Permata TersembunyiCantika tertawa. “Tentu saja aku melihatnya. Aku ingin melihat apa yang kamu lakukan dan aku melihatmu melawan orang-orang itu. Kenapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya pada Aria?”“Itu tidak akan mengubah apa pun,” ujarnya.“Tidak.” Cantika menggeleng kepalanya. “Itu akan mengubah banyak hal. Mungkin orang tuanya akan berhenti memandangmu sebagai orang tidak berguna.”Gilang memandangnya selama beberapa saat. Cantika terlalu ingin tahu dan tahu lebih banyak dari apa yang seharusnya dia ketahui. Jika seseorang seperti Cantika bisa mengenali Max, maka akan bahaya baginya jika dia mengetahui Gilang yang sebenarnya.“Aku benar-benar tidak berguna. Aku tidak cocok untuk Aria dan kami hanya bersama karena beberapa hal,” bantahnya. “Namun, aku sedang mencoba untuk menjadi yang terbaik baginya.”Cantika mengamatinya selama beberapa saat. “Apakah ada sesuatu yang kamu tidak ingin katakan padaku? Apa yang kamu sembunyikan, Gilang?”Gilang membersihkan tenggorokann
JanjiGilang menatap pintu selama beberapa saat. Dia tidak tahu tepatnya kenapa Aria marah. Apakah karena dia belum menghadiahinya apa pun sejak mereka menikah? Apakah karena dia berbohong tentang membeli setelan jas dengan bayaran di muka atau karena dia kita dia tidak perhatian? Dia memiliki banyak pertanyaan, tapi jawaban-jawaban dari semua pertanyaan itu seperti menghindarinya.Gilang menghabiskan malamnya di kamar pelayan. Dia bangun lebih pagi karena dia tidak ingin Kamala mengetahuinya. Itu bisa membuatnya dan Aria terlibat masalah.Dia mengetuk pintu, tapi Aria tidak menjawab. Dia tetap membuka pintunya dan memasuki kamar.Dia terhenti seketika saat pandangannya terpaku pada pemandangan di hadapannya. Aria sedang duduk di kursi dan memakai produk kecantikan pada kulitnya. Dia sedang mengenakan penyuara jemala di telinganya dan mungkin itulah mengapa dia tidak mendengar ketukan pintu tadi.Gilang bisa melihat kaki jenjang Aria yang tidak memiliki cela seraya dia memakai pel
Percikan di Tempat KerjaSeperti yang dia kira, sarapan telah berakhir ketika dia akhirnya tiba di sana.“Serius? Kalau begitu bergegaslah.” Emma terlihat sangat bahagia karena perubahan itu. Dia berpikir positif bahwa Kamala akan mengubah pikirannya.“Apakah David yang menyetir ataukah harus aku yang menyetir?” tanya Aria. Dia juga merasa bahagia dan Gilang memandangi senyumannya yang membuatnya terlihat semakin menawan.“Kita akan pergi dengan mobil yang berbeda. Kamu akan kembali ke perusahaanmu setelah kontraknya difinalisasi,” kata Kamala lalu dia berdiri dan beranjak pergi.Aria buru-buru mengikutinya.“Selamat pagi, para mertua,” salam Gilang dengan hormat.“Selamat pagi,” jawab Ben, tapi Emma mendesis dan beranjak pergi.Gilang tetap berjalan keluar. Beberapa pelayan berjalan masuk ketika dia sedang berjalan keluar. Mereka melewatinya tanpa memberikan sapaan.Salah satu pelayan berhenti di depan sebuah mobil. “Lihatlah, dia mengenakan setelan jas yang dibelikan Aria. D
TujuanGilang menaiki mobil itu, tapi dia tidak melewatkan tampang terkejut pada wajah Cindy.“Bisakah saya menyalakan musik, Tuan Gilang?” tanya si supir.Gilang menangguk. “Boleh. Omong-omong, kita akan ke mana?”“Vila Ratih.”Gilang mendapat dirinya menatap bangunan besar di hadapannya. Rumah itu tidak bisa dibandingkan dengan rumah Ganendra. Ratih sangatlah kaya. Namun, dari apa yang Alfa dan Gilang katakan, kekayaan bersih Garuda sudah seperti perkalian dari apa yang telah dia lihat akhir-akhir ini.Gilang tidak sabar menunggu untuk mengetahui seberapa kaya dirinya sebenarnya. Dia sangat menantikan Cakra kembali.“Bisakah kita pergi, Tuan Gilang?” tanya supir itu dengan sopan. Dia Dia tampak sangat menghormati Gilang dan dia penasaran alasannya apa.Gilang mengikutinya masuk ke dalam ruang tengah yang luas dan terlihat seperti tempat impiannya.Tiga wanita keluar dari ruangan di dalam. Mereka menghampiri Gilang dan berhenti untuk membungkuk padanya. Supir itu membalikkan
Menantu KelaparanKetika Gilang pulang, hari sudah larut malam dan dia sangat kelaparan. Dia memanggil para pelayan tapi tidak ada yang menjawabnya. Dia menyimpulkan bahwa mereka pasti sudah tertidur.Dia memutuskan untuk membuat panekuk untuk dirinya sendiri.Ketika dia mengambil tepung, dia mendengar langkah kaki dari belakangnya. Dia membalikkan badannya dan menatap wajah Emma.“Apa yang kamu lakukan?” Suaranya tajam.“Aku mau masak makan malam,” jelasnya.“Kalau begitu, terimalah nasib burukmu. Ini adalah dapurku bukan dapurmu. Bantu aku dengan cara keluar darinya,” bentaknya.“Namun, aku kelaparan,” protesnya.“Aku akan panggil penjaga jika kamu tidak meninggalkan tempat ini sekarang!” Suaranya meninggi.Gilang menghela nafas dan meletakkan tepung itu lagi. Dia meraih ponselnya dan berjalan ke arah pintu.“Jangan pernah lupakan apa yang pernah aku katakan padamu,” kata Emma tiba-tiba, membuat Gilang terhenti. “Kamu bukan menantuku, tapi Chandra. Hanya butuh waktu sebelum
Kehadiran SainganGilang tiba di kantor lebih cepat, tapi dia tidak melewatkan rumor yang sudah tersebar tentangnya. Banyak karyawan yang sedang mendiskusikan apa yang akan dilakukan Manajer pada Gilang.Dia beranjak ke lift yang hampir penuh. Dia bergegas masuk sebelum pintunya tertutup.“Lihat, dia bahkan seberani itu,” bisik seseorang di belakangnya.“Selamat pagi, Tuan Gilang. Bagaimana malammu?” tanya Jihan dengan sopan sambil tersenyum.Gilang menoleh padanya. Dia tidak menyadari bahwa Jihan ada di dalam lift juga. “Baik. Bagaimana denganmu?”Jihan tersenyum lebar. “Baik.”Lift itu berbunyi dan pintunya terbuka. Gilang beranjak ke ruang kerjanya. Dia belum sampai duduk ketika telepon berdering. Dia bertanya-tanya siapa yang menelepon sepagi itu.Dia tetap mengangkatnya. “Halo, selamat pagi.”“Ini adalah manajer perusahaan J.K dan aku ingin kamu ke ruang kerjaku sekarang juga,” gumamnya dengan tegas lalu telepon itu dimatikan.Gilang mengetuk pintunya pelan. “Permisi, in
DipecatGilang kembali ke perusahaan J.K. Semua orang terkejut karena Gilang tiba-tiba kembali setelah dia dipecat oleh manajer. Jika Alfa membuat Gilang terus bekerja di perusahaannya atau membuatnya menjadi manajer, maka semua orang akan mengetahui seakrab apa mereka berdua. Semua orang menunggu-nunggu bagaimana akhirnya nanti.“Apakah kamu tahu apa akibatnya jika aku bekerja di perusahaanmu?” tanya Gilang. Dia duduk di kursi di depan Alfa.“Aku sudah memikirkannya juga sebelumnya, tapi aku tidak bisa membiarkan seorang manajer biasa menghinamu. Aku ingin semua orang tahu bahwa setidaknya kamu bukanlah orang yang paling rendah,” katanya, suaranya terdengar sakit hati.“Kenapa?” Gilang terkejut. “Kenapa kamu tiba-tiba ingin aku bekerja di perusahaanku? Kamu tidak pernah menyebutkan perusahaanku padaku. Kenapa tiba-tiba?”Alfa terdiam lagi. “Aku baru mendapatkan sebuah informasi. Gio baru saja bertemu dengan sekretaris utama perusahaanmu.”Gilang mengingat-ingat penginapan yang d
MiliknyaAria membuka pintunya.“Apa yang kamu lakukan, Aria!” tanya Gilang tiba-tiba ketika Aria turun dari mobil.Aria berbalik menghadapnya. “Chandra mengajakku berkencan. Aku akan pergi dengannya.”Gilang merasa jengkel. “Kita sudah menikah, Aria,” ujarnya mengingatkannya. “Kamu seharusnya tidak bepergian dengan pria mana pun. Kamu sudah menjadi milikku sekarang,” gumamnya dengan tegas.Aria tertawa. “Kamu bercanda? Kamu tidak membayar mas kawinku. Kamu tidak menikahiku, Gilang. Aku yang menikahimu.”“Astaga,” kata Gilang. “Itu tidak ada artinya. Kita sekarang adalah pasangan. Kamu tidak seharusnya melihat pria lain,” ujarnya. Dia mungkin tidak mencintai Aria, tapi dia merasa memilikinya. Mereka sudah menikah! Ketika Gilang mencoba mempertahankan itu, Aria malah bertingkah sesuka dia.Gilang tidak pernah tidur dengan wanita lain sejak dia menikah dengan Aria walaupun dia tidak memperbolehkannya menyentuhnya. Dia telah memaksakan dirinya untuk mengalihkan pandangannya karena