All Chapters of Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden : Chapter 31 - Chapter 40

137 Chapters

Keduluan Istri Kedua

Gerald benar-benar berada di puncak kejayaan. Pasalnya, dalam sebulan sejak Haedar menawarkan diri untuk bertukar jabatan, proyek-proyek yang ditangani berhasil. Namanya kian melambung tinggi, memasuki 10 besar orang berpengaruh di seluruh kota. Hal itu membuatnya langsung menyetujui usul sang sepupu. “Akan aku tangani segera.” Pria itu tengah menelepon saat Haedar meletakkan tumpukan map berisi berkas-berkas penting yang harus ditangani. Tak pernah berpikiran negatif tentang apa yang bisa saja Gerald lakukan untuk bisa memenuhi ambisinya. Dibiarkannya Haedar keluar dari ruangan yang sebelumnya adalah milik CEO itu. Kini, ia hanya menjadi Sekretaris Athena Holding yang menempati ruangan Gerald. “Mimpiku menjadi nyata. Mungkin juga karena insiden itu, orang banyak bersimpati padaku hingga hanya kata-kataku yang mereka dengarkan,” lirihnya, membanggakan diri. Diambilnya papan nama jabatan C
last updateLast Updated : 2024-07-06
Read more

Datang Untuk Menagih Janji

Naura sangat kecewa dengan hadiah yang suaminya berikan. Bukan karena harga atau barangnya yang tak ia sukai, tapi isi hadiah yang ternyata sama seperti milik Melinda. Dengan alasan ingin adil, Gerald memberikan hadiah berupa tas dengan warna dan merek yang sama. Tak ada beda sedikit pun. “Aku jadi ingin membakar benda sialan ini! Kalau bukan karena Mas Gerald yang memberikan, tentu aku sudah langsung melemparnya ke tempat sampah!” cemooh Naura. Ia menatap dengan tatapan beringas, sampai Suzy yang berada di depannya tertunduk karena takut. Pengaduan Suzy tentang kemungkinan Rina akan dijadikan sebagai pelayan pribadi Melinda pun kembali menyulut emosinya. “Simpan saja, Nya. Kalau suatu saat Tuan sudah lupa, Nyonya bisa membuangnya. Ah maksud saya, berikan pada saya saja seperti dulu.” Suzy membekap mulut, takut menambah emosi. “Malam ini mereka bersama. Aku jadi ingin memasa
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

Tersebarnya Kabar

Gerald yang awalnya menolak untuk pergi bulan madu dengan Melinda, akhirnya terpaksa setuju demi meredam kabar tentang hubungan palsunya. “Kau mau pakai baju aneh seperti biasa?” tanya Gerald pada Melinda yang menatap isi lemari. Sudah sekian menit ia memerhatikan sang istri yang mematung. “Tidak. Aku bingung, semua pakaian ini bagus. Apa aku pakai yang ini saja, ya? Memangnya, kita mau ke mana?” tanya Melinda, menoleh pada Gerald yang sibuk menatap layar ponsel. “Ke Malang. Aku ada rapat di salah satu hotel. Sekalian saja kita berlibur.” Gerald meletakkan ponsel di atas meja. “Menurut Jiddan, ada pantai yang tak banyak pengunjung. Akan bagus bagi kita yang tak perlu berpura-pura mesra,” katanya. “Malang? Pantai? Hmmm. Aku akan membawa kemeja dan celana saja biar tampak lebih kasual.” Akhirnya, Melinda memutuskan untuk memakai kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam saat ke pantai.
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

Ribut di Hotel

“Mau kupesankan minum, Mas?” tanya Melinda, duduk di sebelah Gerald setibanya di hotel, Malang. Gerald yang berbaring, menoleh sekilas. “Tidak perlu. Aku akan mengabari Naura kalau kita sudah sampai,” jawab Gerald, mulai bangun. Melinda hanya bergumam lirih. Gerald pun segera menghubungi sang istri. Namun sayang, walaupun berkali-kali dicoba, tetap tak diangkat. Sesaat pria itu berpikir di mana kiranya istrinya sampai tak mengangkat telepon. “Kenapa tidak menelepon orang rumah saja?” usul Melinda. Gerald mengangguk. Diteleponnya Rina. Tak butuh waktu lama, pelayan muda itu menjawab teleponnya. “Halo, Tuan.” Rina yang baru selesai mengepel, berdiri di sudut ruangan. Tampak Suzy melintas di depannya tanpa menoleh. Seperti tak ada siapa pun di sana. “Kau di rumah?” tanya Gerald. “Iya, Tuan. Baru selesai mengepel. Apa Tuan sudah sampai?” Rina memilih duduk di kursi. “Baru sampai. Di
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

Pantai Teluk Asmara

Selain dikenal dengan Kota Batu, Malang juga memiliki banyak destinasi wisata. Salah satunya adalah pantai yang saat ini Gerald dan Melinda kunjungi, yaitu Pantai Teluk Asmara. Pantai yang bahkan disebut-sebut sebagai Raja Ampat-nya Jawa ini memang menyuguhkan pemandangan yang luar biasa indah, mirip Raja Ampat yang di Papua. Tak heran, jika Melinda bahkan sampai menganga melihat pemandangan di depannya. “Tutup mulutmu. Nanti kemasukan lalat,” ujar Gerald, membantu istrinya merapatkan bibir. Melinda mendesis, spontan melangkah ke samping. “Kau tak perlu menyentuhku,” tegurnya. “Memang kenapa? Kau istriku. Kontrak kita masih tersisa delapan bulan lagi.” Gerald mengingatkan. Dengan berpakaian santai, celana pendek berwarna cokelat dan kemeja lengan panjang berwarna putih yang dilipat. Ditambah kacamata berwarna hitam yang semakin menambah pesonanya. Tak sedikit banyak orang yang menginginkannya, tapi Naura
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

Ditusuk

Haedar tengah menikmati secangkir teh di teras balkon yang lumayan luas. Semilir angin bagai menjadi peneman. Mendadak hatinya dicekam rasa rindu. “Papa, aku sudah memberikan hak Kak Gerald. Aku kembalikan apa yang seharusnya menjadi miliknya. Namun, aku merasa ada yang salah dengan semua ini,” lirihnya. Perlahan ia meletakkan cangkir teh. Membiarkannya masih penuh. Aroma teh yang menyeruak terasa menggoda hidung. Sayangnya, bahkan meski asap tipis muncul karena teh itu masih panas, selera Haedar lenyap tak berbekas, seperti halnya asap itu. “Janganlah kau terlalu berpikir berat, Hae. Keputusanmu menyerahkan posisi CEO pada Gerald sudah tepat.” Seorang wanita bersanggul, dengan baju sederhana berwarna merah mendekati pria itu. “Kenapa, Ma? Apa aku memang sangat tak layak? Apa kerja keras yang selama ini aku lakukan kurang?” tanyanya, pada sang mama yang kini berdiri di belak
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

Ditolong Kakak Kelas

Seorang pria tengah asyik menelepon. Langkahnya cepat menuju ke lift. Ditekannya tombol. “Ah, tidak. Aku akan segera kembali ke Jakarta. Mungkin tengah malam nanti,” ujarnya. Kala pintu terbuka, pria asing itu dibuat terkejut. Sesosok tubuh meringkuk di lantai dengan darah yang mengotori lantai. “Oh, Tuhan!” Pria berjas hitam itu segera mengakhiri perbincangan dan memasuki lift. “Hei, kau baik-baik saja?” Ia mencoba membangunkan Melinda yang terpejam. “Astaga! Dia terluka parah!” Matanya membulat melihat perut Melinda terluka. “Buka matamu! Kau tak boleh pingsan. Hei, buka mataku!” Ditepuknya pelan pipi Melinda dua kali. Karena tak ada reaksi, bergegas diambilnya ponsel Melinda di dekat kaki, lantas mengangkat tubuh itu dan membawanya pergi. Tak berselang lama, pria itu sudah pun sampai di rumah sakit dan membawa Melinda ke ruang UGD. Satu jam ia menunggu dengan cemas.
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

Dua Kabar Buruk

“Kau tak perlu melakukan ini. Perutku yang sakit, tanganku baik-baik saja.” Melinda menolak saat sang suami akan menyuapi. Walaupun sudah diizinkan pulang, kondisi Melinda belum benar-benar stabil. Gara-gara insiden penusukan, mereka terpaksa masih berada di hotel untuk sementara, sampai keadaan Melinda membaik. “Aku tahu, tapi kau keras kepala. Disuruh makan saja sudah seperti anak kecil yang perlu dibujuk. Ayo, buka mulutmu!” Gerald mendekatkan sendok, berniat menyuapi. Melinda memalingkan wajahnya. Selera makannya hilang bersamaan dengan pikirannya yang tak tenang. Masih memikirkan dua pria yang tega menusuknya dengan dalih dirinya adalah pelakor. “Jangan membuatku kesal!” Gerald meletakkan sendok ke piring dengan kasar hingga berbunyi. Jiddan yang memerhatikan dari dekat pintu, hanya menghela napas hingga dadanya sedikit membusung. Hampir sepuluh menit, tapi Melinda tetap menolak makan.
last updateLast Updated : 2024-07-13
Read more

Hanya Mengajak Istri Kedua

Melinda turun dari mobil dengan perlahan. Dibantu sang suami yang telaten merawat dan menjaganya selama dua hari berada di Malang. “Kau tak usah memegangi tanganku seperti anak kecil. Aku bisa berjalan sendiri,” kata Melinda. Bukannya merasa senang diperlakukan sedemikian rupa, ia malah merasa risih. “Nanti aku dianggap tidak baik, kalau aku diam. Serba salah menghadapi orang sepertimu,” keluh Gerald. “Ya, ya, ya. Aku akan menurut. Terima kasih banyak atas kebaikanmu, Suamiku. Jasamu tak akan pernah bisa kubayar. Kau malaikat penolongku.” Melinda sedikit membungkuk. Melihat sikap sang istri, Gerald tak tahan untuk diam saja. Dipukulnya kepala Melinda perlahan. “Aduh!” Wanita itu mendesis, menendang kaki sang suami. “Kau selalu membalas apa yang aku lakukan. Kau memang wanita keras, jahat, juga kasar.” Gerald melangkah mendahului, membiarkan Melinda berjalan di belakangnya bersama Jiddan.
last updateLast Updated : 2024-07-14
Read more

Godaan di Pesta

Kenan tengah berbincang santai dengan beberapa rekan kerja di salah satu hotel, di mana pesta diadakan. Pesta yang juga dimanfaatkan untuk bertemu banyak orang penting, termasuk Haedar yang juga datang. Ia lebih dulu membicarakan tentang perusahaan sebelum yang lain datang. “Jadi, kau ke Jakarta untuk mengurus bisnis keluarga?” tanyanya. Kenan yang tengah menikmati segelas bir hanya mengangguk, sedikit menikmati minuman. “Lebih tepatnya, aku meneruskan. Pindah ke sini rasanya benar-benar luar biasa,” jawab Kenan. “Kau terlihat sangat muda. Berapa umurmu? Kalau Haedar pasti baru 30-an. Aku sendiri 37 tahun.” Seorang pria memegang piring kue bertanya. Ia menikmati hidangan sembari berbincang tanpa canggung. “Aku 27 tahun bulan depan.” Kenan menjawab seraya melambaikan tangan pada beberapa tamu yang baru saja datang. Beberapa orang ada yang mengobrol bisnis, percintaan, bahkan ada yang langsung menikmati hi
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status