All Chapters of Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku: Chapter 121 - Chapter 130

142 Chapters

Tanyakan Pada Hatimu!

Tinggal beberapa hari lagi Keenan akan diwisuda, dan Liqa belum menjawab permintaan Keenan. Liqa bingung, sebenarnya ia ingin datang di acara wisuda itu. Tapi ia takut ibunya tidak akan menyetujuinya.Liqa menjadi gelisah, pikirannya sangat kacau. Ia hanya berbaring di tempat tidur dan memainkan ponselnya. "Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak berani meminta izin pada Ibu," kata Liqa dalam hati.Akhirnya Liqa memberanikan diri untuk berbicara dengan ibunya."Bu, Liqa mau bicara dengan Ibu," kata Liqa ketika melihat ibunya sedang bermain ponsel di depan televisi. Sari segera meletakkan ponselnya."Oh, boleh. Apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Sari."Maaf Bu, kalau yang Liqa sampaikan ini tidak berkenan di hati Ibu." Liqa menarik nafas panjang."Tiga hari lagi, Mas Keenan mau wisuda. Dia meminta Liqa untuk menjadi pendampingnya. Kalau Ibu mengizinkan, Liqa akan berangkat. Tapi kalau Ibu tidak mengizinkan, Liqa nggak akan pergi." Liqa bernafas lega karena sudah mengeluarkan isi hatin
Read more

Hanya Singgah

Ponsel Liqa berdenting, menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Dengan perlahan ia membuka pesan itu, ternyata bukan dari Keenan. Liqa merasa kecewa, apalagi ketika membaca isi pesan itu.[Liqa, kamu nggak usah ganjen mendekati Naren. Kamu itu tidak pantas bersanding dengan Naren. Orang tua Naren nggak bakal menyetujui hubunganmu dengan Naren. Jangan bikin malu Tante!] Sebuah pesan dari Farida.[Nggak usah ikut campur urusan Liqa, Tante. Liqa nggak peduli apa pendapat Tante!] Setelah mengirim balasan, Liqa pun memblokir nomor Farida. Kemudian ia beralih pada pesan yang ia kirim untuk Keenan tadi. Ternyata centang satu.Liqa meneteskan air mata karena kesal dan sedih. Kesal dengan Farida dan sedih karena tidak ada kabar dari Keenan. Mau bertanya pada Salsa, ia merasa malu. “Kenapa ponsel Mas Keenan tidak aktif? Apakah ia menghindariku? Apa salahku?” Liqa menangis sesenggukan. Ia langsung berpikiran negatif tentang Keenan. “Aku nggak boleh terlalu berharap pada Mas Keenan. Anggap saj
Read more

Cemburu

“Liqa, ada yang nyariin,” kata Sari ketika membuka pintu kamar Liqa.“Siapa, Bu?” Sari belum sempat menjawab, karena ia langsung keluar kamar lagi.“Siapa sih malam-malam gini nyariin aku,” kata Liqa sambil melihat jam yang ada di ponsel menunjukkan angka tujuh.Liqa beranjak dari kasurnya, bercermin sebentar dan kemudian keluar menemui orang yang mencarinya. Seketika jantung berdebar-debar melihat siapa yang datang.“Mas Keenan?” Seakan Liqa tidak percaya dengan sosok yang ada di depannya. Karena tadi siang, Keenan tampak mengabaikannya. Keenan tersenyum melihat Liqa yang duduk di sampingnya.“Apa kabar, Liqa?” sapa Keenan.“Alhamdulillah, kabar baik. Tumben Mas kesini malam-malam.”“Kangen.” Keenan menjawab sambil menatap Liqa, membuat wajah Liqa bersemu merah. Keenan tertawa melihat wajah Liqa yang tersipu malu.“Bisa kita bicara diluar? Maksudku aku mau mengajakmu keluar.” “Memangnya ada apa? Apakah penting?” tanya Liqa dengan heran, tapi jantungnya masih berdebar-debar.“Penge
Read more

Memantapkan Hati

“Kalau aku boleh tahu, siapa perempuan yang bersama Mas tadi.” Gantian Liqa yang bertanya pada Keenan.“Kalau melihat gestur tubuhnya, sepertinya dia ada rasa dengan Mas,” lanjut Liqa.“Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?” tanya Keenan.“Ya, tau aja! Keliatan kok.” Liqa bingung menjelaskannya.Keenan menghela nafasnya.“Memang Dian pernah berkata kalau ia menyukaiku. Pernah juga beberapa kali ribut dengan Clara karena masalah sepele. Setelah tahu aku putus dengan Clara, ia aktif mendekatiku lagi.” Keenan berkata dengan perlahan.“Terus Mas menanggapi?” “Enggaklah. Aku kan sudah punya kamu.”Ucapan Keenan membuat Liqa tersipu malu.“Tapi Dian itu cantik lho,” kata Liqa.“Cantik itu hanya fisik saja. Yang terpenting adalah seseorang yang membuat aku merasa nyaman. Dan itu aku rasakan ketika bersamamu.”Keenan berhenti sejenak, kemudian menatap Liqa dan melanjutkan berbicara.“Apa yang pernah aku katakan padamu, masih berlaku sampai sekarang. Aku memintamu mendampingi wisudaku dan aku
Read more

Untuk Masa Depan

"Liqa!" Seseorang memanggil Liqa, Liqa menoleh dan dia sangat terkejut melihat siapa yang datang dan menghampiri mereka. Ternyata Salsa dan Sari yang baru saja datang."Salsa, Ibu?" Liqa serasa tidak percaya dengan penglihatannya. "Aku yang meminta Salsa untuk menjemput Ibu," kata Keenan menjawab rasa penasaran Liqa."Kok Ibu nggak bilang kalau mau kesini," sahut Liqa."Ibu nggak tahu. Begitu kamu berangkat, Salsa langsung datang. Sampai-sampai ia menunggu Ibu beres-beres rumah bahkan membantu Ibu. Nggak sempat lagi mau ngabarin kamu." Sari membela diri.Keenan memperkenalkan Sari pada orang tuanya. Setelah berbasa-basi, mereka pun duduk di meja yang sudah dipesan oleh Keenan. Rumah makan itu tampak ramai. Banyak orang yang datang bersama keluarganya, sepertinya mereka juga selesai wisuda dan makanan bersama keluarga.Makanan pesanan Keenan sudah mulai datang. Mereka menyantap makanan sambil berbincang penuh kekeluargaan."Apa rencana Mas Keenan setelah wisuda?" tanya Salsa."Oh, aku
Read more

Kedatangan Farhan

Ceklek! Liqa membuka pintu, ia sangat terkejut melihat siapa yang datang."A-ayah." Suara Liqa terdengar sangat gugup. "Iya, Liqa. Ini Ayah." Farhan tersenyum."Mbak, kami nggak boleh masuk, ya?" tanya Aksa yang datang bersama dengan ayahnya."Eh, iya." Liqa menyadari kalau ia berdiri di pintu membuat orang lain tidak bisa masuk ke dalam rumah. Ia pun mempersilahkan ayah dan adiknya masuk."Siapa yang datang, Liqa?" Terdengar suara Sari bertanya pada Liqa.Farhan tampak bahagia mendengar suara yang selama ini ia rindukan."Mas Farhan," gumam Sari yang muncul di ruang tamu. Jantungnya berdetak dengan kencang melihat sosok yang pernah membuatnya bahagia dan membuat luka dihatinya."Iya," sahut Farhan dengan suara bergetar."Aksa, kapan kalian sampai disini?" tanya Sari untuk mengatasi kegugupannya. Sari tentu saja sangat terkejut dengan kedatangan mantan suaminya. Ia sudah lama tidak bertemu dengan Farhan, setelah Farhan keluar dari rumah sakit itu. Bahkan ketika ia dan Liqa bersama,
Read more

Memang Takdir

"Eh, Mas, sudah bangun? Mau aku buatkan kopi?" tanya Sari, ia tampak gugup hanya berdua saja dengan Farhan."Boleh."Sari pun segera membuatkan kopi untuk Farhan. Ia masih ingat kopi kesukaan mantan suaminya itu."Ini Mas, kopinya." Sari meletakkan kopi di meja kecil."Iya, terima kasih." Farhan tersenyum."Sini temani aku ngobrol," ajak Farhan. Mau tidak mau, Sari pun duduk."Aku belum mengucapkan terima kasih padamu, karena kamu mau membantu merawatku di rumah sakit. Sampai kapanpun aku akan mengingat kebaikanmu.""Aku melakukannya karena Mas adalah ayah dari Liqa dan Aksa," kilah Sari."Iya, aku tahu. Karena itu aku mengucapkan terima kasih. Semoga kamu selalu sehat dan bahagia.""Sama-sama, semoga Mas juga selalu sehat.""Kalau boleh tahu, apa kegiatanmu sekarang?" tanya Farhan."Santai Mas, kadang-kadang bikin video memasak. Terus diupload di medsos.""Oiya, aku lihat di YouTube sudah punya banyak subscriber ya?""Alhamdulillah. Semua konten yang aku bikin hanya untuk berbagi pen
Read more

Tamu Tak Diundang

“Kamu mencari siapa?” tanya Keenan ketika Liqa melihat ke sekeliling rumah setelah membuka pintu.“Tadi ada orang yang kesini, aku dan Ibu sengaja tidak membukakan pintu. Ayo masuk,” ajak Liqa.“Siapa yang kesini?” Keenan menjadi penasaran. Ia segera duduk untuk mendengarkan penjelasan Liqa.“Om Hendri.”“Om Hendri siapa?” Keenan mengernyitkan dahinya.“Suaminya Tante Farida, adik Ayah.”“Oh, sama siapa dia kesini?” Keenan semakin penasaran.“Kayaknya tadi sendirian, aku dan Ibu mengintip dari kamar Aksa.”“Kenapa nggak dibukain pintu?” tanya Keenan dengan heran.“Mas, aku dan Ibu tidak suka dengan Om Hendri dan Tante Farida. Mereka berdua sama saja, suka mengejek dan menghina Liqa dan Ibu. Mentang-mentang mereka kata, seenaknya saja menghina orang. Lagipula ngapain ia kesini?” Liqa berkata dengan kesal, wajahnya tampak cemberut. Keenan hanya tersenyum melihat ekspresi Liqa.“Mungkin ingin bersilaturahmi.” Keenan berusaha menenangkan Liqa.“Nggak mungkin, pasti ada maksud lain. Aku ta
Read more

Sok Perhatian

“Maksud Om apa?” tanya Liqa dengan kesal.“Kalian hanya berdua disini, apa tidak menimbulkan kecurigaan warga…” Belum sempat Hendri melanjutkan ucapannya, Liqa sudah memotong.“Om, kami berdua tidak melakukan apa-apa. Kalau Om lihat, disini ada buku-buku kuliahku. Lagipula pintu depan terbuka lebar. Warga disini gak kepo, mereka juga sudah paham kalau di rumah ini ada Liqa dan Ibu. Om saja yang berpikiran negatif tentang Liqa.” Liqa berkata dengan berapi-api. Keenan menatap Liqa dan sedikit menggelengkan kepala, memberi isyarat supaya Liqa tidak melanjutkan berbicara.“Nggak usah marah-marah, Om hanya memberitahu saja. Itu tandanya Om masih perhatian sama kamu. Supaya kamu tidak salah jalan, kamu itu harus menyelesaikan kuliah.” Suara Hendri terdengar tenang.“Maaf, Om. Hubungan saya dengan Liqa tidak seperti yang Om pikirkan. Hubungan kami sehat.” Keenan angkat bicara.“Apakah ayahnya Liqa tahu hubungan kalian?” tanya Hendri.“Tahu kok, Om.” Liqa menjawab pertanyaan yang ditujukan pa
Read more

Syukuran

"Mas, Ayah ada disini," kata Liqa memberi tahu Keenan. Mereka bertemu di kampus, karena Keenan memang sengaja mau menjemput Liqa. Kemarin waktu Keenan ke rumah, Liqa memang tidak bercerita tentang ayahnya, takut menyinggung perasaan ibunya."O ya? Dengan siapa kesini nya? Kok kemarin nggak cerita?" "Aksa, mereka tadi malam menginap di hotel. Kemarin kan ada Om Hendri, lagipula nggak enak mau cerita, soalnya ada Ibu. Takutnya Ibu mendengar dan tersinggung.”"Iya juga, ya? Bagus itu, setidaknya Ayah berusaha untuk menjaga perasaan Ibu. Terus kesini mau ngapain? Atau hanya ingin bertemu dengan Ibu?""Hari ini Melia wisuda." Keenan hanya mengangguk-angguk saja. Liqa pernah bercerita dengan Keenan masalah Melia."Bagaimana sikap Ibu ketika bertemu dengan Ayah? Pasti canggung ya?" tanya Keenan."Awalnya sih, iya. Tapi aku salut dengan Ibu, Ibu pandai menyembunyikan rasa sakit yang pernah dialaminya. Ibu tampak terlihat enjoy ketika ngobrol dengan Ayah.""Mereka sudah sangat dewasa dalam b
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status