All Chapters of Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku: Chapter 91 - Chapter 100

142 Chapters

Ancaman Farhan

"Mas Farhan?" Rosita sangat terkejut dengan kehadiran Farhan."Kenapa kamu kaget seperti itu?" tanya Farhan sambil menatap Rosita, Rosita tampak salah tingkah."Hanya kaget saja, Mas." Rosita menjawab dengan pelan untuk menutupi kegugupannya. Ia menatap ke arah Melia dengan penuh selidik. Seketika ia merasa takut kalau sampai Melia menceritakan yang sesungguhnya terjadi.Farhan berjalan menuju ke pintu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia berusaha membuka pintu."Mas, mau kemana?" tanya Rosita."Apa perlu aku jawab?" Farhan balik bertanya dengan ketus."Aku bertanya baik-baik tapi Mas malah menjawab seperti itu." Rosita malah mengomel. Farhan menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Rosita."Kalian berdua sudah tidak menganggapku lagi. Aku mau pulang, nanti barang-barang kalian aku kemasi dan aku kirim ke rumah Ibu. Jadi kalau kalian pulang, langsung pulang ke rumah Ibu. Jangan pulang ke rumahku." Farhan berkata dengan tegas dan penuh amarah.Rosita terkejut mendengar kata
Read more

Pesan Dari Melia

"Halo, Bu Rosita," sapa Liqa."Li..Liqa?" Rosita kaget mendengar suara Liqa."Iya, Bu. Ini Liqa.""Ada ayahmu disitu?""Ayah tidak mau menerima telepon dan menyuruh Liqa yang menerimanya. Ada pesan apa, nanti Liqa sampaikan.""Nggak ada, hanya tanya saja." Rosita mengakhiri panggilannya.Liqa memberikan ponsel pada Farhan."Ada apa?" tanya Farhan Liqa hanya mengangkat bahu saja."Nggak jelas, Yah! Ayah berantem dengan Bu Rosita ya?" tanya Liqa.Farhan menghela nafas panjang, kemudian menceritakan inti masalah saja. Tidak sampai detailnya."Terus apa yang akan Ayah lakukan?" tanya Liqa. "Sebelum mereka jujur pada Ayah, Ayah tidak akan menerima mereka.""Apa Ayah tidak kasihan dengan Melia yang sedang hamil?""Untuk apa dikasihani? Melia tidak menyayangi dirinya sendiri. Kamu tahu Liqa, kalau waktu bisa diputar kembali, Ayah tidak akan membuat ibumu dan kalian hidup menderita. Ayah bukanlah suami dan ayah yang baik." Nada suara Farhan penuh dengan penyesalan."Tapi menyesal pun sekara
Read more

Perubahan Clara

Farhan dan Liqa langsung menoleh ke arah suara itu. Ternyata Citra yang sedang berjalan bersama dengan Clara dan Stella.Citra pun mendekati Farhan. Mereka pun tampak saling menyapa. Ada yang lain dengan sikap Clara. Ia tampak ramah dan mau menyalami Farhan dan Liqa. Liqa jadi heran dengan Clara."Tumben sikap Clara jadi baik," kata Liqa dalam hati."Mas, kapan kesini? Kok nggak mampir ke rumah?" tanya Citra."Sudah tiga hari disini, mungkin besok mau pulang.""Oh, Mbak Rosita ikut?""Iya, sedang di kost Melia.""Liqa kok nggak pernah main ke rumah Tante?" tanya Citra mengalihkan pertanyaan pada Liqa. "Maaf Tante, lagi banyak tugas." Citra tersenyum mendengar jawaban Liqa."Sekarang mau kemana?" tanya Citra lagi."Pulang ke kost," jawab Liqa."Ayo ke rumah Tante," ajak Citra.Liqa tampak ragu-ragu."Ayo Mas, ajak Liqa mampir ke rumah." Citra langsung menggandeng tangan Liqa."Iya Mbak Liqa, main ke rumah yuk?" bujuk Stella yang diikuti dengan anggukan kepala Clara."Ayo." Akhirnya F
Read more

Melia Pingsan

"Ada apa Mel?" tanya Farhan ketika menerima panggilan itu."Mas, Melia pingsan. Sekarang aku sedang menuju ke rumah sakit." Ternyata Rosita yang menelpon Farhan, ia menggunakan ponselnya Melia. Karena dari tadi ia menelpon Farhan tapi tidak ada tanggapan."Hah! Jangan bercanda kamu!" seru Farhan dengan kesal. Tentu saja ia kesal dengan Rosita setelah tahu pengakuan dari Melia tadi."Bener Mas, aku nggak bohong. Sekarang sudah sampai di halaman rumah sakit menuju ke UGD." Panggilan itu pun terputus.Farhan tampak termangu, ia bimbang antara mau ke rumah sakit atau tidak. Sebenarnya ia kasihan dengan Melia, tapi ia malas berurusan dengan Rosita. Ia tadi sudah bertekad tidak akan berurusan dengan Rosita untuk sementara waktu."Rosita menelpon, katanya Melia pingsan dan sekarang dibawa ke rumah sakit." Farhan berkata dengan pelan."Pingsan kenapa?" tanya Citra."Nggak tahu! Rosita hanya bilang pingsan saja.""Ayo ke rumah sakit, kasihan Melia," saran Citra."Liqa bagaimana?""Kita ajak sa
Read more

Donor Darah

"Jelas kamu bohong, untuk menutupi kelakuanmu yang menjijikkan itu."Rosita semakin ketakutan dan wajahnya menjadi pucat."Ramuan apa yang kamu berikan pada Melia?" selidik Farhan."Ramuan apa sih, Mas!" Rosita tetap mengelak. Ia tidak berani menatap wajah suaminya."Kalau sampai terjadi apa-apa dengan bayinya, berarti kamu pelakunya! Sudahlah, aku sudah tahu semuanya. Kami memberikan ramuan pada Melia untuk menggugurkan kandungannya.” Farhan yang mengatakan yang ia tahu.Rosita terlihat sangat cemas, Citra mulai menemukan benang merah semua ucapan Farhan dan Rosita tadi."Berarti Melia pingsan karena ramuan dari Mbak Rosita. Benar-benar ibu yang tidak baik, sangat keterlaluan," kata Citra dalam hati.Liqa masih bingung dengan perdebatan antara ayah dan ibu tirinya. Ia berusaha mencerna semua perdebatan itu. Dengan berpikir keras, perlahan ia mulai menemukan apa maksud dari semua itu. "Bu Rosita memang benar-benar kejam. Dengan anak sendiri saja seperti itu, apalagi denganku?" kata L
Read more

Tidak Selamat

"Ini ada makanan dan minuman. Makanlah, kamu juga butuh tenaga untuk menjaga Melia nanti." Farhan berkata sambil menyerah sebuah bungkusan. Bagaimanapun juga, Rosita itu istrinya, masih menjadi tanggung jawabnya.Rosita tampak terharu, kemudian tangannya menerima bungkusan dari Farhan. Ia memang merasa lapar dan haus, karena belum sempat makan. Tadi, setelah memberikan ramuan pada Melia, ia sebenarnya mau makan, tapi keburu Melia pingsan.Seketika Rosita cemas, ketika ingat ia belum sempat menyimpan sisa ramuan yang diberikan pada Melia. "Bagaimana kalau Mas Farhan ke kost Melia dan menemukan ramuan itu? Apakah aku sekarang pulang dulu ya, dengan alasan mengambil pakaian. Tapi nanti Mas Farhan malah curiga. Kenapa aku ceroboh sekali," kata Rosita dalam hati, menyesali keteledorannya.Liqa tampak heran ketika melihat wajah Rosita seperti ketakutan."Bu Rosita kenapa ya? Kok seperti ketakutan," kata Liqa dalam hati.Farhan tidak menyadari semua itu, ia sibuk dengan ponselnya.Seketika
Read more

Sikap Clara

"Liqa!" Liqa yang merasa namanya dipanggil, langsung menoleh ke arah datangnya suara. Ternyata ada Clara yang berjalan mendekati Liqa. Liqa baru saja selesai kuliah, ia ingin pulang untuk beristirahat."Iya, Clara. Ada apa?" tanya Liqa dengan heran sambil menghentikan langkah kakinya."Tumben Clara mendekatiku. Ada apa ya? Semoga ia berniat baik." Liqa bermonolog dalam hati."Sudah selesai kuliahnya?" tanya Clara ketika sampai di depan Liqa. Hari ini Calra terlihat anggun dengan pakaian yang terlihat mahal, berbanding terbalik dengan Liqa yang tampak sederhana."Alhamdulillah, sudah." Liqa masih memikirkan sikap Clara hari ini."Sekarang mau kemana?""Pulang.""Ayo aku antar kamu," tawar Clara. Liqa tampak ragu dengan apa yang dikatakan Clara."Jangan takut, aku tidak berniat jahat padamu. Aku malah ingin berteman denganmu. Bukankah kita ini saudara?" kata Clara menjelaskan."Ayo," ajak Clara, Liqa pun mengangguk mengikuti langkah kaki Clara menuju ke parkir mobil. Tak butuh waktu la
Read more

Cerita Clara

"Aku tidak tahu apa yang kamu rasakan, tapi aku yakin kalau kamu mampu mengatasi semua ini," kata Liqa menguatkan Clara.Clara menghapus air matanya, dengan perlahan ia mulai menceritakan semua permasalahan yang sedang ia hadapi."Beberapa hari aku hanya bisa menangis dan mengurangi interaksi dengan Papa dan Mama, juga dengan Stefan dan Stella. Aku tidak punya teman untuk bercerita dan berkeluh kesah. Akhirnya aku berpikir panjang. Kalau aku mencari orang tua kandungku, apa yang akan aku lakukan kalau sudah bertemu mereka? Bukankah mereka memang sudah membuangku? Apakah mereka akan menerimaku?""Tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan Papa dan Mama. Mama sedang menangis, hatiku menjadi tersentuh. Aku pun berpikir lagi. Bukankah selama ini Papa dan Mama yang selalu ada disisiku? Selalu memenuhi kebutuhanku, dan aku merasa sangat bersalah. Selama ini sikapku sangat jelek. Aku benar-benar seperti berada di persimpangan jalan. Aku butuh orang untuk menguatkan aku.""Siang itu aku sengaja
Read more

Terlalu Gengsi

Sudah beberapa hari Rosita tidak berkomunikasi dengan Farhan. Ia terlalu gengsi untuk memulainya, padahal ia butuh uang untuk kuliah Melia. Melia sudah keluar dari rumah sakit, tapi belum kuliah lagi. Ia merasa malu pada dirinya sendiri, apalagi karena sudah mengecewakan Farhan.Pikirannya menjadi buntu, bingung mau melakukan apa? Kondisi keuangannya sudah mulai menipis. Mau kemana lagi ia mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, belum lagi memenuhi gaya hidupnya yang selama ini sangat tinggi."Bu, lebih baik aku berhenti kuliah saja," kata Melia dengan pelan."Kenapa?" Rosita mengernyitkan dahinya."Darimana biaya untuk kuliah? Belum lagi biaya yang lainnya." Melia menghela nafasnya."Kamu nggak usah memikirkan semua itu. Biar Ibu yang memikirkannya." Rosita menenangkan Melia."Kenapa Ibu nggak menelpon Ayah?""Untuk apa?""Ibu dan Ayah kan suami istri, masa tidak ada komunikasi sama sekali?""Nggak usah sok tahu kamu." Rosita menjawab dengan ketus.Melia terdiam mendengar
Read more

Memberi Pilihan

"Ada apa, Mel?" tanya Rosita dengan pelan. Melia masih belum merespon pertanyaan ibunya, pikirannya melayang kemana-mana. Ia menjadi bimbang."Mel," panggil Rosita."Mel!" Rosita menyentuh tangan Melia, membuat Melia sangat terkejut. Melia pun menoleh ke arah ibunya."Ada apa, Bu?" tanya Melia."Justru Ibu bertanya sama kamu. Ada apa?""Pesan dari siapa? Kok Ibu lihat, wajahmu berubah ketika membaca pesan itu. Apa yg kamu pikirkan?" lanjut Rosita.Melia sendiri bingung, apa yang harus ia katakan kepada ibunya. Farhan memberikan pilihan yang sulit untuk ia putuskan sendiri."Ini lho, Bu, teman-teman kuliahku ada yang nanya, kenapa aku nggak kuliah." Melia akhirnya berbohong pada ibunya."Bilang saja kamu sedang sakit.""Jangan, Bu. Mereka nanti malah kesini, melihat kondisiku yang seperti ini akan menimbulkan banyak pertanyaan.""Kamu malu dengan kelakuanmu sendiri? Apa kamu menyesal?""Iya, Bu." Melia menjawab dengan pelan, matanya mulai berkaca-kaca. Ia sedih jika mengingat pesan dar
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status