Semua Bab Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku: Bab 81 - Bab 90

142 Bab

Sakit Apa?

Rosita masih saja menangis membayangkan kondisi Melia yang sedang hamil. Persis seperti dia dulu yang hamil sebelum menikah. Beruntung Nugroho mau menikahinya, walaupun ia hamil bukan dengan Nugroho. Karena pada saat bersamaan, ia memiliki pacar lebih dari satu.Dipandanginya tubuh Melia yang memang terlihat agak berisi, kemudian pandangan matanya mengarah ke perut Melia yang belum terlihat membuncit. Tubuh Melia memang tampak seksi, membuat para lelaki hidung belang mudah tergoda. Itu juga yang membuat Melia memanfaatkan kemolekan tubuhnya untuk mendapatkan kemewahan."Apa yang akan dikatakan oleh keluargaku nanti? Citra dan Clara pasti akan tertawa mendengar berita ini. Melia, kenapa kamu bodoh sekali? Seharusnya kamu pakai pengaman. Ceroboh sekali!" umpat Rosita dalam hati."Liqa dan Bu Tari pasti akan mengejek Melia. Kasihan sekali kamu Melia. Ini aib, apa kata teman-temanku nanti? Apa digugurkan saja ya? Tapi dimana?" Rosita masih memikirkan apa yang nanti akan terjadi. Sesekali
Baca selengkapnya

Wasiat

Hari ini Melia sudah diperbolehkan pulang, ia harus banyak istirahat, mengingat di dalam kandungannya terdapat nyawa seorang bayi tak berdosa. Farhan dan keluarga kecilnya sudah sampai di rumah. Rosita menuntun Melia masuk menuju ke kamarnya. "Kamu istirahat ya?" kata Rosita sambil mengelus kepala Melia. Melia hanya mengangguk.Rosita keluar dari kamar Melia. Melia tampak termenung meratapi nasibnya."Kenapa aku harus menerima cobaan ini?" kata Melia dalam hati. Ia meneteskan air mata."Anak siapa yang kukandung ini? Anaknya Papi atau Om Ibra? Bagaimana aku bisa meminta pertanggungjawaban?""Apa aku harus menggugurkan kandungan lagi?""Kenapa Ayah dan Ibu tidak menanyaiku tentang kandungan ini? Tidak mungkin mereka tidak tahu apa yang terjadi!""Bagaimana kalau Clara dan Liqa tahu? Mereka pasti akan menghinaku habis-habisan. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?" Melia terisak-isak. Disaat seperti ini ia baru ingat dengan Allah, selama ini bahkan tidak mengingat sama sekali. Begitul
Baca selengkapnya

Berebut Sertifikat

"Tentu saja sah, Bu. Sertifikat itu kan atas nama Pak Riswan dan Pak Riswan sendiri yang sengaja merubah nama di sertifikat.""Kenapa mesti Citra yang memegangnya?" tanya Rosita ikut menimpali."Karena menurut Pak Riswan, saudara Citra yang paling dekat dengan saudara Hapsari." Benny menjelaskan dengan perlahan karena ia memang sudah diberitahu oleh Riswan tentang watak anak dan istrinya Riswan."Kenapa bukan Mas Farhan yang menyimpannya? Toh sertifikat itu kan haknya anak-anak Mas Farhan, Liqa dan Aksa. Kenapa mesti diberikan pada orang lain?" Rosita masih berupaya bernegosiasi agar sertifikat itu ada di tangan Farhan. Sedangkan Farhan hanya diam saja, ia sendiri terkejut dengan semua ini."Orang lain? Aku ini masih saudaranya Sari Mbak, itu sudah keputusan Bapak! Jadi aku yang berhak memegang sementara sampai Sari pulang ke Indonesia." Citra berkata dengan tegas, ia memang sudah mendapatkan amanah dari bapaknya untuk menyimpan sertifikat milik Sari dan ia sudah berjanji di depan bap
Baca selengkapnya

Berdebat Lagi

“Terus siapa ayah dari bayi yang dikandung Melia? Apakah laki-laki itu ayah temannya Liqa? Atau laki-laki yang bersama dengan Melia ketika digerebek Mas farhan di hotel itu? Atau mungkin ada laki-laki yang lain lagi? Selamat ya, Mbak, sebentar lagi punya cucu!” Citra mengejek Rosita.Kalau tidak dihalangi oleh Farhan, Rosita sudah menampar Citra.“Buah itu memang jatuh tidak jauh dari pohonnya!” Citra masih saja mengejek Rosita.“Apa maksudmu?” Rosita mulai berang.“Kelakuan Melia itu menurun dari kamu!” sahut Citra dengan nada yang mengejek.“Tutup mulut kamu! Dasar kurang ajar! Mulai detik ini, aku tidak akan menganggapmu sebagai adik lagi!” Kemarahan Rosita sudah sangat memuncak, membuatnya mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan.“Oke! Sekarang, jual tanah yang ada di sertifikat itu, uangnya dibagi tiga! Aku sudah tidak mau berurusan denganmu! Mas Haris, urusan tanah itu aku serahkan sama Mas Haris. Pantau terus sertifikat itu! Jangan sampai kecolongan, Mbak
Baca selengkapnya

Menumpang

"Siapa ayah dari bayi itu, Melia? Biar Ayah yang menemuinya untuk meminta pertanggungjawaban," kata Farhan dengan pelan."Maksud Mas apa? Memintanya menikahi Melia, begitu ya? Mas mau membuat semua orang tahu masalah ini? Apa Mas siap jika semua orang akan mencibir kita?" Rosita emosi lagi."Itu sudah resiko atas perbuatan yang mereka lakukan.""Aku tidak setuju! Aku akan tetap menggugurkan kandungan Melia! Mas jangan ikut campur!" teriak Rosita."Ya sudah, urusi anakmu itu!" Farhan pun beranjak dari duduknya kemudian berjalan menuju ke kamar."Nggak usah dengerin omongan Ayah, ya? Nanti Ibu cari informasi dimana tempat yang bagus untuk menggugurkan kandunganmu itu," kata Rosita pada Melia yang tampak meneteskan air mata."Aku takut, Bu," jawab Melia dengan pelan.Rosita memeluk Melia sambil berbisik di telinga Melia."Jangan takut, Sayang. Ibu akan selalu mendampingimu."***“Ngapain kamu kesini?” tanya Rosita dengan sinis ketika membuka pintu rumah.“Ini rumah ayahku, terserah aku m
Baca selengkapnya

Mencari Muka

"Bu Rosita dan Melia mengajak Liqa ngobrol, Yah. Ternyata mereka berdua asyik juga diajak ngobrol," sindir Liqa sambil tersenyum menatap Rosita dan Melia. Kedua orang itu langsung melengos. "Bagus dong! Kalian harus sering-sering ngobrol biar tambah akrab." Farhan menimpali. Ia tahu kalau yang dikatakan Liqa tadi berupa sindiran. "Ayo kita makan bersama," ajak Farhan.Melia hendak berjalan menuju ke kamarnya."Mau kemana kamu, Melia?" tanya Farhan."Ke kamar, Yah. Lagi nggak enak badan." Melia menjawab dengan muka yang dibuat memelas. Sebenarnya ia malas untuk bertemu dengan Liqa. Ia juga sedang kesal dengan Farhan karena banyak hal. Mulai dari mobil hingga uang bulanan yang dipotong oleh Farhan."Ayo makan dulu, biar kamu cepat sehat," sahut Farhan."Biarkan dia istirahat, Mas," kata Rosita membela Melia."Kita ini satu keluarga. Sekali-kali makan bersama kan nggak ada salahnya. Ini momen langka. Lagipula aku sudah beli makanan banyak. Nanti kalau pas Aksa pulang, kita makan bersam
Baca selengkapnya

Hidung Belang

“Dari mana kamu, Liqa?” tanya Farida, tapi nada suaranya seperti orang yang menginterogasi.“Dari rumah Ayah.” Liqa menjawab dengan pelan.“Kasih salam dulu dengan Om Hendri,” kata Farida lagi.Mau tidak mau, Liqa mendekati Hendri yang tampak tersenyum padanya. Liqa mengulurkan tangannya, Hendri memegang erat tangan Liqa. Liqa berusaha melepaskan tangannya, ia menatap ke arah Hendri. Tampak Hendri dengan senyum menggoda, Liqa bergidik.“Jangan ganjen, Liqa, pegang tangan Om Hendri kok lama sekali.” Farida langsung menyeletuk melihat Hendri memegang erat tangan Liqa. Bukannya Hendri yang ditegur, tapi malah Liqa yang dimarahi.“Farida! Jangan bicara sembarangan kamu,” teriak Bu Tari.Liqa langsung menarik tangannya, kemudian segera masuk ke dalam kamarnya. “Ibu kenapa sih, kok marah kayak gitu,” kata Farida tanpa merasa bersalah.“Kamu itu, selalu mengejek Liqa. Seolah-olah Liqa itu melakukan kesalahan besar.”“Apa Ibu nggak lihat tadi, kalau Liqa memegang tangan Mas Hendri cukup lama
Baca selengkapnya

Pesan di Ponsel

"Mas Keenan," gumam Liqa. Jantungnya terasa berdetak dengan kencang."Kok malah bengong?" jawab Keenan."Eh, enggak kok." Suara Liqa terdengar gugup, ia pun berjalan mendekati Keenan dan duduk berhadapan dengannya."Anak perawan kok magrib masih tidur. Sudah salat belum?" tanya Keenan."Lagi nggak salat kok, Mas.""Ooo." Keenan menjawab sambil membuka bungkusan yang ada di meja."Kamu pasti belum makan. Ayo kita makan," ajak Keenan sambil memberikan makanan untuk Liqa. "Nggak usah ambil minum, aku sudah beli," lanjut Keenan. Liqa hanya melihat apa yang dilakukan oleh Keenan. Sejujurnya ia rindu dengan semua ini, rindu dengan perhatian Keenan. Keenan menoleh ke arah Liqa yang tampak sedang termenung. Kemudian ia melambaikan tangannya di depan muka Liqa."Lho kok bengong lagi? Kata orang kalau kebanyakan bengong nanti malah kemasukan lho." Keenan meledek Liqa, membuat Liqa tersipu malu."Kemasukan setan maksudnya?" tanya Liqa."Haha… sebelum kemasukan apa-apa, lebih baik perutnya kema
Baca selengkapnya

Terpeleset

[Liqa, ini mamanya Naren. Apa kabar Liqa? Sudah lama tidak bertemu ya? Pasti Liqa sudah semakin dewasa dan cantik. Tante tahu kalau kamu itu baik, Naren sering menceritakanmu pada Tante. Terima kasih kamu sudah menjadi teman baik Naren.][Maaf ya, Liqa, Tante memang menyukaimu karena kamu teman baik Naren. Bukan sebagai pacar Naren. Masa depan kalian masih panjang, fokus kuliah. Jangan memikirkan percintaan. Tante harap kamu dan Naren tetap bersahabat selamanya.][Naren sedang fokus kuliah demi masa depannya. Untuk saat ini, Tante tidak akan menyetujui Naren berpacaran dengan siapapun. Tante harap Liqa mengerti.]Jantung Liqa berdetak dengan kencang, ia tidak menyangka akan mendapatkan pesan dari mamanya Naren. Tapi ia bisa menduga kalau ini ada hubungannya dengan Farida. Untuk menghindari kesalahpahaman, Liqa pun membalas pesan dari mamanya Naren.[Iya, Tante, saya dan Naren hanya berteman saja. Saya belum memikirkan untuk pacaran. Fokus saya adalah kuliah. Semoga kuliah Naren lanca
Baca selengkapnya

Tidak Mau Jujur

"Ayah kok nggak bilang kalau mau kesini?" kata Liqa ketika melihat Farhan duduk di ruang tamu. Ia segera mencium tangan ayahnya. Kebetulan Liqa tidak ada jadwal kuliah hari ini."Mau bikin kejutan saja." Farhan tersenyum."Kapan Ayah sampai?" tanya Liqa."Kemarin sore." Farhan menjawab dengan pelan. Liqa duduk berhadapan dengan ayahnya. Ia melihat wajah ayahnya tampak lesu."Ayah kok terlihat lesu ya? Ah, mungkin Ayah kecapekan," kata Liqa dalam hati. Tapi ia lihat sepertinya ayahnya banyak beban pikiran, Liqa sangat penasaran."Ayah ada masalah apa?" tanya Liqa dengan hati-hati."Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Farhan malah balik bertanya."Ayah terlihat lesu sekali, seperti banyak yang Ayah pikirkan." Liqa menatap wajah ayahnya yang sudah terlihat banyak kerutan halus. Tapi masih terlihat gagah seperti biasanya."Benar yang kamu katakan, memang sedang banyak yang Ayah pikirkan. Ayah sangat malu dan kecewa, semua tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selama ini Ayah mengabaikan ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status