All Chapters of Penyamaran Bos Miliarder: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Bab 21

Sertifikat PernikahanEmma cepat tersadar dari lamunannya dan memberi tahu Gilang bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Aria, terutama karena haknya sebagai pewaris properti kakeknya telah diambil darinya.Ben masih terkejut dan walaupun dia sedikit memercayai Gilang, dia berharap Gilang benar-benar bisa membantunya.“Ayo,” Gilang berbalik ke arah Aria dan menyadari sebulir air mata di pipi Aria.Aria terdiam selama beberapa saat seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu, dia pelan-pelan menoleh padanya, tatapannya sangat dingin. “Pergi ke mana? Kamu pasti sudah gila!” bentaknya, meraih tasnya, dan melangkah pergi dari ruangan itu dengan marah.Gilang bergegas menyusulnya. “Hei, Aria!” panggilnya, lalu berhenti ketika Aria berhenti di depan mobil Gilang dan mengamatinya dengan lekat-lekat.“Ini mobilmu?” tanyanya kebingungan.Gilang tersenyum dan berjalan mendekatinya. “Iya, ini punyaku. Mau aku antar?”Aria mendengus. “Dengan barang ini? Yang terlihat seperti diambil dari
Read more

Bab 22

ReuniGilang memutuskan untuk tetap tenang sebisa mungkin. Itu pasti akan menjadi malam yang panjang dan dia tidak ingin membuat Aria makin sedih malam itu.“Yah, aku tidak bekerja di perusahaannya Aria. Bisakah kita masuk ke dalam? Apakah reuninya hanya seperti ini?” tanyanya dengan lembut.Pamungkas berdeham dan menyenggol tangan Cindy. “Ayo masuk. Kevin sudah tiba. Kita sedang menunggunya.” Dia menoleh ke belakang Gilang. “Hai, Kevin!”Gilang berbalik untuk melihat Kevin. Kevin adalah mahasiswa yang memiliki ketenaran dan ketampanan ketika mereka masih kuliah.“Halo, teman-teman!” sapa Kevin sambil tersenyum, lalu dia menatap Gilang. “Aku tidak tahu kamu akan hadir.”Dulu, Gilang pernah meminta tolong padanya ketika dia masih kuliah, tapi Kevin malah mempermalukannya di depan teman-temannya dan Gilang menjadi pembicaraan orang-orang seperti biasa.Gilang mengangguk. “Senang bertemu denganmu.”“Yah!” Pamungkas menepukkan tangannya. “Ayo masuk. Yang lainnya sudah masuk.”Mere
Read more

Bab 23

Garuda DibutuhkanGilang merasakan amarah mengambil alih dirinya seraya dia keluar dari lajur awalnya ke arah Aria.Tangan pria itu berada di pinggangnya ketika dia mendekat.“Hei! Apa yang kamu lakukan?” teriak Gilang pada pria itu. Ketika dia melakukannya, tiga orang muncul dari kursi-kursi di belakangnya dan berdiri dengan kokoh di belakangnya.“Ada masalah, Nak?”Gilang merasa jengkel. “Aku bukan anak-anak. Wanita yang sedang kamu pegang adalah istriku dan aku peringatkan kamu untuk melepaskannya sekarang juga atau kamu akan menghadapi konsekuensinya!” serunya.Pria yang menyentuh Aria terkekeh-kekeh dan orang-orang itu menghampiri Gilang dan menarik bahunya ke arah pintu.Gilang tahu mereka membawanya keluar untuk menghabisinya. Dia juga setuju karena dia tidak ingin berkelahi di dalam bar. Dia lebih memilih untuk menghabisi mereka di luar.Mereka bergerak begitu cepat seolah-olah tidak bisa menunggu lebih lama. Mereka melemparnya ke lantai tepat ketika mereka sudah keluar
Read more

Bab 24

Perkenalan Menantu Lainnya“Tidak bisa bayar? Terlalu banyak?” omel Cindy. “Aku yakin kamu tidak punya lebih dari 7,5 juta rupiah di rekeningmu,” ejeknya lagi.“Aku yakin begitu. Aku jamin dia sedang menyesali keputusannya sekarang,” kata Caca dari belakangnya.Gilang membalikkan badannya untuk menatap Caca sesaat dan melihat bahwa Kevin juga datang dan sedang berbicara dengan Pamungkas. Dia menoleh pada Cindy lagi dan mendapati senyuman licik dari bibirnya.Cindy pasti dengan sengaja memanggil mereka semua supaya mereka bisa menyaksikannya dipermalukan dan dia yakin mereka memesan makanan yang tidak bisa mereka makan. Perilaku seperti ini sering dilakukan oleh Cindy.“Hai, tidak mau bayar?” kata Pamungkas lagi.“Aku bisa membayarnya kalau kamu mau. Aku tidak pelit,” ejek Kevin. Dia tidak pelit, tapi dia menolak membantu Gilang ketika dia membutuhkannya. Orang-orang ini hanya menaruh garam pada lukanya.“Ini,” Gilang menyodorkan kartunya.Cindy mengambilnya dan menatap kartu hi
Read more

Bab 25

AncamanDengan marah, Gilang melangkah memasuki kamar Aria. Dia sedang tertidur ketika dia masuk ke dalam. Dia berhenti melangkah untuk memandangi dirinya terutama karena dia sedang mengenakan baju tidur transparan. Dia terlihat sangat cantik dan sempurna dari segala sisi.Dia meletakkan tasnya di pojok ruangan karena dia tidak ingin mengacak-acak barang Aria ketika dia sedang tidur, tahu betul jika dia terbangun dia akan membuat keributan.Dia masuk ke dalam selimut di sampingnya. Dia menggumamkan sesuatu yang tidak bisa dia dengar dan berbalik memunggunginya.Gilang menutup matanya seraya kejadian-kejadian hari itu terulang kembali di benaknya.Dia mendengar sebuah teriakan dan Gilang merasakan sesuatu yang keras mendorongnya dari kasur sampai badannya terjatuh dengan sakit ke lantai. Dia tahu penyebab keributan itu bahkan sebelum dia membalikkan badannya.“Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu ada di kasurku?” teriaknya.Gilang mengerang dan mengusap-usap belakang kepalanya. Sel
Read more

Bab 26

Memberi Sekretaris Sebuah Pelajaran“Terima kasih!” ucap Gilang pada penelepon itu dan mematikan teleponnya.Dia mulai lelah menerima telepon. Dia bangkit untuk makan siang. Sudah waktunya makan siang, tapi dia terus menerima telepon dari pelanggan.Satu-satunya alasan kenapa dia memikirkan ulang keputusannya untuk menyuruh Alfa untuk memindahkannya ke departemen lain adalah karena Alfa memberikannya ruangan kerja, jadi dia mendapatkan privasi.Dia memasuki kantin dan memesan burger dan kopi. Dia beranjak duduk untuk makan, lalu mengingat bahwa dia meninggalkan ponselnya di ruangannya.Dia belum melihat Jihan lagi sejak pagi itu dan bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan. Namun, dia tahu pasti Alfa akan menanganinya dengan baik.Dalam hitungan menit, dia telah selesai makan dan memutuskan untuk bergegas kembali ke ruangannya. Ketika dia memasuki lobi, dia melihat Cindy.Dia baru saja keluar dari ruangan manajer. Dia berhenti untuk menatap Gilang, terkejut. Gilang juga meliha
Read more

Bab 27

KehormatanGilang tersenyum dengan lembut. “Aku memerlukan beberapa setelan jas. Aku mau yang berkualitas tinggi.”Pramuniaga itu tersenyum dengan menawan. “Kami memiliki setelan jas berkualitas tinggi di sini. Berapa banyak anggaran Anda supaya bisa saya pilihkan untuk Anda?” tanyanya dengan sopan.“Pilihkan yang mana saja. Pastikan kamu memilih yang kualitasnya tinggi dan terbuat dari bahan yang mahal.”Mata pramuniaga itu berbinar-binar semangat. “Berapa banyak yang harus saya pilih?”Gilang memikirkannya. “Berapa banyak setelan jas yang aku perlukan supaya kamu mendapatkan komisi yang besar dari bosmu? Maksudku, komisi yang besar seperti 15 miliar rupiah.”Pramuniaga itu terkejut selama beberapa saat. “Untuk setelan jas, itu mudah. Mari saya antar.”Gilang mengangguk. “Baiklah.”Mereka berjalan melalui barisan baju-baju dan pramuniaga itu berhenti di depan beberapa setelan jas. “Ini adalah setelan jas yang santai. Kami juga memiliki tuksedo. Harganya mulai dari 150 juta rup
Read more

Bab 28

Pelelangan“Kumohon,” lanjut manajer itu dengan muram. “Anda harus menerima kartu ini atau saya akan kehilangan kartu saya,” pintanya dengan pelan.Gilang menghela nafas dan menghampirinya. “Baiklah, berikan padaku,” katanya sambil tersenyum.Manajer itu menyerahkan kartunya dan ketika Gilang menerimanya, dia tersenyum juga. “Terima kasih banyak, Tuan, terima kasih. Saya sangat menghargainya!” Dia menyerukan kebahagiaannya.Gilang mengangguk-angguk. “Aku akan melakukannya. “Seseorang dari Alfa akan datang untuk mencariku, antar dia kemari ketika dia sudah sampai.”Manajer itu mengangguk. “Saya akan melakukannya. Apakah ada lagi yang Anda perlukan?”“Iya,” Gilang mengangguk dan beranjak duduk. “Aku kelaparan. Jadi, bawakan aku makanan yang enak. Lalu, apakah kamu bisa mengambilkan sesuatu dari mobilku?”Manajer itu tertawa. “Tuan Gilang, Anda bisa mengirim saya ke mana pun dan saya akan pergi dengan senang hati. Jika bukan karena Anda, saya pasti sudah dipecat.”Gilang melihat b
Read more

Bab 29

Pertemuan dengan Bawahan GioPelelangan itu berakhir setelah penawaran terakhir, tapi Gilang tetap di sana bersama dengan Ratih. Gilang tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi karena dia ingin berbicara dengannya, dia memutuskan untuk tidak pergi dulu.Gilang menoleh pada Surya. “Apakah kamu bisa menyuruh Alfa membayarkan perhiasan itu? Aku sedang tidak memegang uang sebanyak itu sekarang.”Surya tersenyum. “Baiklah,” katanya dan melangkah pergi dari aula.Gilang menoleh lagi pada Ratih, tepat ketika dia berdiri. Dia beranjak ke arah pintu.“Nona Ratih,” panggilnya dengan cepat. “Bisakah kamu meluangkan beberapa menit?” katanya dengan sopan dan berdiri juga.Ratih balik menatapnya dengan tatapan dingin. “Ada urusan apa denganku, Tuan Gilang?” Dia masih marah dan wajahnyalah buktinya.Gilang tersenyum dan berjalan beberapa meter lebih dekat dengannya. “Kamu terlihat cantik ketika marah,” godanya. Dia melakukan kebalikan dari apa yang Gilang katakan padanya untuk jangan pern
Read more

Bab 30

Pencapaian TersembunyiSebenarnya mengejutkan bahwa Cantika mengenal Marco. Yah, semua orang mengenal Gio, tapi tidak semua orang mengetahui tetua di kelompok mafia.Cantika turun dari mobil. “Ada apa ini?”Gilang turun dari mobil juga dan menatap orang-orang itu selama beberapa saat. Mereka tidak lebih dari apa yang bisa ditangani oleh Gilang dalam waktu yang terbatas.“Apakah ada masalah?” tanya Cantika pada mereka.Salah satu dari mereka melangkah maju dengan ekspresi yang tebal. “Marco telah meninggal…” katanya. “dan aku akan membalaskan dendamnya.”“Apa-apaan, Max? Kami bahkan tidak terlibat dengan kematiannya,” kata Cantika.Max mendengus. “Semua orang akan membayar karena telah membunuhnya. Lalu, pelakunya ada di sini.” Dia menatap Gilang seolah dia mengenalnya dari suatu tempat.“Kumohon, aku tidak mengenalmu dan aku tidak ingin mengenalmu. Bisakah kamu minggir saja?” teriak Aria pada mereka dengan marah.Max tertawa. “Serius? Dia merasa jengkel, tangkap dia!” perintah
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status