Semua Bab Pesona Tuan Argantara: Bab 21 - Bab 30

50 Bab

Bab 21 Kemarahan Rania

'Apa yang terjadi?' batin ku merasa bingung. Aku ingin bangkit dari kursi, tapi sesuatu yang lengket seolah menempel pada bagian belakang rok sekolah yang aku kenakan. "Ada apa, Bell?" Tanya Rania, melihat aku yang tidak kunjung bangkit, padahal sudah waktu nya jam istirahat. "Aku tidak tau, Rania! Aku tidak bisa bangkit, seolah ada sesuatu yang menempel di rok ku," adu ku pada nya. "Memang nya apa?" Aku hanya menggeleng sebagai jawaban. Rania lantas menghampiri ku dan memegang tangan ku. "Ayo?" ucap nya menarik tangan ku. Srek! Bunyi kain robek itu seketika terdengar di telinga ku. Aku segera menoleh, dan terkejut saat menyadari jika suara itu berasal dari rok yang aku kenakan. Rasa nya aku ingin menangis saat aku sadar jika seseorang sudah mengerjai ku. Entah siapa yang melakukan itu! Dia menaruh lem di bangku yang aku duduki. Tindakan nya itu benar-benar keterlaluan. "Bunda!" lirih Rania begitu menyadari jika rok ku sedikit robek. Tanpa di perintah kan, gadis itu
Baca selengkapnya

Bab 22 : Mandi hujan

Aku yang ingin menikmati tidur siang dengan tenang. Seketika terusik saat Rania memasuki kamar ku dan mengganggu tidur ku. "Apaan sih, Rania? Aku ingin tidur, jangan ganggu aku!" kesal ku saat Rania menarik selimut yang aku kenakan. "Bun, mandi yuk!" ajak nya sambil menarik tangan ku. "Kayak bayi aja, pakek ngajak mandi segala," ejek ku. "Maksud aku mandi hujan," ucap nya lagi memperjelas. Ya, saat ini di luar sedang hujan, dan cuaca nya sangat dingin. Membuat aku ingin membungkus tubuh ku dengan selimut tebal. Tapi Rania justru mengganggu ku. "Nggak mau!" tolak ku mentah-mentah. "Tapi aku ingin mandi hujan," rengek nya padaku. "Mandi di kamar mandi aja. Gunakan shower, pasti rasa nya sama kayak lagi mandi hujan," ucapan ku lagi. "Nggak sama!" "Sama. Sama-sama air nya mancur dari atas," balas ku tertawa. Sementara Rania, wajah nya sudah di tekuk dari tadi. "Ayolah, bunda! Sesekali juga, pasti seru Loh mandi hujan," ucap nya berusaha merayu ku. "Emang nya bunda ngga
Baca selengkapnya

Bab 23 : Rania sakit

"Apa yang kalian lakukan? Apa kalian tidak menyadari sekarang sudah pukul berapa?" tanya sosok itu dingin. Mata nya masih terus menatap tajam ke arah kami. Aku dan Rania mendadak diam, bahkan untuk menatap nya saja rasanya tidak berani. "Rania! Gimana ini?" bisik ku pada Rania. "Pa! Papa udah pulang," sapa Rania menghampiri om Arga. Sepertinya gadis itu ingin bersikap semanis mungkin biar tidak di marahi papa nya. "Sejak kapan papa ada di sini? Kenapa Rania tidak mendengar suara mobil papa?" tanya Rania semakin mendekati om Arga. "Sejak kamu dan Rania asik bermain hujan," balas nya dingin. "Hehehe, papa mau ikutan juga?" aku tercengang mendengar pertanyaan yang Rania lontarkan pada om Arga. Apa gadis itu tidak sadar, jika wajah om Arga sekarang sudah memerah? Apa dia tidak takut mendapatkan amukan om Arga. "Masuk ke dalam!" "Bentar lagi, pa. Nanggung, lagi seru ini," balas Rania. "Masuk sekarang atau tetap di luar sampai besok pagi?" tanya nya kejam. Apa om Arga be
Baca selengkapnya

Bab 24 : Di kurung di gudang

"Sepertinya nanti siang saya tidak bisa jemput kamu, saya ada meeting di kantor. Tapi saya akan menyuruh sopir untuk menjemput kamu," ucap om Arga begitu menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah. "Nggak perlu repot-repot, om. Bella bisa pulang sendiri kok!" seru ku. "Tapi saya tidak ingin terjadi sesuatu sama kamu nanti," "Tidak akan terjadi apa-apa, om. Lagian Bella juga udah gede. Bisa pulang sendiri nanti," balas ku. "Kalau tidak saya suruh Daniel saja yang menjemput kamu, gimana?" tanya om Arga lagi. "Udah di bilang dari tadi nggak usah, kok ngeyel sih, om?" Gemas ku secara refleks mencubit pipinya. "Hehehe, maaf, om. Refleks tadi," Aku merasa tidak enak saat om Arga menatap diam ke arah ku. Apakah dia marah atau tidak, aku tidak mengerti arti tatapan nya itu. "Jadi, kamu tidak ingin di jemput?" Aku kembali menggeleng sebagai jawaban. "Baiklah! Tapi nanti hati-hati pulangnya, ya," peringat om Arga. "Baik suamiku," balas ku mengedipkan mata genit. Membuat om
Baca selengkapnya

Bab 25 : Pelan-pelan, om!

"Bella! Apa kamu ada di dalam," ucap pemilik langkah kaki yang berada di luar gudang itu. "Bella, jawab saya!" teriak nya lagi, mengetuk pintu dengan keras. Mendengar suara yang terdengar tidak asing di telinga ku. Aku berusaha bangkit dan memanggil nya. Dia harus tau jika aku ada di dalam sini. "Om Arga! Tolong Bella," teriak ku lemah. "Bella! Kamu di dalam," tanya om Arga di luar sana. "I-iya, om. Keluar kan Bella dari sini. Bella takut!" balas ku lagi sambil terisak. "Kamu tenang, ya!Sekarang kamu aman, ada saya di sini! Jangan nangis, saya akan mengeluarkan kamu dari sana," ucap om Arga berusaha menenangkan aku dari luar. "Kamu geser ke samping dulu, ya! Saya akan mendobrak pintu nya," aku segera menuruti apa yang om Arga katakan. Dubrak! Om Arga mulai mendobrak pintu menggunakan tubuh nya. Tapi sayang, pada percobaan pertama tidak berhasil. Om Arga kembali mencoba, hingga pada kali ketiga, barulah pintu itu terbuka lebar. "Om Arga," lirih ku. "Bella, kamu ti
Baca selengkapnya

Bab 26 : Memahami wanita itu sulit

Hal yang nampak dalam pandangan ku saat pertama kali membuka mata adalah, wajah tampan om Arga yang masih terlelap di sampingku. Bangun tidur dengan keadaan ku yang berada di pelukan nya, membuat aku bahagia. Apalagi bisa menatap wajah nya saat pertama kali membuka mata. Dengan pelan-pelan, aku berusaha melepaskan tangan nya yang membelit pinggang ku. Aku cukup hati-hati melakukan nya agar dia tidak terbangun. Om Arga pasti kelelahan karena semalam menjaga ku hingga terlelap. "Mau kemana?" Sentak om Arga kembali menarik ku dalam pelukan nya. "Mau siap-siap ke sekolah, om," balas ku kembali berusaha melepas kan pelukan nya. "Jangan di lepas! Biarkan seperti ini sebentar lagi," ucap om Arga kembali membawaku dalam dekapan nya. Aku membiarkan dia melakukan itu, karena aku juga merasa nyaman berada dalam pelukan nya. "Apa kau tau, semalam aku sangat takut saat Rania mengatakan kau belum pulang sekolah. Aku takut terjadi hal-hal yang buruk padamu. Dan ternyata firasat benar," ung
Baca selengkapnya

Bab 27 : Ingin di belikan apa?

"Bella udah nggak papa kok, om?" ucapku setelah om Arga melarang ku untuk pergi sekolah hari ini. "Tapi saya tetap tidak mengizinkan kamu ke sekolah hari ini," tolak om Arga, menurunkan kakinya hingga menyentuh lantai, kemudian bangkit dari tempat tidur. Aku yang tidak terima segera mengikuti langkah kaki om Arga, dan bergelanyut manja di lengan nya. "Om, Bella ke sekolah hari ini, ya?" rengek ku dengan menampilkan wajah puppy eyes. "Tidak boleh," tolak nya. "Jangan gitu dong, om! Bella Bentar lagi ujian, nggak boleh bolos lagi," ucap ku memperingati om Arga, agar dia mengizinkan aku untuk sekolah hari ini. "Tapi kondisi kamu belum sembuh benar, Bella. Apalagi kejadian kemarin pasti membuat kamu ketakukan, kan?" ucap om Arga mencoba memberiku pengertian. "Kemarin Bella memang takut, tapi sekarang tidak lagi. Sekarang Bella udah baik-baik aja kok, om," balas ku melompat-lompat di depan nya agar om Arga percaya jika saat ini kondisi ku sudah membaik. Dan aku tidak terlalu m
Baca selengkapnya

Bab 28 : Maaf atas kelancangan istri saya, Presdir!

Kedatangan aku dan Rania ke sekolah hari ini, menggemparkan seantero sekolah. Bagaimana tidak! Hari ini om Arga juga ikut bersama kami. Katanya ada hal penting yang harus dia selesai kan. Aku tidak mengerti apa maksud dari ucapan nya? Apakah hal penting yang ingin di selesaikan nya adalah tentang kejadian yang menimpa aku kemarin? Jika memang benar, aku tidak tau bagaimana nasib Stella dan kedua teman nya setelah ini. "Eh! Liat deh! Siapa itu? Ganteng banget," "Iya. Btw kenapa dia bareng sama Rania dan Bella," "Gue nggak tau! Mungkin aja itu kakak nya Rania," "Ya ampun! Gue nggak tau kalau Rania punya kakak seganteng itu. Kalau gitu, gue jadi pengen jadi kakak iparnya Rania," "Iya, gue juga mau, dong! Dia terlihat tampan dan gagah. Kayak nya cocok deh sama gue," Bisik-bisik sekelompok siswi itu terdengar sangat jelas di telingaku. Membuat dada ku seketika bergejolak, terbakar rasa cemburu. Aku tidak suka itu. Aku tidak suka ketika ada wanita lain yang mengagumi om Arga,
Baca selengkapnya

Bab 29 : Hukuman untuk Stella dan dua temannya

"Apa maksud kamu, mas? Kenapa memanggil pria ini dengan sebutan Presdir?" tanya nyonya Mahendra pada suaminya. Wanita itu pasti terkejut, terlihat sekali dari raut wajahnya. "Dia adalah bos di tempat aku bekerja. Dan apa yang kau lakukan tadi? Kenapa kau menghinanya?" tanya tuan Mahendra menekan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, sambil menatap tajam sang istri. "Jika sampai aku kehilangan pekerjaan ku gara-gara kejadian ini, maka kau akan menerima akibat," tambah nya lagi. "Ma-maafkan aku, mas! Aku benar-benar tidak tau," balas nyonya Mahendra penuh penyesalan. "Bukan padaku, sekarang minta maaflah pada Presdir. Berani sekali kau menyinggung nya," Kemudian ketiga wanita yang tadinya mendongak angkuh itu, sekarang terlihat menundukkan kepalanya. Sebenarnya yang lebih besar di rasakan oleh ketiga wanita ini, bukan rasa bersalah dan penyesalan atas perbuatan mereka sebelum nya. Melainkan lebih ke rasa takut akan di pecat nya sang suami dari pekerjaan. "Tu-tuan maafkan
Baca selengkapnya

Bab 30 : Ma-mas Arga

Semenjak hari itu, Stella tidak pernah lagi mengusikku. Dia bahkan selalu menghindar ketika tidak sengaja berpapasan dengan ku. Dan hari-hari yang aku lalui pun mulai terasa aman. Karena tidak ada yang berusaha mencari masalah denganku. Pun dengan om Arga yang semakin hari semakin terlihat perhatian padaku. Dia selalu menghubungi ku setiap saat, memastikan apakah aku baik-baik saja. Atau sekedar menanyakan apakah aku sudah pulang sekolah? Dia terkadang juga menyempatkan waktu di tengah kesibukan nya untuk menjemput ku. Membuat ku selalu di landa kebahagiaan setiap saat. Perhatian demi perhatian yang di berikan nya membuat cintaku tumbuh semakin besar untuknya setiap hari. Membuat aku rasanya benar-benar tidak sanggup jika sampai suatu saat takdir akan memisahkan kami. Om Arga benar-benar telah menempati ruang terdalam di hatiku. Ruang yang belum pernah ada satupun yang berhasil memasukinya. Ruang yang hanya tersimpan namanya saja di sana. Apalagi semenjak kami memutuskan untuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status