Semua Bab Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku: Bab 101 - Bab 110

142 Bab

Ibu Pulang

“Kamu selalu mengganggu pikiranku,” kata Keenan sambil memandang foto Liqa yang ia ambil tadi. Keenan segera meletakkan ponselnya ketika Liqa sudah mendekati mobilnya dan masuk."Maaf Mas, tadi kelamaan ya?" "Enggak kok. Kemana lagi sekarang? Mau belanja nggak?""Enggak Mas. Kemarin sudah belanja."Keenan segera melajukan mobilnya dengan perlahan. Liqa memberi arahan jalan yang akan dilalui. Mobil pun masuk ke sebuah perumahan. Ternyata rumah yang dikontrak Liqa tidak jauh dari pintu masuk perumahan."Itu Mas, rumah warna kuning," kata Liqa."Oke." Keenan memperlambat laju mobilnya, akhirnya berhenti tepat di depan rumah berwarna kuning.Liqa segera turun dari mobil dan kemudian mengetuk pintu rumah dan mengucapkan salam. Tak lama kemudian, tampak Aksa yang membukakan pintu."Ayo masuk, Mas. Nggak usah sungkan ada Aksa, kok," ajak Liqa."Iya, Mas. Ayo masuk ke dalam." Aksa menimpali ucapan Liqa."Terima kasih." Keenan masuk mengikuti Aksa.Keenan pun duduk di ruang tamu dengan beral
Baca selengkapnya

Sudah Dewasa

"Bu, ini sarapannya. Mie celor yang Liqa beli ini enak sekali." Liqa berkata sambil mengeluarkan makanan yang ia beli. Ada mie celor dan pempek.Pagi ini Liqa membeli sarapan sekalian makanan yang lebih banyak dari biasanya. Untuk persediaan ibunya, ketika ia tinggal kuliah. "Banyak sekali kamu beli makanannya? Apa setiap hari kami seperti ini?""Enggak Bu. Biasanya hanya satu bungkus saja. Nanti kan Liqa kuliah, jadi biar ibu nggak kelaparan di rumah."Sari hanya tertawa mendengar ucapan Liqa."Kalau Ibu lapar, Ibu bisa beli makanan atau bikin mie.""Ya biar Ibu nggak repot-repot keluar atau pun memasak. Nanti Liqa pulang Ibu mau dibeliin makanan apa?" tanya Liqa."Kamu ini, yang dibahas kok makanan terus sih. Untuk nanti ya dipikirkan nanti."Liqa menyiapkan piring untuk tempat mie celor."Ayo makan, Bu." Liqa menyendokkan makanan ke mulutnya. Sari pun mengikuti apa yang dilakukan Liqa. Mereka menikmati makanan sambil bercerita. Setelah selesai, Liqa pun bersiap untuk berangkat ku
Baca selengkapnya

Pulang

Dari kejauhan Liqa melihat ada mobil yang berdiri di depan rumah kontrakannya. Ia tidak mengenali mobil itu. Seketika jantung Liqa berdetak dengan kencang, takut terjadi sesuatu dengan ibunya. Begitu turun dari ojek, Liqa langsung masuk ke dalam rumah. Terdengar suara perempuan yang tidak asing sedang tertawa bersama dengan ibunya."Liqa, sudah pulang kamu, Nak?" tanya Sari. "Eh, Liqa sudah pulang ya?" tanya Citra. Ternyata ada Citra yang main ke rumah Liqa."Iya, Tante! Kirain tadi siapa tamunya Ibu. Soalnya mobilnya tidak Liqa kenal." Liqa mendekati Citra dan menyalaminya."Oh, itu mobil teman yang punya bengkel. Mobil Tante sedang diservis, tapi antri. Daripada nunggu lama, akhirnya yang punya bengkel meminjamkan mobil pada Tante." Citra menjelaskan."Oh." Terdengar suara Liqa yang sangat lega."Tante sudah lama?" tanya Liqa lagi."Sudah. Sudah banyak cerita dengan ibumu, yang sedih juga bahagia. Ketemu sama Clara nggak?" tanya Citra dengan antusias."Enggak Tante, biasanya sih ke
Baca selengkapnya

Mengungkit Kebaikan

Banyak rencana yang akan dikerjakan hari ini. Setelah sarapan, Sari dan anak-anaknya akan pergi ziarah ke makam Riswan. Satu-satunya keluarga yang ia miliki. Dengan menggunakan dua motor, mereka pun pergi ke makam.Setelah mencari makam seperti yang sudah diarahkan oleh Pak Umar, akhirnya ketemu juga makam dengan nisan bernama Riswan. Makam tampak tak terawat. Perlahan, Sari dan kedua anaknya mencabuti rumput yang tumbuh subur di makam itu."Wak, Sari datang bersama anak-anak mengunjungi Uwak. Semoga Uwak berada di tempat yang terindah dan diterima semua amal ibadah Uwak." Sari berkata dengan perlahan sambil berlinang air mata. Mengingat semua kejadian yang sudah lampau. Dulu saat Sari tinggal di rumah Riswan, Riswan lah yang selalu membela Sari ketika ia dimarah-marahi oleh Yana. Bahkan terkadang ia dibedakan lauknya ketika makan. Secara sembunyi-sembunyi, Riswan akan memberinya lauk yang sama dengan yang lainnya. Riswan juga yang selalu memberi uang jajan lebih mengingat semua itu,
Baca selengkapnya

Luka Batin

"Liqa?" Esti menyambut Liqa dengan senyuman. Liqa tersenyum dan menghambur di pelukan Esti. "Kok kamu nggak bilang-bilang kalau mau kesini. Oh itu Aksa ya?" kata Esti sambil melepaskan pelukannya."Iya Tante." Aksa pun memberi salam pada Esti. "Esti," panggil Sari sambil menampakkan diri dari persembunyiannya.Esti tercekat mendengar suara yang tidak asing di telinganya. "Sari?" Esti seolah tidak percaya melihat siapa yang berdiri di depannya."Kamu nggak mau memelukku?" kata Sari sambil meneteskan air mata.Esti yang masih tampak shock segera memeluk Sari. Mereka berdua pun larut dalam tangisan sambil berpelukan. Liqa dan Aksa hanya mengamati Sari dan Esti, dia sahabat yang saling melepas rindu."Ayo masuk," kata Esti sambil melepaskan pelukannya. Esti pun menggandeng tangan Sari dan mengajaknya masuk."Dek, kayaknya kita dilupakan ya?" celetuk Liqa menyindir Esti dan Sari. Aksa hanya tertawa."Enggak dilupakan, hanya sedikit terabaikan. Ayo masuk," kata Esti sambil tertawa.Merek
Baca selengkapnya

Penyesalan

Ditempat lain, tampak Liqa dan Aksa masuk ke halaman rumah mereka dulu yang sekarang ditempati oleh ayahnya dan istri. Mereka tadi mampir dulu ke mini market untuk membeli makanan yang nantinya akan diberikan untuk ayah mereka."Rumahnya nggak berubah ya, Mbak?" tanya Aksa. "Iya. Tapi dalamnya banyak yang berubah."Aksa hanya manggut-manggut saja. Ia memang sudah lama sekali tidak mengunjungi rumah ini. Ia juga jarang berinteraksi dengan ayahnya dan Rosita. Sehingga tidak pernah berkonflik dengan mereka. Perlahan mereka sudah sampai di depan pintu. Liqa segera mengetuk pintu rumah, belum ada jawaban dari penghuni rumah. Liqa mengetuk lagi sambil mengucapkan salam, masih belum ada jawaban juga.Tak lama kemudian terdengar suara mobil yang masuk ke halaman rumah. Liqa tahu kalau itu mobil ayahnya."Jangan menyebut nama Ibu di depan ayah, ya?" bisik Liqa pada Aksa."Iya, Mbak. Aksa juga tahu."Begitu mobil berhenti, keluarlah Farhan, Rosita dan Melia. Farhan segera menghampiri anak-ana
Baca selengkapnya

Sok Pahlawan

"Kok aku dan Melia nggak dibelikan juga?" tanya Rosita lagi."Kamu kan tadi masak. Makan saja sama Melia.""Oh, gitu ya? Mentang-mentang ada mereka terus melupakan kami.""Sudahlah, Bu. Nggak usah ngajak ribut. Sudah tua, malu!""Siapa yang ngajak ribut, aku kan hanya ngomong saja.""Tadi aku minta kamu untuk menyiapkan minum tidak mau. Menemani kami ngobrol juga tidak. Kamu dan Melia sama saja, watak memang tidak bisa berubah. Kamu tahu kan kalau Liqa dan Aksa pemilik rumah ini, kita hanya menumpang, Bu. Tapi kamu nggak mau melayani mereka dengan baik. Kalau sewaktu-waktu mereka meminta hak atas rumah ini dan mengusir kita, kamu siap kan?" Farhan berbicara panjang lebar. Sejujurnya Farhan sudah lelah dengan sikap Rosita. Tapi untuk bercerai, belum saatnya. Pasti nanti ia dicemooh oleh keluarganya sendiri. Membuang berlian demi kerikil. Karena itu sebisa mungkin Farhan bertahan, jika nanti sudah tidak sanggup, tentu saja ia akan menyerah dan berpisah.Melia tampak keluar dari kamar.
Baca selengkapnya

Membuat Keributan

"Mbak Sari? Kapan pulang?" tanya Farida dengan gelagapan."Apa kabar Farida?" Sari tidak menjawab pertanyaan Farida, tapi malah balik bertanya."Alhamdulillah, baik, Mbak.""Syukurlah." Sari pun duduk bergabung bersama mantan mertuanya."Ayo cicipi makanan ini, enak lho," kata Sari menawarkan makanan yang ada di meja."Terima kasih." Farida pun duduk di dekat orang tuanya. Sedangkan Hendri dari tadi tidak lepas memandang Sari. Ia tidak sadar kalau Liqa dan Aksa memperhatikan tingkah Hendri."Liqa, kalau sudah selesai makan, tolong bikinin minum untuk Tante Farida ya?" pinta Sari."Iya, Bu. Ini juga sudah selesai." Liqa pun beranjak dari duduknya, membawa wadah yang berisi kulit remis karena daging remisnya sudah habis. Aksa mengikuti langkah kaki Liqa.“Mbak, lihat nggak tadi, Om Hendri memandang Ibu sampai tak berkedip,” bisik Aksa di telinga Liqa.“Iya, aku juga melihat tadi. Mereka berdua itu sama saja, licik! Kita harus berhati-hati dengan mereka. Jangan terlalu dekat dengan merek
Baca selengkapnya

Jangan Main-main

Terdengar suara langkah kaki berjalan mendekat. Semua menatap ke arah pintu, dan semuanya terperanjat melihat siapa yang datang. Hanya Farida yang tampak tersenyum penuh kemenangan. Pak Umar tak lepas menatap wajah anak perempuannya itu. Pak Umar sudah menduga kalau kedatangan perempuan itu pasti ulahnya Farida."Eh, Sari kapan kamu datang? Akhirnya kamu pulang juga ya? Kamu tadi menyuruh anak-anakmu untuk memberitahu kalau kamu ada disini ya? Hebat sekali kamu, menggunakan anak-anakmu sebagai tameng supaya Mas Farhan menemuimu." Rosita berkata dengan penuh emosi."Rosita!" teriak Farhan."Kenapa Mas? Masih mengharapkan Sari ya?" ejek Rosita."Aku bahkan tidak tahu kalau ada Sari disini, anak-anak tidak memberitahuku." Farhan membela diri."Farida, semua ini ulahmu kan? Kamu yang memberitahu Rosita kalau ada Sari disini. Apa sih maumu?" Pak Umar benar-benar marah."Pak, nggak usah marah dengan Farida. Justru saya berterima kasih karena saya tahu kalau ada Sari disini. Apa Bapak dan I
Baca selengkapnya

Keributan Besar

"Aku menginap disini, karena menganggap Bapak dan Ibu sebagai orang tuaku. Bukan karena ingin mendapatkan Mas Farhan lagi." Sari berkata dengan pelan."Maaf, Pak, Bu, saya ke kamar dulu. Kalau tetap disini, takutnya saya tidak bisa mengontrol emosi," pamit Sari. Ia pun segera masuk ke kamar. Di kamar sudah ada Liqa dan Aksa, ternyata mereka tadi mendengarkan semua yang diucapkan oleh ibunya.Liqa dan Aksa segera memeluk Sari, mereka bertiga saling menguatkan sambil menangis. "Bu, sesudah ini, tidak ada lagi yang bisa menghina dan mengejek kita. Aksa akan selalu melindungi Ibu dan Mbak Liqa. Kita bertiga akan selalu bersama dalam suka dan duka. Insyaallah," kata Aksa.Bu Tari yang melihat semua ini, menangis sedih. Air matanya tidak berhenti mengalir. Ia tadi mengikuti Sari sampai ke kamar, ia ingin memberikan dukungan moril pada Sari."Maafkan Nenek ya? Nenek tidak bisa mendidik Ayah kalian dengan baik. Yang dilakukannya hanya membuat kalian sengsara," kata Bu Tari ketika mendekati m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status