All Chapters of Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku: Chapter 71 - Chapter 80

142 Chapters

Menyesali Semuanya

"Enak saja, memangnya ibuku itu mata duitan? Tapi benar juga kata Mas Farhan, yang dipikirkan ibu itu kan selalu berhubungan dengan uang. Jangan-jangan kalau aku kesana nanti, Ibu minta uang sama aku. Padahal uangku tinggal sedikit, gajian Mas Farhan masih dua Minggu lagi," kata Rosita dengan pelan.Rosita membuka-buka ponselnya, ada pesan dari Melia."Pasti minta uang Melia ini," gumam Rosita. Ternyata memang benar, dalam pesan tersebut, Melia minta uang. [Melia, kamu pulang saja! Sudah libur kan?] Rosita membalas pesan Melia.[Aku malas bertemu dengan Ayah karena dia sudah menjual mobilku.][Darimana kamu tahu kalau mobilmu itu dijual?][Kemarin aku melihat dipajang di sebuah showroom mobil second.][Kamu pulang saja, nanti kita berdua merayu ayah untuk beli mobil lagi.]Tidak ada lagi balasan dari Melia."Kalau mobilnya Melia dijual, uangnya kemana? Kok nggak dikasihkan sama aku? Atau jangan-jangan uangnya dikasihkan sama Liqa? Awas kamu Mas, sudah berani membohongiku," kata Rosit
Read more

Bukan Urusanmu!

[Mas, aku ke rumah Bapak. Tadi Ibu menelpon lagi, Bapak sakit.][Mas nanti menyusul ke rumah Bapak ya?][Bapak semakin parah, Citra dan Haris juga disuruh pulang sama Ibu.][Mas, kok ponselmu nggak aktif sih! Mentang-mentang sedang bersama Liqa, tidak mau diganggu! Ini penting Mas, Bapak sudah kritis.]"Kalau kritis kenapa nggak dibawa ke rumah sakit?" gumam Farhan.Tak lama kemudian ada pesan yang masuk lagi.[Mas kok nggak menyusulku? Aku menginap di rumah Bapak.]Rosita melihat kalau nomor Farhan sedang aktif karena itu ia pun menelpon Farhan."Mas, kenapa sih kok ponselnya dinonaktifkan?" tanya Rosita."Ngedrop," jawab Farhan."Bapak kritis, Mas.""Sekarang dimana?""Di rumah.""Kalau kritis kenapa nggak dibawa ke rumah sakit?""Bapak yang nggak mau.""Terus disitu hanya menunggu saja? Tanpa pengobatan?""Tadi sudah memanggil dokter."Farhan pun mengakhiri panggilannya, kemudian berganti pakaian dan pergi menuju rumah mertuanya. Sampai dirumah mertuanya, tampak Rosita yang tertid
Read more

Kurang Bersyukur

Brak! Farhan memukul meja makan, wajahnya tampak merah karena dari tadi menahan emosi, dan akhirnya emosi itu ia ledakkan."Kamu itu anak nggak ada sopan santunnya sama orang tua ya? Ayah disini sebagai orang tuamu yang membiayai kamu! Kalau kamu tidak setuju dengan peraturan Ayah, silahkan keluar dari rumah ini, cari Ayah lain yang bisa memenuhi gaya hidup mewahmu itu! Seharusnya kamu itu bersyukur, bisa hidup enak, dibiayai kuliah, diberikan semua yang kamu butuhkan! Tapi apa yang kamu lakukan? Jangankan bersyukur, berterima kasih saja tidak pernah!" Farhan benar-benar marah sampai ia menggebrak meja.Rosita dan Melia sangat kaget mendengar Farhan marah. Terutama Melia, ia sangat shock! Ia pikir Farhan masih tunduk dengan ibunya, ternyata Farhan sudah berubah."Kamu juga terlalu memanjakan Melia, semua keinginannya selalu kamu turuti. Masih mending, aku mau menerima Melia lagi, mengingat ia sudah membuat malu. Bagaimana kalau aku sudah tidak mau menerima Melia disini? Mau tinggal di
Read more

Harta Sari

"Bu, kembalikan harta Sari yang masih ada. Kita sudah terlalu banyak memakan harta anak yatim-piatu," kata Riswan. Ia berbaring di tempat tidur.Riswan sengaja mengumpulkan anak dan menantunya. Hanya istri Haris yang tidak ikut datang. Semua yang hadir disitu tampak terkejut mendengar penuturan Riswan. Termasuk Farhan. "Harta Sari? Memangnya Sari punya harta?" tanya Rosita."Jangan dengarkan bapakmu! Dia kalau ngomong suka ngelantur. Hartanya Sari sudah habis untuk biaya hidup Sari selama ikut kita," kilah Yana."Bu, kita sudah tua. Bertobatlah, memohon ampunan pada Allah. Ingat kelakuan zalim kita kepada Sari. Beberapa hari ini aku memimpikan Ningsih, mungkin ia menagihku untuk mengembalikan hartanya pada Sari.""Sudahlah, Pak. Bapak istirahat saja, jangan banyak berbicara." Yana masih berusaha mengalihkan pembicaraan ini."Memangnya harta Sari itu banyak?" tanya Rosita lagi."Iya, kami yang menghabiskannya untuk membiayai kalian sampai kuliah. Malah Sari tidak kami kuliahkan. Bapak
Read more

Jangan Berdebat

"Enak saja milik Sari! Tapi sertifikat itu kan atas nama Bapak semua." Yana tidak terima kalau sertifikat disebut sebagai milik Sari. Ia tahu persis kalau sertifikat-sertifikat itu semua atas nama Riswan. Memang tadinya atas nama orang tua Sari. Tapi begitu orang tua Sari meninggal, dan Sari masih dibawah umur, semua sertifikat diganti atas nama Riswan. Riswan hanya tersenyum mendengar penuturan istrinya, tapi tidak mau menjawabnya. Yana semakin penasaran."Atau jangan-jangan sertifikat itu sudah Bapak ganti atas nama Sari?" tanya Yana sambil menatap tajam suaminya."Sudahlah Bu. Aku capek, ingin tidur dulu," kata Riswan dengan mengalihkan pandangan matanya ke arah lain.."Kalian keluar saja, aku mau tidur." Riswan berkata sambil memejamkan matanya. Yana, Rosita dan Haris pun keluar dari kamar. Citra masih berada di dalam kamar, ia ingin menunggui bapaknya. Citra memang lebih dekat dengan Riswan, sifatnya pun mirip dengan Riswan."Bapak, cepat sehat ya? Nanti Citra ajak ke rumah Cit
Read more

Rahasia Riswan

"Kok bawa-bawa Melia," protes Rosita."Diam kamu! Atau semua aku ceritakan disini kelakuanmu dan anakmu!" Farhan menggertak Rosita, Rosita pun terdiam.Yana dan Haris masih penasaran dengan apa yang terjadi diantara Rosita dan Farhan. Tapi melihat sikap Farhan, mereka pun hanya dia saja, tidak berani untuk bertanya lebih dalam lagi.Semua diam termenung dengan pikiran masing-masing."Kalau sampai semua tahu tentang Melia, mereka bakal mencemooh aku. Jangan sampai Mas Farhan buka mulut. Mudah-mudahan Citra dan Irwan juga tidak buka mulut," kata Rosita dalam hati."Kenapa sekarang Rosita tunduk pada Farhan? Pantas saja Rosita jarang memberiku uang, pasti ia sudah tidak berani minta uang dengan Farhan atau Farhan mengurangi jatahnya Rosita." Yana bermonolog dalam hati. Ia pun kemudian masuk ke dalam kamar untuk melihat suaminya."Bagaimana kondisi Bapak?" tanya Yana."Tidur pulas, Bu," jawab Citra yang duduk di kursi dan Irwan berbaring dilantai yang sudah dialasi karpet.Yana mendekati
Read more

Sertifikat

"Tante Citra, dipanggil Ibu," kata Melia yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Melia langsung masuk kembali ke dalam rumah, tanpa menyapa Bu Tari dan Liqa. Seolah-olah tidak melihatnya."Permisi ya, Bu. Saya ke dalam dulu," pamit Citra."Iya, Nak. Silahkan." Bu Tari berkata sambil tersenyum."Tuh lihat, Melia tidak mau mengenal kita. Persis kayak ibunya." Bu Tari berkata dengan sinis."Biarkan saja, Nek. Anggap saja memang kita tidak saling mengenal." Liqa membesarkan hati neneknya. Tanpa mereka sadari, dari kejauhan Farhan mengamati mereka. Farhan sedih melihat kelakuan anak tirinya yang mengabaikan Bu Tari dan Liqa. Sejak kejadian penggerebekan itu, Farhan sudah tidak mau bertegur sapa dengan Melia. Kalau Melia tidak menyapanya, ia tidak bakal mau menyapa duluan. Sepertinya Melia memang berusaha menghindari Farhan."Kita pulang saja, Liqa," ajak Bu Tari."Iya, Nek.""Pamitan ke dalam dulu ya?" Bu Tari mengajak Liqa masuk ke dalam untuk berpamitan dengan besan perempuannya.Tampa
Read more

Takziah

Di tempat lain, tampak Bu Tari sedang duduk santai bersama suami dan cucunya. Bu Tari masih merasa kesal dengan sikap Rosita dan Melia."Kenapa sih, Bu? Bapak lihat dari tadi kok seperti ada yang dipikirkan?" tanya Pak Umar."Nggak ada apa-apa, Pak. Hanya saja Ibu masih kesal dengan sikap Rosita dan Melia." Bu Tari menjawab pertanyaan suaminya."Sudahlah, Nek! Nggak usah dipikirkan, Liqa sudah biasa kok!" Liqa menimpali ucapan neneknya."Memangnya ada apa?" Pak Umar jadi penasaran. Bu Tari pun menceritakan tentang kejadian tadi. Tentu saja dengan penuh emosi."Nggak usah dipikirkan. Ibu kan tahu bagaimana watak mereka. Anggap saja angin lalu." Pak Umar mencoba menenangkan istrinya yang tampak emosi."Padahal Liqa itu kan anaknya Farhan! Seharusnya ia juga menganggap Liqa sebagai anaknya." Bu Tari masih saja tidak terima dengan sikap Rosita."Liqa nggak apa-apa kok, Nek?" sahut Liqa."Kamu yang sabar ya, Liqa? Kok bisa-bisanya ayahmu terpikat perempuan ular itu." Bu Tari menyesalkan k
Read more

Anak Pungut?

"Mbak, kapan sih Mbak Rosita bisa berpikir positif? Selalu saja suudzon. Kalau Mbak pikir aku mau menguasai rumah ini, Mbak salah besar! Aku tidak pernah berpikir akan melakukan itu. Aku hanya ingin merawat Ibu, mumpung aku masih bisa melakukannya." Citra menjawab dengan ketus."Ternyata kamu sadar diri juga ya? Apa mentang-mentang kamu sudah kaya kamu nggak butuh uang? Sombong!" cibir Rosita."Mbak semua orang butuh uang, tapi tidak rakus!" Jawaban Citra terasa menampar wajah Rosita."Kamu pikir aku rakus ya?" Rosita membentak Citra."Nggak ada yang ngomongin Mbak rakus, aku hanya mengingatkan diriku sendiri supaya jangan rakus." Citra masih berdebat dengan Rosita."Sudahlah, jangan ribut-ribut! Malu kalau sampai tetangga mendengarnya!" Haris berkata cukup keras untuk melerai perdebatan antara kakak dan adik Haris.Terdengar suara ribut-ribut di kamar, sampai berteriak-teriak. Semua yang ada disitu segera menuju ke kamar."Ada apa ini?" teriak Rosita ketika melihat Melia dan Clara ad
Read more

Fakta Mengejutkan

"Clara, Papa dan Mama juga adik-adik sangat menyayangimu. Kami tidak pernah membedakan perlakuan kalian semua. Kalian bertiga adalah anak-anak Papa dan Mama," kata Irwan dengan pelan. Ia menarik nafas panjang, sepertinya ia berat sekali untuk bercerita dan membuka cerita lama. Tapi ia tahu, kalau sekarang memang sudah saatnya menceritakan sebuah fakta yang tentu saja akan menyakitkan bagi Clara.Clara semakin takut akan kenyataan yang didengarnya nanti. Dipandanginya wajah kedua orang tuanya. Citra tampak meneteskan air mata. Irwan pun melanjutkan penjelasannya.Dengan penuh perhatian Clara mendengarkan penjelasan Irwan. Jantungnya masih berdetak dengan kencang menanti akhir dari cerita ini, tangannya juga terasa dingin. Tangisnya pun pecah ketika mendapati sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan. Citra memeluk erat Clara, ia sudah tak sanggup lagi menahan air matanya. Ia sangat sedih mendengar tangis Clara yang terdengar sangat menyayat hati.Ditempat lain, Melia sedang ditangani ol
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status