Semua Bab Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden : Bab 121 - Bab 130

137 Bab

Mau Kencan Denganku, Tuan?

Naura mendekat, langsung menancap lengan Lia dengan jepit rambut bergerigi saat wanita itu lengah. Kaget dengan tindakan tiba-tiba itu, Lia hanya terbelalak, menoleh pada lengannya yang kini berdarah. “K-kau? Ah!” Lia memekik, lantas mendorong Naura yang tersenyum licik. Seketika ruangan menjadi gaduh. Ketua dan yang lainnya menjauhkan Lia dari Naura. “Dasar wanita pembawa sial!” Ketua mendorong Naura hingga terjatuh. Anak buahnya kini terluka akibat arogansi wanita di depannya yang bangkit perlahan. “Penjaga! Ada yang terluka! Penjaga!” Mereka memanggil penjaga keamanan agar segera mengobati Lia. Tak percaya pada apa yang terjadi secara mendadak tadi, Naura benar-benar nekat. “Beraninya kau melukaiku! Aku akan membalasmu! Sini, kau!” Lia memegangi lengan kanannya yang terluka. Jepit rambut bergerigi itu menancap pada lengannya hingga darah mengucur. “Kau kira aku akan diam? Masih untung tanganmu yang te
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-25
Baca selengkapnya

Rhine Falls

Gerald dan seluruh keluarga Melinda pergi ke Rhine Falls. Air terjun dengan keindahan yang luar biasa. Mereka langsung menuju ke air terjun lewat jalur yang sudah disediakan. Irma dan Rusdi yang juga ikut, memegangi kedua anak kembarnya, sementara Dewangga dituntun Rani. Hanya Suzy yang sibuk dengan ponselnya sejak keluar hotel. Ia bahkan sering ditegur Jiddan, tapi tak memedulikan pria itu. “Kau tidak mendengarkan aku?” Jiddan memelototi. “Apa? Tuan bicara dengan saya?” Suzy menunjuk diri sendiri, membuat Jiddan mengepalkan tangan, ingin sekali memukul wanita menyebalkan itu. Rani hanya geleng-geleng kepala, tersenyum pada Dewangga yang tingginya sedada. Sama halnya seperti pengunjung lain yang ingin melihat lebih dekat, mereka harus melalui jalur yang sudah ttersedia. Wow! Pemandangan yang sangat indah nan menakjubkan. Melinda tak pernah mengira, air terjun itu akan jauh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-25
Baca selengkapnya

Gagal

Kenan mengeluarkan pisau dari saku jaketnya setelah memakai masker. Pria itu membetulkan posisi topi agak ke bawah agar tak ada yang mengetahui identitasnya. Niat jahatnya sudah bulat. Dia ingin menusuk Gerald, lalu mendorongnya ke sungai. Biar saja Air Terjun Rhein menjadi saksi mayatnya yang jatuh. Begitulah yang ada dalam benaknya sejak beberapa saat lalu. Perlahan Kenan mendekati. Ia menggerakkan kepala, memberi isyarat pada Suzy yang langsung mengangguk. Wanita itu mendekati Rani yang memerhatikan kebersamaan majikannya. “Rani, kau tidak mau berfoto? Ayo, aku akan memotret. Lumayan loh, aku sedang berbaik hati padamu,” katanya, menarik tangan Rani hingga membelakangi. “Kau baik, aku curiga. Pasti ada maunya,” ujar Rani. “Awas dia minta bayaran,” goda Jiddan. “Atau jangan-jangan dia akan mendorongmu. Wanita itu tak waras,” kata Irma. Ketiganya membuat Suzy berdecak, menghentakka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-26
Baca selengkapnya

Kenan Beraksi

Kenan menuruni balkon kamar hotel Melinda perlahan dan sangat hati-hati. Salah-salah kakinya berpijak, maka tubuhnya akan terhempas dan berakhir mengenaskan. Mendengar apa yang tadi Melinda dan Gerald katakan, rasanya menjijikkan. Ia jadi merasa muak dan ingin sekali membunuh pria itu. Perlahan pula ia meraih pinggiran balkon di bawahnya, di mana kamar itu digunakan Irma dan keluarganya untuk beristirahat. Dengan sedikit melompat, akhirnya ia berhasil mendarat di balkon dengan sempurna. “Aku bisa memanfaatkan Dewangga. Anak itu pasti akan membuat Melinda mengikuti keinginanku.” Kenan tersenyum. Mengintip ke dalam, di mana Rusdi tidur bersama Irma, sementara anak kembarnya tidur bersama Dewangga. Karena satu keluarga, mereka memesan ranjang tambahan. Kenan tersenyum. Ia tahu betul apa yang harus dilakukan. Tangannya merogoh sesuatu dari saku celana. Menyeringai lebar melihat Dewangga memiringkan tubuhnya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-26
Baca selengkapnya

Diculik

Melinda memasuki sebuah mobil bersama Kenan. Keduanya meninggalkan hotel, di mana Lily dan Dewangga dibiarkan berdua di kamar 809. Kenan tersenyum lebar. Wanita itu menuruti keinginannya tanpa harus melakukan pemaksaan lebih buruk. Gerald yang menuju ke taman, tak sengaja sekilas melihat istrinya bersama seseorang di dalam mobil. “Linda? Linda! Kau mau ke mana? Linda!” Gerald berlari mengejar. Namun sayang, mobil itu meluncur cepat meninggalkannya yang terheran-heran. “Tuan, ada apa?” tanya Jiddan, mendekat. “Istriku bersama seseorang di mobil. Lily? Di mana Lily? Aku khawatir terjadi sesuatu padanya. Kau coba hubungi Melinda, sementara aku akan mengejar mobil tadi. Aku ingat pelat nomornya.” Gerald segera pergi meninggalkan Jiddan yang mengangguk setelah melempar kunci mobil. Pria itu mencoba menghubungi nomor Melinda. Tak berapa lama, ponselnya berdering. “Halo, Nyonya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-27
Baca selengkapnya

Mencari Perhatian?

Kenan mengarahkan pistol ke arah keduanya, menyungging senyum lebar. Melenyapkan mereka sekaligus sepertinya ide yang bagus daripada mengharap yang tak pasti. Dia tahu tak akan bisa mendapatkan Melinda. Jika wanita itu mati bersama suaminya, setidaknya tidak ada yang akan memiliki. “Ucapkan selamat tinggal,” ujarnya. Gerald merentangkan kedua tangannya. Menghalangi sang istri yang takut suaminya ditembak. Beberapa orang yang melihat ada yang memegang senjata, langsung berteriak histeris. Mereka menjauh, takut terkena peluru nyasar. Mendengar teriakan, pihak keamanan bandara bergegas mendekat. Dua polisi yang melangkah di belakang Kenan, perlahan mendekat dengan hati-hati. Memberi isyarat pada Gerald dan Melinda untuk tetap tenang karena Kenan akan disergap dari belakang. Gerald mengangguk paham. Dicobanya untuk mengajak Kenan bicara selagi polisi mendekat. “Kau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-27
Baca selengkapnya

Kebersamaan Mereka Membuatnya Tak Suka

"Jadi, wanita itu kekasihmu? Kau tidak mengatakannya dari awal? Pantas saja kau membiarkan dia ikut main golf bersama keluarga.” Saroon berkacak pinggang di depan Haedar yang duduk, menggaruk kepala yang terasa gatal tiba-tiba. “Bukan, Ma. Dia—“ Haedar menghela napas. Wanita itu mendadak masuk dalam kehidupannya. Menjadi prangko yang selalu menempel. “Kau bilang dia teman Melinda, tapi Melinda bilang Dea kekasihmu. Siapa yang harus kupercaya?” Saroon duduk di sebelah sang anak yang tak tahu harus berkata apa. “Kakak berpikir dia kekasihku, tapi sebenarnya tidak. Dia mengejarku sejak lama. Aku ... entahlah.” Haedar menaikkan pundak. Rasanya belum cukup untuk mengatakan bahwa dia menyukai wanita itu. Hatinya masih belum jelas, apakah menyukai sosok Dea ataukah hanya karena terbiasa diganggu. Haedar bingung. Di satu sisi, dia takut untuk melangkah lebih jauh. Di sisi lain, ini adalah kesempatan yang bagus u
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-28
Baca selengkapnya

Ditikam

“Tante benar. Aku punya banyak waktu untuk bersenang-senang.” Gerald merangkul pundak istrinya yang berdecak, menyenggol perut sang suami pelan. Gerald mengaduh, lantas membiarkan sang istri bersandar. Rasanya menyenangkan bisa berkumpul bersama. Sejak orang tuanya meninggal, Gerald hanya berteman Naura karena tak akrab dengan Haedar dan Saroon. Namun semenjak ada Melinda dalam kehidupannya, perlahan-lahan semua mulai membaik. Ia jadi memiliki banyak keluarga. Hatinya yang sering merasa hampa dan kosong, kini terisi penuh dengan cinta. “Kau kapan akan menikah? Lihat! Aku sekarang bahagia,” kata Gerald, memamerkan kemesraan di depan Haedar yang menaikkan sudut bibirnya, mengejek tanpa kata. “Bagaimana dengan Dea? Aku pikir kalian sudah berpacaran. Dia baik, loh. Langsung akrab.” Melinda menimpali. “Kalian ini bicara apa, sih? Aku ke sini malah untuk berpamitan.” Haedar meletakkan Lily di atas pangkuan. Me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-28
Baca selengkapnya

Kabur!

Naura langsung dibawa ke ruang UGD untuk mendapatkan penanganan medis. Dua penjaga yang mengantar pun menunggu di luar. Satu jam kemudian, dokter keluar dari ruangan dan memberi tahu keadaan Naura yang sudah membaik. “Kapan kiranya bisa pulang?” tanya penjaga bertubuh kurus. “Dua atau tiga hari sudah boleh pulang. Saya permisi dulu.” Dokter berlalu meninggalkan dua penjaga yang sepakat akan bergantian berjaga karena Naura adalah tahanan. Selang beberapa saat .... Naura membuka mata. Ia langsung bangun, memegangi perutnya yang terluka. Nyeri hebat dirasakan saat ia menyentak selang infus hingga darah dari tangannya menetes. “Aku harus segera pergi.” Naura turun dari ranjang. Perlahan ia mendekati jendela. Beruntung tadi sempat mengambil gunting yang dokter letakkan tak jauh darinya. Wanita itu pun mencungkil jendela menggunakan gunting dengan susah payah. Berusaha untuk kabur dari tempat itu ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-29
Baca selengkapnya

Sebuah Janji

Dea menambah kecepatan motornya. Merasa takut tak akan bertemu Haedar lagi. Air matanya menetes. Sungguh, dia benar-benar menyukai pria itu. Walaupun berusaha untuk melupakannya, perasaan itu kian bertambah. Semakin subur setiap saat. Dea menangis tanpa suara. Jalanan di depannya yang lumayan lengang membuat wanita dengan kaos hitam itu semakin berusaha untuk sampai lebih cepat. Di Bandara .... Haedar dan Saroon baru saja sampai. Pria itu memeluk Radit yang tampak tak mau berpisah. “Saya ikut ya, Tuan,” ujarnya. “Mana bisa? Nanti siapa yang akan membantu Kak Gerald dan Jiddan? Lagi pula, kau juga butuh tiket pesawat, Visa dan paspor. Tidak mungkin dalam satu jam kau bisa menyiapkan semua. Sudah, tenang saja.” Ditepuknya pundak Radit yang sudah seperti anggota keluarganya juga. Memeluknya erat tanda sebentar lagi akan berpisah. “Jaga rumah baik-baik, ya. Kalau ada apa-apa, hubungi kami.” Saroon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status