Home / Pernikahan / Pesona Tuan Argantara / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pesona Tuan Argantara: Chapter 11 - Chapter 20

50 Chapters

Bab 11 : Kehilangan

Sah! Satu kalimat singkat itu mulai menggema dalam ruangan bercat putih ini. Membuat aku memejam kan mata, bersamaan dengan air bening yang mengalir di kedua mata ku. Kata 'sah' itu menjadi pertanda, jika saat ini status ku mulai berubah. Aku bulan lagi seorang gadis, tapi sudah menjadi seorang istri. Setelah ijab kabul itu terjadi, maka semua tanggung jawab yang selama ini papa pikul, akan berpindah pada suamiku. Tidak pernah terbayangkan oleh ku, jika pernikahan aku akan terjadi secepat ini, dan dengan cara seperti ini. Dengan ragu-ragu, aku mulai mencium punggung tangan om Arga. Rasa hangat mulai menjalar, menelungsup hingga ke relung hatiku. Begitu bibir om Arga mulai menyentuh kening ku, mencium dengan lembut. Aku melirik wajah nya sekilas, ingin melihat bagaimana reaksi nya. Tapi yang aku dapatkan hanya lah wajah datar tanpa ekspresi. "Semoga kau selalu bahagia, nak," ucap papa lemah, mata nya semakin terlihat sayu. "Papa," lirih ku menggenggam tangan nya dengan
Read more

Bab 12 : Wanita itu...

Saat tiba di rumah, aku melihat begitu banyak pelayat yang mulai berdatangan. Seperti nya, kabar kepergian papa sudah terdengar di telinga semua orang Bahkan aku melihat beberapa teman ku juga datang. Salah satu nya Radit. "Aku turut berduka cita ya, Bella. Semoga amal ibadah om Baskara di terima di sisi Allah," ucap Radit menyampaikan bela sungkawa. "Terima kasih, Dit," ucapku lemah. Melihat aku sudah tiba di rumah, Rania segera menghampiri dan merangkul ku. Lalu membawa ku masuk ke dalam rumah. Semenjak tiba di rumah, aku hanya diam dengan pandangan yang terlihat kosong. Aku benar-benar terpukul. Aku bahkan tidak peduli pada hal-hal di sekitarku. Untung saja ada om Arga, dia lah mengurus semua nya. Hingga jenazah papa di masukkan ke liang lahat. Om Arga terlihat sibuk dan kelelahan, untung saja ada om Daniel juga yang membantu nya. "Ayok, kita pulang, Bella. Kita harus menyiapkan semua nya, nanti malam akan ada tahlilan untuk papa," ucap om Arga. Tapi aku tidak
Read more

Bab 13 : Mama!

Sejak kepergian papa, aku merasa hidup ku terasa hampa. Tidak seceria seperti biasa nya. Kesedihan kerap kali mengisi hari-hari ku. Apalagi ketika mengingat semua kenangan dan hari-hari yang aku lalui bersama papa. Sejak musibah itu terjadi, aku belum masuk sekolah. Rencana nya besok aku baru akan pergi ke sekolah lagi. Tidak boleh selama nya terpuruk dalam kesedihan. Apalagi ujian semester tidak lama lagi. Aku tidak ingin ketinggalan banyak mata pelajaran. Yang akan berakhir mendapatkan nilai jelek. Ting...Tong.. Suara bel yang berbunyi, menyadarkan aku dari lamunan. "Siapa ya?" gumam ku bingung. Jika Rania yang datang, pasti gadis itu akan langsung masuk, atau menelpon aku lebih dulu. Tapi ini tidak! "Apa mungkin om Arga?" Ya, mungkin saja itu adalah om Arga. Tapi ada perlu apa dia datang. Jika dulu aku selalu bertingkah konyol ketika bertemu dengan nya. Atau pun mencari perhatian nya, agar melirik padaku. Tapi tidak sekarang. Semenjak dia resmi menjadi suami k
Read more

Bab 14 : Pindah ke rumah om Arga

"Om Arga," gumam ku. Terkejut melihat keberadaan nya di sini. "Lepaskan tangan ku!" berontak mama, yang tangan nya di cengkram oleh om Arga. "Jangan berani menyentuh Bella walau seujung kuku pun, atau kau akan menyesal!" ucap om Arga menatap dingin ke arah mama. "Siapa kau? Jangan berani ikut campur urusan kami," balas mama kesal. "Kau tidak perlu tau siapa aku. Lebih baik sekarang cepat pergi dari sini!" ucap om Arga dingin. "Tidak! Aku tidak akan pergi, jika Bella tidak ikut dengan ku!" Kekeh mama. "Lebih baik mama pergi dari sini, aku tidak mau ikut dengan mama," balas ku berharap mama segera pergi dari sini. "Jadi dia ibumu?" tanya om Arga menatap ke arah ku. Seperti nya dia memang tidak kenal dengan mama. Karena, saat om Arga menempati rumah di samping rumah ku, mama sudah tidak ada lagi bersama kami. Saat itu mama sudah pergi, jadi om Arga tidak mengenal mama. Om Arga menetap di sini saat aku mulai masuk sekolah menengah pertama. Bersamaan dengan itu, R
Read more

Bab 15: Sekamar

"Kenapa masih berdiri di sana?" tanya om Arga, begitu melihat aku hanya diam di depan pintu kamar nya. "Om, a-aku... Apa tidak masalah aku tidur di kamar om Arga?" Tanya ku terbata-bata. Membuat om Arga mengernyit bingung. "Apakah suami istri berada dalam satu kamar merupakan sebuah kesalahan?" tanya nya kemudian. "Bukan begitu maksud ku. Aku tau, om Arga pasti terpaksa menikahi ku, karena permintaan terakhir papa. Aku tidak ingin jika sampa om Arga merasa terbebani dengan pernikahan ini," jawab ku. "Jangan menyimpulkan sesuatu yang belum pasti kebenaran nya," "Om Arga tidak merasa keberatan dengan pernikahan ini," tanya ku lagi, yang di balas gelengen oleh Arga. "Akan merasa terbebani jika kita tidak mencoba untuk menerima nya," jawab om Arga. "Jadi om Arga menerima aku sebagai istri mu?" "Memang nya kapan saya pernah menolak kamu?" tanya om Arga menatap dingin ke arah ku. "Hehehe, kirain," jawab ku berusaha tersenyum semanis mungkin. Melihat tatapan dingin yang
Read more

BAB 16 : Nafkah dari suami

"Om Arga! Kenapa belum tidur," tanya ku begitu menyadari kehadiran nya. "Saya menunggu kamu," balas om Arga. "Kenapa mengganggu Rania? ini sudah malam. Sebaik nya kamu juga kembali ke kamar," tambah nya lagi. "Bentar om, Bella mau ngucapin selamat malam dulu ke Rania," alasan ku. "Apa kamu keberatan satu kamar dengan saya," tanya nya kemudian. "Iya, eh maksud Bella nggak om," aku segera meralat ucapan ku, jangan sampai om Arga tersinggung dengan jawaban ku. "Ya sudah. Kalau begitu ayo kembali ke kamar kita," ucap om Arga. Aku terkadang merinding mendengar setiap kata-kata yang keluar dari mulut om Arga. Dia selalu terlihat santai saat berbicara dengan ku. Apalagi kata 'kita' yang di ucapkan nya, seolah sangat intim bagi ku. Akhirnya aku pasrah, dan kembali ke kamar bersama om Arga. Melihat om Arga yang sudah naik ke tempat tidur. Aku juga mendekat ke sana, lalu mengambil bantal dan selimut. "Mau kemana lagi?" tanya om Arga, saat melihat aku ingin beranjak dari sana
Read more

Bab 17 : Panggilan baru dari Rania

"Cepat lah Bella. Kenapa lama banget sih!" Kesal Rania menunggu ku di mobil. Seperti yang di katakan om Arga sebelum nya. Begitu jam sekolah usai, kami pulang ke rumah lebih dulu. Dan sekarang, baru lah kamu ingin berbelanja. "Tara!" begitu masuk ke mobil, aku segera mengeluarkan black card yang di berikan om Arga tadi pagi, dan menunjuk kan nya pada Rania. "Dapat dari mana?" tanya Rania memperhatikan black card di tangan ku. "Pemberian dari pak su," jawab ku menyombongkan diri. "Papa yang kasih?" tanya nya lagi. "Iya lah! Aku kan istrinya sekarang. Kata om Arga, ini merupakan nafkah dari nya," jawab ku. "Nafkah lahir?" Aku mengangguk sebagai jawaban. "Kalau nafkah batin?" tanya nya lagi, membuat aku seketika melotot ke arah nya. "Jangan nanya yang aneh-aneh Rania," "Lah? Emang nya pertanyaan ku salah," tanya Rania. "Baik lah, kau tidak pernah salah Rania. Kau selalu benar," ucap ku akhirnya. "Ngomong-ngomong ya, Bell. Mulai sekarang aku harus manggil kamu apa y
Read more

Bab 18 : Kamu cantik!

Sebelum keluar kamar, aku kembali mematut diri ini di depan cermin. Memindai kembali penampilan ku, dari atas sampai bawah. "Bismillah, semoga istiqamah ya Allah," yakin ku pada diri sendiri. Dengan langkah mantap, aku mulai melangkah kan kaki keluar kamar. Om Arga dan Rania pasti menunggu ku di meja makan. "Bunda kenapa belum turun, pa?" tanya Rania yang bisa aku dengar. Sepertinya dia benar-benar membiasakan diri memanggil aku bunda. Meski terkadang terdengar lucu, hehehe. "Mungkin sebentar lagi," jawab om Arga. "Pagi semua," sapa ku begitu tiba di meja makan. Membuat kedua orang itu sontak menatap ke arah ku. Om Arga dan Rania menatap diam pada ku. Mungkin penampilan ku pagi ini membuat mereka terkejut. "Kenapa? Apa penampilan ku terlihat aneh?" tanya ku. "Tidak! Bunda terlihat sangat cantik,". balas Rania, membuat ku tersenyum. Aku melirik ke arah ke arah om Arga yang masih terpaku menatap ku. "A-ada apa, om?" tatapan nya membuat ku kurang percaya diri. "Kamu
Read more

Bab 19 : Cerita masa lalu

"Maaf, jika pertanyaan ku membuat kamu tersinggung! Kalau kau tidak ingin menjawab nya tidak masalah," ucap ku merasa tidak enak. Apalagi aku melihat raut wajah Rania tiba-tiba saja berubah, setelah mendengar pertanyaan yang aku lontar kan tadi. "Tidak! Aku akan menjawab nya. Lagi pula bunda pasti penasaran kan? Tapi ini adalah sebuah aib besar. Aku harap setelah mendengar nya, bunda tidak akan menilai buruk papa," jawab Rania kemudian. Aku mengangguk, meski sebenar nya aku merasa was-was. Aib besar seperti apakah yang Rania maksud. Rahasia besar apakah yang tidak pernah di cerita kan Rania padaku. Rasa penasaran ku semakin besar.Aku penasaran tentang ibu nya Rania. Seperti apakah wanita itu? Meski tidak tau wajah nya, karena tidak ada satu pun foto tentang ibunya Rania di sini.Tapi aku penasaran, bagaimana hubungan nya dengan Rania maupun om Arga dulu? Dan alasan apakah yang membuat wanita itu pergi meninggalkan pria sesempurna om Arga. Apa kekurangan om Arga hingga membuat wani
Read more

Bab 20 : Rezeki anak

Aku memperhatikan setiap gerak-gerik om Arga, mulai dari dia keluar dari kamar mandi. Lalu mengambil baju Koko yang sudah aku siapkan dan memakai nya. Om Arga ingin pergi shalat berjamaah di mesjid. Aku yang masih duduk di sofa, tidak mengalihkan pandangan ku dari nya. Cerita yang tadi siang di cerita kan Rania, masih terbayang dalam ingatan ku. Sulit untuk aku percaya jika masa lalu kelam itu adalah milik om Arga, suami ku. Ternyata di balik sempurna nya seseorang pasti mempunyai masa lalu yang buruk. Di balik baik nya seseorang pasti ada noda hitam yang pernah dia ciptakan dalam hidup nya. Tapi aku harap masa lalu buruk itu bisa dia jadi kan pelajaran untuk menjadi lebih baik ke depan nya. "Kenapa terus menatap ku dari tadi?" tanya om Arga, begitu dia menyadari aku menatap nya dari tadi. "Tidak ada!" balas ku singkat. "Apa ada masalah?" tanya nya lagi, tapi aku hanya menggeleng. "Jika ada sesuatu yang mengganjal dalam hati mu, cerita kan! Jangan memendam nya sendiri," se
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status