All Chapters of Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden : Chapter 101 - Chapter 110

137 Chapters

Lily

“Mas, kau sudah lupa semua itu? Kau lupa bahwa pernikahan ini hanya drama semata?” Naura menatap tajam, penuh kebencian. Dia tidak mau apa yang selama ini diperjuangkan harus berakhir sia-sia. Sudah kepalang tanggung. Biarlah semua tahu kalau dia tidak akan diam begitu saja. Jika dia harus hancur, Gerald pun harus merasakannya juga. “Itu dulu. Sebelum aku benar-benar mencintainya dan tahu betapa buruknya kau selama ini. Kau membuatku membenci Melinda yang bahkan tak tahu apa-apa. Aku jadi curiga. Apa jangan-jangan kau yang membunuh Bima?” Gerald ikut mengungkit teror demi teror yang Melinda dapatkan selama ini. Naura diam. Tangannya mengepal kuat, ingin sekali menghajar Melinda yang sudah menghancurkan segalanya. “Aaaaaa!!!” Naura berteriak histeris. Meluapkan kebencian dalam dirinya yang meledak. “Kau sudah terpengaruh oleh wanita sialan ini. Aku tidak akan diam, Mas! Apa yang harus menjadi milikku, aka
last updateLast Updated : 2024-09-14
Read more

Izinkan Aku Menggendongnya

Melinda tengah menyusui Lily saat Sasa datang. Wanita itu membawakan baju bayi untuk anak sahabatnya. Setelah sekian lama tak bertemu, Sasa malah mendapat kabar bahwa temannya sudah melahirkan. “Kau benar-benar membuatku tak bisa berkata-kata,” ucap Sasa, mencubit pipi Lily pelan. “Kalau begitu, jangan berkata-kata. Duduk saja.” Melinda tersenyum tipis. Membiarkan Sasa menggendong bayinya yang mulai memejamkan mata. “Lily Agara Abiyasa. Kau pungut nama aneh ini dari mana?” ledek Sasa, menimang-nimang Lily yang menganga. Benar-benar lelap dalam tidurnya. Melinda hanya tersenyum, memasang kancing bajunya. Merapikan ranjang, di mana peralatan bayi berserakan setelah tadi memakaikan baju untuk anaknya. Sasa yang gemas, ingin sekali menggigit pipi yang menggembung itu. Wajah Lily bak fotokopi wajah Melinda. Sangat mirip. Bahkan usia Lily yang kini sudah 40 hari semakin mirip. “Bagaimana dengan
last updateLast Updated : 2024-09-15
Read more

Penguntit!

Haedar tengah menikmati makan siang di salah satu restoran hotel. Semalam ada rapat penting di hotel yang mengharuskannya menginap. Karena kelelahan, Haedar sampai melewatkan sarapan dan makan saat jam sudah hampir pukul 12.22. Pria itu terus saja menikmati makanan tanpa menoleh. Rasa lapar membuatnya tidak memikirkan hal yang lain, kecuali perutnya. Dari jarak agak jauh, Dea mengawasi. Wanita itu menutupi wajah dengan koran. Sebulan sudah ia mengawasi gerak-gerik Haedar tanpa henti. Kali ini benar-benar karena menyukainya. “Apa dia tidak makan selama setahun? Sejak tadi hanya menatap piring,” ujarnya, mengintip saat koran sedikit diturunkan. “Nona tidak mau pesan apa-apa?” tanya pelayan restoran yang sejak tadi merasa aneh sebab wanita itu sejak pagi-pagi sekali sudah berada di sana, seperti pengangguran. Dea menoleh, lantas berucap, “Tidak. Aku tidak lapar. Bawakan saja air es.”
last updateLast Updated : 2024-09-16
Read more

Perwakilan Anttara Group

Melinda tersentak, bangun tidur. Ia memerhatikan pangkuan, di mana tidak ada Lily di sana. “Lily!” Wanita itu terkejut melihat sang anak sudah berpindah tangan, kini berada dalam gendongan Naura. “Kau sudah bangun? Tadi aku mendengar Lily menangis, sedangkan kalian tidur, jadi aku menggendongnya.” Naura menjawab sambil menimang-nimang. Gerald yang menjadikan punggung sebagai sandaran, ikut terjaga saat sang istri bergerak. Dikuceknya mata, mendapati Melinda mendekati Naura dan mengambil bayinya. “Bagaimana kau bisa masuk?” tanya Gerald, menguap. “Aku terpaksa menggunakan kunci cadangan. Tangis Lily terdengar sampai kamarku. Makanya aku terpaksa masuk. Maaf ya, Mas,” jawabnya yang tentu saja berdusta. Naura sudah merencanakan sesuatu. Ia mengambil kunci cadangan di dalam kotak mini di lemari. Menunggu sampai keduanya terlelap karena hampir pagi, lantas memasuki kamar. Digendongnya Lily yang ter
last updateLast Updated : 2024-09-16
Read more

Usaha yang Tak Menghasilkan

Haedar terpaksa setuju datang ke Anttara Group demi bisnis. Ingin tahu juga seperti apa perusahaan yang baru didengarnya itu. Semenjak menginjakkan kaki memasuki perusahaan, tampak biasa saja. Tak ada yang istimewa. “Suruh CEO kalian menemuiku. Waktuku tak banyak. Aku harus segera pergi.” Haedar duduk di ruang tunggu. Memeriksa jam tangan yang sudah menunjukkan waktu makan siang. “Baik, Tuan. Tunggu sebentar.” Rohan bergegas menuju ke ruangan CEO yang ternyata kosong. Saat bertanya pada salah satu karyawan, mereka mengatakan bahwa CEO baru saja keluar. Rohan mendengus. Kalau tidak bertemu atasannya, yang ada nanti Haedar buru-buru ingin pergi. Untuk mengakali, ia merencanakan sesuatu. Kembali Rohan menuju ke ruang tunggu, di mana Haedar tengah melihat-lihat foto di dinding. “Tunggu sebentar, Tuan. CEO masih ada rapat di perusahaan cabang,” katanya. “Kau ini siapa? Wakil? Sekretaris? Atau????” Haedar memb
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

Gara-gara Naura Memberi Sufor

Melinda merasa semakin bingung. Kondisi Lily semakin memburuk. Diare yang dialami sudah seminggu lebih, tapi tak juga membaik. Melinda merasa ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada anaknya itu. Untuk mengetahui kondisinya lebih lanjut, dia dan sang suami membawanya ke dokter. Di rumah sakit, dokter mulai memeriksa keadaan Lily yang kebetulan tengah tidur. “Bagaimana, Dok?” tanya Gerald. “Nyonya memberinya susu formula yang sesuai? Sejak kapan diberi susu formula? Apa ASI-nya tidak keluar dengan lancar?” tanya dokter. Melinda dan sang suami saling berpandangan. “Tidak, Dok. Sejak lahir, anak kami tidak diberi susu formula. Saya menyusuinya karena kebetulan ASI sangat lancar,” jawab Melinda. “Tapi, menurut pemeriksaan saya, bayinya tidak cocok susu formula yang dikonsumsi, makanya diare akut. Apa mungkin baby sitter yang memberi susu formula?” Dokter yakin pada apa yang telah
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

Ini Takdir!

Jiddan diperintahkan untuk menjemput Haedar di Bandara karena Radit ditugaskan ke luar kota. Namun, keadaan jalan macet total karena ada perbaikan jalan. Pria itu mencoba untuk menghubungi Haedar, tapi terkendala sinyal. Hari semakin siang, tapi dia berada di tengah-tengah kemacetan yang menyukarkannya untuk mencari celah meloloskan diri. “Aku pasti kena marah. Lama sekali.” Jiddan menoleh ke belakang, di mana antrian panjang tampak bagai ular. Sementara di Bandara, Haedar menunggu sembari menatap arloji. Sudah setengah jam, tapi Jiddan belum juga datang. Dicobanya menghubungi, tapi tak diangkat. Pria itu menjinjing tas kantor berwarna hitam. “Membuatku darah tinggi!” Haedar merasa semakin dongkol. Bukan apa, melainkan dia ada janji dengan klien setelah kemarin ke luar kota. Waktu yang terbuang sia-sia selama menunggu membuatnya semakin gelisah. Malas menunggu lebih lama, Haedar memutuskan untuk mencari
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Gangguan Naura

“Kalian saling kenal?” tanya Haedar, membuyarkan lamunan keduanya yang bertatapan. “Tidak. Dia wanita aneh yang saya temui di taman. Sekitar setahun yang lalu, mungkin.” Jiddan memerhatikan wanita yang mengaku atlet lari itu malah berseragam pelayan restoran. “Oh!” Haedar hanya manggut-manggut. “Kau buat apa di sini?” tanya Jiddan. “Jangan-jangan kau mengincar Tuan Haedar, ya? Awas saja kau mengganggunya!” Jiddan langsung memberi ultimatum. “Apa sih! Aku kerja di sini,” jawab Dea, mencibir. “Kerja di sini? Apa kau gagal jadi atlet lari, lalu banting setir jadi pelayan restoran?” ejek Jiddan, menyentuh lengan baju Dea yang langsung ditepis. “Sembarangan bicara! Aku kerja paruh waktu di sini! Ah, sudahlah. Minggir! Kau menggangguku!” Dea mendorong Jiddan ke samping hingga nyaris terjatuh. “Dasar wanita aneh!” Jiddan merutuki Dea yang berlalu dengan cepat. “T
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Aku Tantang Kamu!

“Sial!” Gerald langsung masuk dan mematikan radio mini itu, membuat jogetan terhenti. Naura mengumpat dalam hati. Sang suami mengganggunya yang sedang pura-pura tenang. “Mas, apa yang kau lakukan?” Naura meletakkan gelas berisi bir di atas meja dengan kasar. “Seharusnya, aku yang bertanya. Apa yang kalian lakukan malam-malam di rumahku sambil menyalakan musik sekeras itu? Kalian pikir ini klub malam, begitu?” Gerald berkacak pinggang. “Jangan lupa, ini juga kamarku. Aku berhak melakukan apa pun yang aku mau,” ujar Naura. “Terserah kalian mau melakukan apa pun di rumah ini, tapi harus tahu batasan. Gara-gara kalian, Lily jadi menangis, tidak bisa tidur. Apa kalian tidak berpikir orang akan terganggu dengan perbuatan kalian ini?” Gerald tak habis pikir. Dalam beberapa hari terakhir, istrinya semakin berulah. Membangkang dan tak bisa diatur. “Kalau kalian merasa terganggu, pindah saja. Masih
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

Perkelahian Naura VS Melinda di Dapur

“Lepaskan aku, Sialan!” Naura menjambak rambut Melinda dengan kuat, sama seperti yang wanita itu lakukan. “Tidak akan! Kau duluan yang menariknya. Biar saja rambutmu rontok dan gundul!” Melinda erat memegangi rambut Naura dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang tangan Naura. “Kau memang wanita pembawa sial! Aku juga tidak akan kalah darimu.” Naura berusaha menginjak kaki madunya, tapi Melinda berkelit dan bergerak ke samping. “Nyonya, hentikan!“ Suzy menjerit, berusaha melerai. Namun, keduanya malah semakin gencar untuk berkelahi. Suzy yang berdiri di tengah, berusaha menjadi penghalang agar perkelahian berhenti. Sayangnya, Naura malah melayangkan pukulan yang tepat mengenai wajahnya. “Aaa!!” Susy memekik. “Nyonya!” Suzy memegangi pipinya yang terasa nyeri. Kembali berusaha untuk menjadi penengah. Bersamaan dengan itu, Saroon dan Rani muncul. Keduanya terkejut de
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status