All Chapters of Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden : Chapter 11 - Chapter 20

137 Chapters

Alergi Ebi

Melinda buru-buru bangun dan membersihkan diri. Semalam ia sudah memikirkan tentang apa yang akan dilakukan hari ini. Seperti keinginan Naura, dia akan mulai melakukan tugasnya sebagai istri. Langkahnya cepat menuruti tangga menuju ke dapur. Di sana, dua pelayan sudah lebih dulu bersiap untuk menyiapkan sarapan. “Se-selamat pagi,” sapa Melinda, merasa canggung. Selama ini dia bahkan tak pernah ke dapur. Saat sarapan pun, baru kemarin bisa makan bersama. “Selamat pagi. Kenapa Nona ke sini? Istirahat saja. Nanti kalau sudah selesai, akan saya bangunkan,” kata Rina, pelayan muda dengan lesung pipi, tersenyum manis. “Nyonya ... ah, maksudnya, Kak Naura memintaku untuk melakukan tugas sebagai istri. Jadi, aku akan membantu apa pun yang aku bisa,” ulas Melinda. Mendengar itu, Rina tersenyum. Diserahkannya pisau dapur pada Melinda. “Kalau begitu, Nona bisa memotong brokoli,” katany
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

Cincin Bima yang Hilang

Gerald hendak bangun, tapi sang istri menahannya. Naura menggeleng laju, mengurut dada suaminya yang tampak tegang. Dimintanya pria itu untuk bertenang. “Jangan marahi dia, Mas. Ini juga keteledoran kita. Aku yang lupa memberi tahu Melinda, sedangkan kau tidak memerhatikan apa yang kau makan,” ucap Naura. Bibir Gerald mendesis pelan. Dadanya yang nyeri berangsur-angsur membaik. Dilihatnya Jiddan yang tengah memerhatikan ponsel. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya, dengan nada yang mulai stabil, tak seperti beberapa saat lalu yang suaranya bahkan terdengar nyaring. “Mengecek jadwal Tuan hari ini. Saya membatalkan rapat dan memberi tahu anggota dewan dalam grup percakapan bahwa Tuan masuk rumah sakit,” jawab Jiddan. Sembari mendekat, pria itu memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Diperhatikan wajah atasannya yang masih memucat. “Kau mau aku terlihat lemah, begitu? Bagaimana kalau dengan demi
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Teror Peti Mati

Gerald tengah menatap berkas-berkas di atas meja. Menumpuk sudah berkas yang perlu ia periksa segera. Beberapa di antaranya harus secepatnya diserahkan kepada Haedar selaku CEO. “Sial! Banyak agenda yang harus aku atur, tapi kondisi perusahaan kian merosot,” ujarnya. Sebulan terakhir perusahaan mendapatkan banyak masalah, terutama dalam hal keuangan. Adanya insiden di perusahaan membuat beberapa investor menarik diri dari proyek besar. “Kalau saja aku meminta Jiddan yang menangani langsung, sudah pasti Rapat Umum Pemegang Saham bisa dilaksanakan hari itu.” Gerald terus saja mengomel sembari memeriksa berkas. Tangannya lincah membuka lembar demi lembar sembari terus berpikir. Saat masih fokus pada pekerjaan, mendadak ponselnya berdering. Sekilas ia menoleh pada layar ponsel yang menyala. “Tumben Naura menelepon sore-sore begini,” ujarnya, meletakkan bulpen, lantas mengambil p
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Syuting yang Bermasalah

Melinda dan Gerald tengah memerhatikan peti mati yang disimpan di dalam gudang tua di belakang paviliun. Bentuknya yang tak terlalu besar, membuat alis Gerald bertaut. “Jadi, kau dalam keadaan meringkuk saat bangun?” tanyanya. “Benar, Mas. Aku bahkan kehilangan cincinku saat kejadian.” Sekilas Melinda mengangkat tangan, membayangkan keberadaan cincin di tangannya. “Hilang? Yang melingkar ini apa? Donat?” Gerald menarik tangan sang istri. Berdecak pelan setelah melepaskan tangan itu dengan cukup kasar. “Bukan cincin pernikahan kita, tapi cincin pertunangan dengan Mas Bima,” lirih Melinda, memelankan suara. “Oh.” Gerald mengangguk. Pria itu sedikit mencibir. “Sudahlah, kau istirahat saja. Biarkan Jiddan mengurusnya. Kalau kau sakit, kau pasti menyusahkan. Itulah kenapa Bibimu selalu marah, kan?” Gerald yang berpakaian santai dengan c
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Pertengkaran

Melinda membuka lemari. Pandangannya tertuju pada sebuah kotak mini dari kardus yang diletakkan di bagian bawah lemari. Diambilnya benda itu, lantas duduk di tepi ranjang. Dibuka kotak berwarna cokelat itu. Tampak pakaian berwarna putih yang sangat bersih. Melihatnya, Melinda tak bisa menahan air mata. “Mas Bima,” lirihnya, teringat malam itu. Malam di mana ia menemukan Bima jatuh dari ketinggian dalam keadaan tertelungkup. Baju putih yang sempat berlumuran darah itu menjadi saksi bagaimana darah Bima menyatu dengan tanah dari vas bunga yang pecah. “Di mana aku akan mendapatkan bukti? Apa yang terjadi padamu, Mas? Sampai detik ini, aku tak bisa melakukan apa pun. Aku bodoh. Sangat bodoh!” Melinda memukul dadanya dengan keras. Meluapkan amarah dan kekesalan yang tak bisa ia tunjukkan pada dunia. Tanpa disadari, Rina mendengarkan dari balik pintu. Sedikit
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Berkelahi dengan Ambar

“Aku benci saat semua mata tertuju padamu. Kau lebih diperhatikan, padahal peranmu dalam film ini adalah antagonis. Seorang wanita perebut suami orang.” Naura menunjuk-nunjuk Ambar. Mendorong tubuhnya dengan jari telunjuk hingga mundur beberapa langkah. “Harusnya, kubuat kau cedera parah agar peranmu diganti,” sambungnya. Ambar menunjukkan senyum sinis. Wanita di depannya yang sempat ia kagumi saat awal-awal menjadi aktris, kini bertolak belakang dengan kenyataan aslinya. Wanita yang manis di depan kamera hingga mampu membuat penonton terbuai isi cerita sampai ke dunia nyata, ternyata hanyalah wanita angkuh dan ambisius. “Kau merasa tersaingi karena aku lebih muda, begitu? Kau kan sudah 37 tahun, sementara aku baru 27 tahun. Kita selisih 10 tahun.” Kalimat itu membuat Naura semakin meradang. Matanya mendelik tajam seolah-olah bola matanya akan keluar. “Atau karena aku masi
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Ke Eternal Restaurant

Malam yang cukup indah. Bintang bertaburan di angkasa. Rembulan pun berlindung di balik awan kelabu yang berarak perlahan. Ini adalah pertama kalinya Melinda menginjakkan kaki di balkon. Sisi samping rumah seolah dapat dijangkau dengan penglihatannya. Sepoi-sepoi angin malam mulai menyapa. Menampar pelan wajah Melinda yang tertunduk, menatap ponselnya. “Aku hanya punya nomor Paman,” lirihnya. Awalnya, Melinda berniat untuk menghubungi sang paman untuk bertanya kabar sekalian berbagi pendapat. Namun, ketika Irma yang menjawab, buru-buru ia mengakhiri perbincangan. “Aku bingung. Harus apa aku sekarang? Apa harus melanjutkan hidup menjadi istri kedua? Ataukah aku memaksakan diri untuk mundur dan memilih menjauhi semua?" Melinda bersandar membelakangi pemandangan malam yang menyejukkan mata. Tangannya masih memegang ponsel baru yang Gerald belikan untuknya. Jam sudah menunjukkan pukul 23.15 s
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Disebut Pelakor

"Walau bagaimana pun, aku pikir kau akan lebih tenang hidup jauh dari Mak Lampir itu, Mel,” ucap Sasa. “Aku rasa begitu meskipun aku dan suamiku akan lebih banyak tak sependapat.” Melinda menarik napas, bersandar sembari menatap langit-langit ruangan. Suara bising di sekitar tak jua menarik perhatiannya untuk mengalihkan pandangan. Tempat yang sama inilah tempatnya bertemu Bima. Pria yang baru saja menyelesaikan kuliah dan mampir ke tempat ini. Saat itu, Melinda ingin menemui Sasa. “Hai, boleh aku mengajakmu berkenalan? Beberapa kali aku melihatmu datang dan itu membuatku tertarik.” Kalimat pertama yang Bima katakan saat tak sengaja bertemu. “Oh, bo-leh.” Melinda menjawab sambil menyelipkan rambut panjangnya ke balik telinga. “Namaku Bimantara. Siapa namamu?” Bima mengulurkan tangan. “Melinda.” Wanita cantik dengan rambut digerai itu menyambut uluran tangan Bima.
last updateLast Updated : 2024-06-23
Read more

Surat Misterius di Pagi yang Panas

“Sayang, usahlah kau risau tentang yang kita bahas semalam. Aku tak pernah dan tak akan berubah meski kita belum dikaruniai keturunan.” Gerald menggenggam tangan sang istri. Mobil yang dikendarai Jiddan melaju pelan. Membelah jalanan kota yang lumayan bising. “Tapi, Mas, aku merasa tak berguna. Aku ... aku merasa gagal sebagai istri.” Naura menangis sesenggukan dalam dekapan hangat sang suami. “Jadi, itu yang kau pikirkan selama ini sampai stress? Sabar saja, Sayang. Ini ujian. Kita fokus saja pada kehidupan saat ini, ya.” Gerald terpaksa menampilkan senyum. Rasanya ia ikut sedih mengingat usia pernikahan yang hampir tujuh tahun, tapi belum juga dikaruniai keturunan. Semalam saat berada di kamar mandi, Naura mengungkapkan perasaan sedihnya mengingat usianya kian menua, tapi belum juga memiliki anak. “Kita serahkan pada Yang Maha Kuasa. Aku juga tak pernah menuntutmu,” sambung Gerald. Pria
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more

Menghangatkan Tubuh

Melinda yang tak tahu harus berbuat apa, memutuskan untuk merapikan kamar. Ia juga berniat membersihkan kamar mandi setelah sempat bersitegang dengan Rina yang melarangnya. Wanita dengan kaos hijau itu mulai menyikat lantai kamar mandi yang dirasa mulai licin. “Wah, sepertinya, lebih enak kalau aku mendengarkan musik,” ujarnya. Lantas, diletakkannya sikat di lantai. Bergegas Melinda mengambil ponsel barunya. Memasang earphone, memutar musik setelah mencari lagu yang cocok didengarkan di saat seperti ini. Lagu dari band Zivilia dengan judul Aishiteru menjadi pilihan. Lagu romantis yang membuatnya teringat Bima. “Semakin aku berusaha melupakan, semakin pula semua kembali terbayang.” Melinda menyeka air mata yang terus mengalir dengan lengan bajunya. Lagu-lagu semacam itu sering ia dengarkan bersama Bima yang sangat menyukai musik pop. Bahkan Melinda hafal karena seringnya ikut
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status