Home / Romansa / Candu Cinta Bos Mafia / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Candu Cinta Bos Mafia: Chapter 111 - Chapter 120

196 Chapters

110. Big Ben's Great Wife

"Kaget?" tanya Ben tertawa senang. Ben mendekat pada Farah, ia tunjukkan sebuah foto di layar ponselnya. Farah tampak terkejut setelah melihat siapa di dalam foto itu, suaranya tercekat. Sejauh ini ia sudah bergerak sangat hati-hati dan penuh perhitungan, tapi Ben ternyata mendapat celah lemahnya. Benar-benar pergerakan klan Takahashi yang tak bisa ia prediksi. "Kenalin, istri gue, yang punya hak milik atas ranjang gue," bisik Ben tepat di samping telinga Farah. "Oh, hai!!" sapa Ann ceria, ia duduk dengan nyaman di ranjang suaminya, tangan kanannya memeluk pedang milik Ben dengan begitu kerennya. "Gue udah nunggu dari tadi lho," katanya sangat ramah. "Apaan ini?" tanya Farah dengan mata membulat, menahan marah. "Emang apaan? Istri gue, Joanna!" seru Ben penuh kebanggaan. "Apa maksud ini semua, hah?" desis Farah panik. "Lo pikir gue nggak tau siapa lo dan buat siapa lo kerja? Eriska nggak ngasih tau lo buat hati-ha
last updateLast Updated : 2024-07-28
Read more

111. Sparing Suami-Istri

"Kamu belajar banyak dari Bas, aku kaget," puji Ben seraya menyeka keringat yang mengalir dari pipi ke bawah dagunya. Tangannya masih menghunus pedang ke arah Ann yang waspada. "Cukup banyak kalau diukur dalam rentang waktu 3 tahun ini, Mas," balas Ann. Ia maju taktis, menyerang Ben dengan mengayun pedangnya ke arah ssng suami. "Aku masih belum bisa nandingin permainan pedang kamu Mas tapinya. Susah banget ngalahin Big Ben," tandasnya. "Kamu mau aku pura-pura kalah?" Ben menyeringai, kali ini ia yang melancarkan serangan tapi Ann gesit menghindar. "Nggak bisa, aku punya harga diri ya Mas," sambar Ann. Ben tertawa simpul, ia terus meladeni serangan sang istri, menikmati ritme bermain pedang Ann yang sedikit lebih lebih lambat darinya, tapi juga tak bisa ia remehkan. Istrinya ini sudah mengalami banyak kemajuan. Harus Ben akui, Bastian mencetak pribadi Ann yang baru, perempuan kuat yang sangat cocok menempati posisi sebagai Ane-san. "A-aa, kamu lengah, Big Ben!" seru Ann b
last updateLast Updated : 2024-07-28
Read more

112. Ikrar Dari Hati (21+)

Ann melenguh panjang, ia mendapat puncaknya di mana Ben tak juga berhenti bergerak nyaman di atasnya. Mata Ann terpejam rapat, ia masih dikuasai ledakan rasa nikmat yang membuat tubuhnya bergrtar hebat. Kedua jemarinya mencengkeram sprei kuat, ia gigit bibir bawahnya untuk mencegah lenguhan panjangnya berulang. "Mas," desah Ann lirih, merintih. Ben tak peduli, seberapa keraspun istrinya itu meracau, ia tak berhenti. Ia tengah ada dalam momen yang sangat penting, menentukan dan jika ia berhenti untuk sekadar mengecup kening Ann, ia akan kehilangan momentum itu. Gerakannya semakin cepat, semakin penuh gairah. Peluh sudah membasahi sekujur tubuh Ben, juga Ann. Namun, permainan panas menjelang tengah malam itu justru semakin menggila, Ann tak lagi kuasa menahan suaranya. Desahan dan rintihannya mengisi ruangan apartemen besar Ben, membuat situasi sensual itu benar-benar membara. "I love you, Joanna," erang Ben tepat saat ia tiba di puncak, ia katupkan bibirnya rapat-rapat, menahan gele
last updateLast Updated : 2024-07-29
Read more

113. Memulai Serangan Balas Dendam

"Gimana bisa lo kecolongan?" geram Benji gemas, ia tatap wajah tampan adiknya yang tengah kalut itu. "Mana gue tau dia bakalan jalan sendiri begini, Men!" desis Ben kalut. "Kita udah ngrencanain buat cari tau ke Marine Tower besok pagi," jelasnya. "Gue yakin, meski sembunyi, Eriska dijaga ketat sama orang-orang Adyaksa," tebak Benji. "Dan sendirian nggak akan banyak ngebantu Ann, kita nggak bisa ngukur kekuatan mereka cuma dengan modal ngira-ngira," tukasnya. "Lo udah kumpulin orang?" tanya Ben berusaha tetap tenang. "Mereka langsung ke lokasi. Gue kumpulin sebanyak yang ada di sini. Orang kita di sini nggak sebanyak yang kita punya di Indonesia, Ben," ungkap Benji. "Ann nggak mau Ben terlibat," sela Danisha yang baru datang dengan mobilnya. "Eriska megang lukanya Ben, Ann nggak mau Ben terpengaruh dan lemah. Makanya dia mau selesaiin ini sendiri. Menurut gue, Ann takut lo masih punya perasaan ke Eriska," urainya. "Tiga tahun dia bersiap buat momen ini," tambah Bastian yang d
last updateLast Updated : 2024-07-29
Read more

114. Mesin Penghancur Adyaksa

"Lo nggak akan pernah menang dari gue!" lengking Eriska berhasil menindih tubuh Ann hingga istri Ben ini sulit bergerak. "Gue udah pernah bilang, kalau gue nggak bisa milikin Ben, lo juga nggak akan bisa!" jeritnya."Ada yang lebih nyakitin dari kehilangan seorang Big Ben, Eriska," bisik Ann masih angkuh bertahan meski lehernya dicekik sekuat tenaga. "Kehilangan dia," desisnya melirik buah hati Eriska bersama Patra. "Ben udah bikin dia kehilangan sosok ayahnya, tapi gue nggak mau bikin dia juga kehilangan ibunya. Biar lo yang ngerasain gimana sakitnya kehilangan anak!" Dengan sisa kekuatannya untuk melawan, Ann berontak. Ia berhasil lepas dari cengkeraman Eriska, terbatuk sebentar dan menghindar. Di seberangnya, Eriska meraih lampu tidur, siap menyerang Ann lagi. "Lo harus mati! Seharusnya lo ikut mati di kecelakaan tiga tahun lalu itu!" kutuk Eriska menghambur pada Ann, tanpa ampun. "Berhenti di situ atau gue tembak anak lo!" ancam Ann sudah menodong anak lelaki di sudut ruangan d
last updateLast Updated : 2024-07-30
Read more

115. Tidak Tersisa Sedikitpun

"Kita balik ke Indonesia ya," bujuk Ben pada istrinya. Setelah kekacauan yang terjadi semalam, Ann dibawa ke rumah besar milik keluarga Takahashi di pusat kota Makau. Christ diamankan oleh Danisha sebagai tawanan, sesuai permintaan Ben. Sementara, nasib Eriska tidak diketahui setelah mendapat tembakan bertubi dari Ann. "Aku belom tau gimana kondisi rubah itu Mas. Apa dia mati, atau masih hidup," lirih Ann menolak secara halus. "Seharusnya kamu nggak ngehalangin aku buat nuntasin balas dendamku," tandasnya. "Belum tuntas? Kamu mau bunuh Eriska? Atau kamu mau bunuh anaknya?" Ann menaikkan pandangannya hingga manik matanya bertemu dengan milik sang suami. Ada beberapa luka goresan di wajah Ben yang belum diobati. Bos mafia ini justru lebih fokus mengobati luka istrinya, menenangkan Ann semalaman. "Maafin aku Mas," lirih Ann seraya membasahi bibirnya. "Aku ambisius banget ya," desisnya dengan mata berair. Ben terdengar menghela napas berat. Ia lantas berjongkok di depan tempat duduk
last updateLast Updated : 2024-07-30
Read more

116. Menerima Masa Lalu

Ann menggeleng, "Aku mau Eriska merasa memiliki tapi nggak bisa meraihnya sampe kapanpun. Boleh aku yang jagain anak itu, Mas?" pintanya. "Biar dia jadi tawananku," ungkapnya. Ben tak langsung menjawab. Ia tidak bisa membaca maksud dari kalimat ambigu istrinya. Menjaga dalam arti yang seperti apa yang Ann maksud? Apa karena kini Ann tidak lagi memiliki rahim, jadi istrinya ini menginginkan anak yang bahkan adalah anak dari musuh terbesar keluarga? Bukankah sangat tabu jika Ann merawatnya dan bukan malah mencelakainya. Sebengis apapun Ben dan sekejam apapun ancamannya pada Eriska, Ben tidak akan serta-merta membunuh Christ. "Benji nanya harus kita apain anak itu. Dia nangis dan ngamuk guling-guling di lantai," Danisha muncul di waktu yang sangat tepat, membuat Ann seketika bangkit. "Kita kewalahan. Takutnya Benji kelepasan dan nyabetin pedangnya tanpa sadar," lapornya. "Biar gue liat, Sha," kata Ann mengejutkan. "Mau apa?" tahan Ben sigap. "Jangan bikin diri kamu sendiri terl
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

117. Keputusan Besar

"Aku yang bakalan ngurus dia di sini, biar kelak dia yang membalaskan dendamku," ucap Ann penuh penekanan, tak terbantahkan. "Aku nggak akan bisa bunuh dia, Mas," desisnya masih menggendong Christ."Ann," Ben mencegat istrinya di pintu. "Aku yakin ini bukan keputusan terbaikmu! Kamu masih bisa mikir ulang keputusan ini," ujarnya."Besarkan dia sebagai seorang Wisanggeni Mas, dan buat dia membalas Adyaksa untuk kita kelak. Cara ini terbaik buat menghancurkan Eriska dan keluarganya. Kamu yakin kamu bisa melenyapkannya? Liat wajahnya Mas! Aku nggak bisa nyakitin dia seberapa sakitpun dendam yang harus kutanggung selama ini," ungkap Ann dingin.Ben menghela napas panjang. Ia toleh wajah saudara-saudaranya yang mengangguk menyetujui ucapan Ann. Meski ia tahu, Ann masih dipengaruhi oleh kegilaan yang terjadi dua hari belakangan ini, ia pun tak memiliki pilihan selain setuju. Ben tidak mau kehilangan Ann lagi, tak mau tersiksa kesepian tanpa istrinya lagi."Kita bawa anak ini ke psikolog. Pa
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

118. Memahami Dunia Christ

"Dia masih irit bicara, makan juga dikit, udah seminggu dia begitu, Mas," keluh Ann saat ia duduk di sofa panjang, mendatangi suaminya. "Tunggu aja, baru seminggu. Dia nggak bakalan mati gara-gara cuma makan sedikit," ucap Ben tampak tak terlalu peduli. "Dia bisa mati kalau kondisi kayak gini terus berlangsung, Mas. Makannya cuma biskuit yang dibawain Danisha, nggak mau minum susu, nggak mau makan nasi atau sayur yang disiapin koki.""Nanti kalau laper dia pasti minta makan, dia anak laki, jangan dibiasain manja," sambar Ben. "Apalagi dia bakalan jadi alat buat ngehancurin musuh, perlakuan kamu yang terlalu lembut bisa bikin dia besar kepala," tambahnya. "Mas, umurnya masih 6 tahun," desis Ann gemas. "Umur 6 tahun aku udah jago karate, bukan ngerengek nggak mau makan kayak dia.""Itu kamu, Mama nggak sempat ngurus kamu," tandas Ann. "Sama aja, dia juga nggak punya ibu, dan dia disiapin buat jadi andalan klan.""Terserah!" desis Ann muak. "Aku mau ngajak Christ keluar, siapa tau d
last updateLast Updated : 2024-08-01
Read more

119. Koki Istimewa

"Udah tidur?" sambut Ben saat Ann keluar dari kamar tamu di lantai dua, kamar yang kini dikhususkan untuk dihuni oleh Christ. Ann menggangguk, "Udah, pules banget, udah minum susu juga," katanya. "Gampang banget jinaknya, cuma diajak keluar doang," Ben tersenyum."Dia ngerasa aman kalau keluar rumah kayaknya. Bagi dia, suasana rumah ini serem, makanya dia butuh diajak keluar," ujar Ann."Sekarang, waktunya kamu yang istirahat, Ane-san," ucap Ben lembut. Diraihnya jemari tangan Ann, lalu digenggamnya erat sambil diajaknya turun ke ruang tamu. "Kamu tadi sama sekali nggak makan karena fokus nyuapin anak itu," ujarnya. "Masakin aku boleh? Pengin sup ayam rasa cinta," pinta Ann manja. Ben tersenyum tampan sekali. Diusapnya kepala Ann sayang, lalu dikecupnya kening sang istri lama. Ann sampai memejamkan matanya, meresapi perasaan Ben terhadapnya. "Kita ke dapur yok," ajak Ben tak akan pernah mau menolak keinginan sang istri. Melihat kedatangan Ben, dua koki khusus yang sengaja disiag
last updateLast Updated : 2024-08-01
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status