“Dari mana kamu, Liqa?” tanya Farida, tapi nada suaranya seperti orang yang menginterogasi.“Dari rumah Ayah.” Liqa menjawab dengan pelan.“Kasih salam dulu dengan Om Hendri,” kata Farida lagi.Mau tidak mau, Liqa mendekati Hendri yang tampak tersenyum padanya. Liqa mengulurkan tangannya, Hendri memegang erat tangan Liqa. Liqa berusaha melepaskan tangannya, ia menatap ke arah Hendri. Tampak Hendri dengan senyum menggoda, Liqa bergidik.“Jangan ganjen, Liqa, pegang tangan Om Hendri kok lama sekali.” Farida langsung menyeletuk melihat Hendri memegang erat tangan Liqa. Bukannya Hendri yang ditegur, tapi malah Liqa yang dimarahi.“Farida! Jangan bicara sembarangan kamu,” teriak Bu Tari.Liqa langsung menarik tangannya, kemudian segera masuk ke dalam kamarnya. “Ibu kenapa sih, kok marah kayak gitu,” kata Farida tanpa merasa bersalah.“Kamu itu, selalu mengejek Liqa. Seolah-olah Liqa itu melakukan kesalahan besar.”“Apa Ibu nggak lihat tadi, kalau Liqa memegang tangan Mas Hendri cukup lama
Baca selengkapnya