All Chapters of Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO: Chapter 271 - Chapter 280

362 Chapters

Bab 271 Tamu Tak Diundang

“Apa maksudmu sulit? Yang harus kalian lakukan adalah menyenggolnya! Apa sesulit itu?” Elsie marah-marah pada orang yang ada di ujung sambungan telepon.“Begini Nona, perempuan itu, dia selalu dalam penjagaan. Dia tidak pernah sendiri. Dan lagi m, dia sedang berada di kamar VIP, jauh dari ruangan pasien lainnya. Sangat sulit bagi kami mendekatinya!”“Haaahh! Tidak becus!” Elsie mengakhiri pembicaraan itu dengan kesal, dan melemparkan telepon genggam itu kepada Rico yang duduk di sebelahnya.“Sabar Babe, beri waktu mereka untuk bekerja,” Rico menenangkan Elsie.Dia memegang bahu Elsie, dan kembali berkata. “Mungkin nanti setelah Kanaya pulang dari rumah sakit, kita akan lebih banyak punya kesempatan. Kamu tahu sendiri kan kalau dia ditempatkan di ruangan yang terpisah dan sulit dijangkau.”“Aaaarrrggghh!” Bukannya tambah tenang, Elsie justru semakin geram mendengarnya. Ia melempar bantalan sofa karena begitu kesal.Bastian memberitahunya jika Kanaya mengalami pendarahan, sehingga harus
Read more

Bab 272 Datang Untuk Membantumu

Kanaya menatap Rizal yang tersenyum sembari berjalan menghampirinya. Kanaya tahu Rizal bukanlah seorang dokter. Lalu mengapa dia datang degan berpenampilan sebagai seorang dokter?Tidak salah lagi! Dia pasti sedang menyamar. Tetapi untuk apa? Menemui dirinya?“Mau apa kamu di sini?” Kanaya bertanya dengan tatapan curiga. Ia melirik ke arah pintu, berharap ada orang lain di sana. Sifa atau mungkin juga perawat yang datang untuk mengecek keadaannya.Namun sayangnya, ia tidak melihat siapa pun, artinya ia hanya berdua saja dengan Rizal di ruangan itu.“Aku hanya ingin melihat keadaanmu.” Rizal berhenti melangkah dalam jarak yang cukup wajar. Ia tersenyum dan lanjut berkata, “Aku dengar kamu sedang dirawat di sini. Itu sebabnya aku datang untuk melihat keadaanmu. Apa anakmu baik-baik saja?”Rizal menunjuk perut Kanaya dengan matanya.Kanaya menatap Rizal tidak berkedip, memperhatikannya dengan seksama.“Tidak perlu berbasa-basi. Katakan saja untuk apa kamu datang kesini,” ucap Kanaya. Ia
Read more

Bab 273 Menengok Kanaya

“Non, ini dimakan buahnya.” Sifa menyodorkan piring kecil berisi potongan buah apel kepada Kanaya.Kanaya menoleh saat merasakan sentuhan tangan Sifa di pundaknya, lalu pandangan matanya turun je tangan Sifa yang memegang garpu dengan potingan apel di ujungnya. Kanaya pun membuka mulutnya, membiarkan Sifa menyuapinya.Sejak di rawat di rumah sakit, Sifa sering kali menyuapinya makanan, walaupun ia udah mengatakan bisa memakannya sendiri.“Bengong terus dari tadi, Non. Mikirin Bapak ya?” tanya Sifa dengan nada menggoda.Kanaya tersenyum dan menggeleng. Ia kembali membuka mulut untuk menyantap apel yang disodorkan Sifa. “Tenang Non, nanti kalau sudah selesai kerjaannya, Bapak pasti datang.” Sifa terus bicara sementara Kanaya menyantap seyiap potong buah apel yanv ia sodorkan.Kenyataannya, bukan Bastian yang sedang ia pikirkan. Tetapi apa yang Rizal katakan padanya.Meskipun ia berusaha untuk tidak memikirkannya, namun harus diakuinya jika keinginan untuk memeluk dan menggendong anakny
Read more

Bab 274 Sup Untuk Kanaya

“Maaf Bu Elsie, sebaiknya Anda—”“Tidak apa, Emran.” Kanaya memotong ucapan Emran, memberinya tatapan pengertian.Kanaya tidak ingin Emran mempertaruhkan pekerjaannya dengan keberaniannya menyinggung dan menentang Elsie untuk dirinya.Kanaya tidak tahu jika Emran adalah seorang bodyguard yang ditugaskan untuk melindunginya. Yang ia ketahui, Emran adalah seorang supir pribadi yang ditugaskan Bastian untuk ikut menjaganya saat Sifa tidak ditempat untuk menemaninya.Emran tidak lagi bicara. Namun ia tetap berdiri di tempatnya.“Kanaya, terima kasih. Tetapi sepertinya Emran kuatir aku melakukan sesuatu yang tidak seharusnya,” sindir Elsie sambil ia menoleh ke arah Emran, lalu Kanaya. Secara tidak langsung memaksa Kanaya untuk melakukan sesuatu.Kanaya mengerti maksud perkataan Elsie. Jika ia tidak menyuruh Emran keluar, Emran akan terkena getahnya dan dirinya pun akan dianggap telah kurang ajar karena terang-terangan mencurigai hendak berbuat sesuatu yang buruk. “Tidak apa, kamu bisa men
Read more

Bab 275 Ide Gila

Kanaya, Elsie, dan Sifa terkejut melihat Bastian melangkah masuk ke ruang perawatan tempat mereka berada. Bastian memutar pandangannya ke semua yang ada di sana, dan ia berhenti menatap Elsie. Dengan tatapan penuh selidik ia bertanya, “Elsie, apa yang kamu lakukan di sini?” Melihat Bastian ada di sana, tatapan mata Elsie meredup. Ia memegang lengan Bastian, merajuk dengan nada lembut. “Aku ke sini untuk menengok Kanaya. Mendengar dia mengalami pendarahan, aku sangat kuatir. Aku harap kedatanganku bisa menyemangatinya.” Bastian menaikkan alisnya, mempertanyakan kebenaran jawaban Elsie itu. “Kamu baik sekali Elsie, tetapi kenapa kamu membentak Sifa? Kamu harus ingat, ini di rumah sakit, dan Kanaya butuh ketenangan.” Kanaya butuh ketenangan? Apanitubyang selalu dipikirkan Bastian? Kanaya, Kanaya, dan Kanaya! umpat Elsie dalam hati. Elsie merasa sangat dongkol dengan perhatian Bastian yang begitu besar kepada Kanaya, akan tetapi ia berusaha menutupi perasaannya. “Aku tidak bermaksud
Read more

Bab 276 Menolak

“Bas,” Elsie memanggil Bastian untuk mengalihkan perhatian pria itu kembali kepadanya. “Jadi, bagaimana menurutmu, Bas? Apa kamu setuju dengan usulanku?” tanya Elsie dengan tatapan penuh harap. Bastian menarik nafas dan kembali bertanya sembari menatap Elsie. “Elsie, kamu serius ingin Kanaya tinggal bersama kita?”Elsie menghela nafas, terlihat sedikit kesal karena Bastian masih menanyakan hal itu.Ia lalu mengangguk dengan meyakinkan. “Ya, tentu aku serius!”Elsie mempererat pegangan tangannya pada Bastian dan ia berkata. “Aku melakukan ini demi anak kita. Aku ingin memastikan anak kita baik-baik saja!”Bastian menatap Elsie cukup lama sebelum ia berkata pelan, “Aku tidak masalah dengan ini jika Kanaya setuju.” Ia kemudian menatap Kanaya, menunggu reaksinya. Elsie pun ikut menoleh, juga menanti jawaban Kanaya.Kanaya yang sejak beberapa menit yang lalu diam tidak merespon, menatap balik keduanya dengan rasa canggung, cemburu dan rasa yang bercampur aduk. Reputasi Bastian sebagai
Read more

Bab 277 Sup Mencurigakan

Ting! Sebuah pesan singkat masuk saat Kanaya barus saja selesai mandi. Keningnya berkerut melihat sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. Dari layar telepon genggamnya ia bisa membaca isi pesan itu. “Jangan makan apa pun pemberiannya, kalau ingin anakmu baik-baik saja!”Kanaya semakin mengerutkan keningnya. Walaupun heran, tetapi Kanaya merasa pesan itu bukan sembarang pesan salah kirim. Ia merasa pesan itu memang ditujukan untuknya. Sebab orang itu-siapa pun dia, mengingatkan sesuatu yang jika ia makannya akan berpengaruh pada anak dalam kandungannya.Jadi orang itu pasti mengenalnya. Dia mengetahui jika ia tengah mengandung. Tetapi siapa dia? Dan mengapa tiba-tiba dia mengungkit masalah makanan yang diberikan orang lain?Mengingat makanan, Kanaya teringat Elsie. Hanya Elsie dan Sifa yang membawakannya makanan hari ini. Dan ia tidak mungkin mencurigai Sifa, jadi…Tetapi apa iya Elsie benar-benar menaruh sesuatu di makanan yang dia berikan tadi? Bukankah dia tadi mencicipinya dan ti
Read more

Bab 278 Gaun Tidur Merah

Melihat Elsie datang, Bastian tersenyum padanya dan ia menggeleng menjawab pertanyaan Elsie.Ia lalu kembali berbicara dengan Kanaya melalui sambungan telepon. “Aku telpon lagi besok ya. Beristirahatlah,” ucap Bastian dengan lembut, terpaksa mengakhiri percakapannya.“Okay,” jawab Kanaya pendek sebelum percakapan itu benar-benar berakhir.Elsie berjalan mendekat. “Aku bawakan kopi, Bas.” Ia menaruh cangkir kopi itu di atas meja kerja Bastian.“Terima kasih Els. Belum tidur?” Bastian memperhatikan Elsie yang berdiri di dekatnya mengenakan jubah gaun tidur berwarna merah. Ia baru kali itu melihat jubah tidur itu.“Belum. Aku menunggu kamu,” jawab Elsie dengan surmara merajuk manja.“Masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, Els. Kamu tidurlah lebih dahulu,” ucap Bastian dengan datar.“Apa kamu baru saja menelepon Kanaya?” Elsie bertanya dengan memaksa sebuah senyuman.Meski Bastian tidak menyebut nama Kanaya, tetapi dengan mendengar cara Bastian berbicara, ia bisa menebak dengan
Read more

Bab 279 Zat Berbahaya

Dalam hati Elsie bersorak. Bastian sudah jelas masuk dalam genggamannya! “Tentu sayang!” balas Elsie sambil tersenyum menggoda. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Ia menggandeng Bastian, dan memandunya berjalan menuju kamar mereka. Bastian mengikuti langkah Elsie dan menutup pintu di belakangnya saat mereka telah memasuki kamar. Elsie berjalan mundur sambil menggandeng Bastian, memberikan suaminya itu lirikan penuh godaan. Obat itu bereaksi sesuai dengan keinginannya! Batin Elsie saat melihat ekspresi wajah Bastian yang tampak penuh hasrat. Tidak sia-sia ia memberi kopi Bastian itu dengan tetesan obat pemacu gairah. Bastia menyeringai. Ia tersenyum miring dan mendorong tubuh Elsie ke atas ranjang. “Duduklah Els, aku ambilkan kamu minum, lebih dahulu.” Ia lalu berjalan menuju kulkas kecil, mengambil sebuah kotak jus. Sambil melirik dan tersenyum playful ia menuang jus itu ke dalam sebuah gelas sebelum membawanya dan memberikannya kepada Elsie. “Minumlah dulu.” Elsie tersenyum
Read more

Bab 280 Berakhir Di sini

Di kamar berpendingin ruangan, Elsie tidur di balik selimut berbahan halus dan lembut.Kamar yang di disain dengan mewah itu terlihat begitu tenang dan sunyi. Begitu tenangnya, sampai suara jarum yang jatuh akan terdengar nyaring.Perlahan kedua kelopak mata Elsie bergerak, sebelum akhirnya terbuka.Kernyitan di dahinya seketika tampak.Bukan karena silaunya cahaya yang masuk, akan tetapi karena kepala Elsie yang terasa begitu pening dan berat.Elsie mengangkat tangannya dan memegang pelipisnya. Ia mengerang pelan, mengeluh terhadap apa yang ia rasakan. “Aarrrgghh…. sial…. kenapa pusing sekali…?”Apa yang terjadi? Kenapa kepalanya terasa begitu berat?Memicingkan matanya, ia mengenali kamar itu. Tidak ada yang aneh. Kamar itu adalah kamar yang sudah ditempatinya bersama Bastian dalam hampir empat tahun pernikahan mereka.Samar matanya mulai beradaptasi dalam ruangan yang nyaris gelap itu. Saat itulah ia melihat sosok yang terasa familiar tengah duduk di sofa yang tidak jauh darinya.
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
37
DMCA.com Protection Status