membuka bungkus kerupuk dengan giginya. Menatap piring nasi goreng ebi yang terlihat menggoda. Sesaat Melinda terdiam. Aroma masakannya terasa berbeda. Namun, karena sudah telanjur merasa lapar, ia tak ambil pusing. “Makan dan tidurlah untuk selamanya.” Naura yang bersembunyi di kamar Suzy, mengintip Melinda yang masih sibuk mengambil air minum. “Nyonya yakin akan berhasil?” tanya Suzy yang sudah tahu rencana majikannya. Baru beberapa saat yang lalu Naura bercerita tentang rencananya meracuni Melinda. “Apa ada yang tidak mati setelah diracun?” Naura tak sabar ingin segera melihat madunya menikmati nasi goreng yang warnanya juga sudah berubah. “Apa aku menambahkan kecap? Warnanya jadi berubah.” Melinda berpikir. Namun, lagi-lagi ia tidak terlalu peduli. Tangannya sudah pun mengambil kerupuk dan menggigitnya. Kemudian menyendok nasi goreng yang sudah diracun itu. Baru hendak menyuap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-07
Baca selengkapnya

Kabar Gembira

Gerald menunggu dengan cemas. Dokter masih memeriksa keadaan Melinda yang bahkan belum sadar. Naura yang takut, hanya bisa menangis tak jauh dari Gerald yang resah bersama Suzy. Memerhatikan sang suami yang sangat mencemaskan istri keduanya. “Apa dia baik-baik saja? Jangan-jangan dia sudah memakan nasi goreng beracun itu. Kalau sampai itu terjadi, aku tidak akan memaafkanmu!” tunjuknya pada Naura. “Mas, aku minta maaf. Aku mengaku salah. Aku ... aku tidak bisa berpikir jernih dan sembarangan bertindak. Aku mohon, maafkan aku,” rintih Naura. Tangannya hendak menyentuh lengan sang suami, tapi Gerald menepisnya. Rasa muak dan benci tiba-tiba saja memenuhi hatinya. Tak berapa lama, dokter keluar dari ruangan. Bergegas Gerald menanyakan kabar istrinya yang pingsan tadi. “Kalian tidak usah cemas. Dia baik-baik saja, kok. Malah ada kabar gembira untuk kalian.” Dokter membuka stetoskop. Senyumnya m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-08
Baca selengkapnya

Bau?

Gerald memperlakukan Melinda dengan penuh perhatian. Seperti malam ini, pria itu pulang kerja membawa sesuatu. “Lin!” panggilnya. Melinda yang tengah duduk santai sambil menonton pun mengalihkan pandangan. Tampak sang suami mengangkat plastik putih di tangannya. “Lihat apa yang aku bawa.” Pria itu menyerahkan plastik padanya. “Apa ini, Mas?” Melinda menurunkan satu kakinya dengan hati-hati. “Katanya kau mau mochi,” katanya mengecup sekilas, lantas mengusap perut sang istri. Merasa tak sabar untuk segera bertemu dengan janin dalam kandungannya yang kini berusia 8 Minggu. “Waaahhh! Lihat, Nak. Papa bawakan mochi.” Melinda mengusap-usap perutnya seolah ia tengah berbicara langsung pada sang bayi. Baru tadi pagi dia mengatakan ingin makan mochi, sang suami langsung membelikannya. “Makan yang banyak agar kau sehat. Jangan susahkan Mama, ya. Nanti Papa cubit kalau nakal.” Gerald mendekatkan waj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-09
Baca selengkapnya

Firasat Seorang Wanita

“Mas, aku ingin makan mie ayam pedas,” kata Melinda, mengelus perutnya yang kian membesar. Usia kehamilannya sudah memasuki enam bulan. “Kau tidak bisa makan yang pedas-pedas, Lin. Kasihan anak kita nanti. Aku belikan yang tidak pedas, ya?” kata Gerald, mengelus perut istrinya. Melinda mengerucutkan bibirnya. Menggelengkan kepala, mulai bersikap manja. Melihat itu, Gerald hanya mengeluh kecil. Dibujuknya sang istri agar menurut, tapi Melinda bersikeras bahwa dia ingin makan mie ayam pedas. “Kau mau anak kita ngiler? Ayolah, Mas. Ini juga belum malam.” Melinda menarik-narik lengan suaminya. Gerald mengangguk lesu. Ia beranjak dari duduknya, mulai mengambil kunci mobil dan dompet. “Sekalian belikan roti bakar, sosis bakar, sama lontong!” teriak Melinda. Gerald tak menjawab. Banyak sekali permintaan istrinya sampai dia bingung akan membeli yang mana lebih dulu. Pria itu segera pergi, tak men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-10
Baca selengkapnya

Mengkhianati Kepercayaan?

Melinda memasuki rumah bersama yang lain sepulang dari dokter kandungan. Bayi dalam kandungannya dinyatakan perempuan. “Kau pasti ingin anak laki-laki sebagai penerusmu, kan?” tanya Melinda, mengerucutkan bibirnya. Merasa tak enak hati karena ternyata dia hamil anak perempuan. “Mau laki-laki atau perempuan, bagiku sama saja. Dia adalah titipan Tuhan yang sangat berharga bagi kita,” jawab Gerald, menyentuh perut istrinya. Bagi sang suami, tak penting mereka harus memiliki anak sesuai harapan. Bisa memiliki anak saja senangnya sudah melebihi memiliki dunia beserta seluruh isinya. Dikecupnya kening Melinda. Berterima kasih telah menjadi bidadari yang hadir membawa malaikat kecil untuk hidupnya yang sepi. Melinda hanya tersenyum, memeluk sang suami yang benar-benar waspada pada setiap gerakannya. “Karena aku sudah tahu keponakanku perempuan, aku akan menemui Mama dan memberi tahunya.” Haedar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-11
Baca selengkapnya

Kontraksi

“Jawab aku, Mas!” ulang Melinda. Gerald yang diam, hanya bisa mengusap wajah. Entah dari mana istrinya tahu, yang jelas keadaannya benar-benar tidak tepat. Belum waktunya Melinda tahu. Itu pun dia tak ada niatan untuk memberi tahu kebenarannya. “Jawab aku!” teriak Melinda. “Ya. Kau benar, tapi dengarkan aku dulu.” Gerald mencoba mendekati sang istri yang menahannya. Memerlihatkan kelima jarinya pertanda ia tak mau didekati. “Aku tak mau mendengar apa pun. Cukup aku tahu kau selicik itu. Aku yang bodoh, mudah percaya dan memberikan hatiku padamu.” Melinda menyeka air mata dengan lengannya. Membiarkan rasa sakit di perut kian terasa. Keringatnya pun mulai terlihat di kening dan leher. Melinda memejamkan mata, berusaha keras menahan sakit luar biasa yang ia rasakan. “Tidak, Lin. Dengarkan aku dulu. Naura yang memberi usul untuk memiliki anak denganmu. Itu keinginannya yang diputuskan sepihak. Namun, s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-12
Baca selengkapnya

Berebut Anak

Di luar, Naura mondar-mandir dengan cemas. Ia berharap anak Melinda bisa lahir dengan selamat. Mengenai ibunya ia tak peduli. Kalau Melinda mati, malah lebih bagus karena dia bisa memiliki anak itu seutuhnya. Yang saat ini ada dalam pikiran Naura, hanya bagaimana ia akan merawat anak itu. Menjadikannya sebagai anak sendiri layaknya anak kandung. Sungguh menyenangkan! Namun sayang, ia harus menunggu Melinda tiada untuk bisa benar-benar mewujudkan keinginannya. Jiddan yang ikut panik, menghubungi keluarga Melinda karena ini keadaan darurat. Ia tak tahu harus berbuat apa selama menunggu. Waktu berlalu dengan cepat. Hari sudah hampir pagi, tapi perjuangan Melinda belum berakhir. “Aaaa!!” Melinda kembali mengejan. Ia menarik napas hingga pipinya menggembung. Dokter memberi tahu bahwa posisi kepala bayi sudah keluar. Dalam tarikan napas yang panjang, Melinda lantas kembali mengejan untuk yang ke sekian kalinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status