TujuanGilang menaiki mobil itu, tapi dia tidak melewatkan tampang terkejut pada wajah Cindy.“Bisakah saya menyalakan musik, Tuan Gilang?” tanya si supir.Gilang menangguk. “Boleh. Omong-omong, kita akan ke mana?”“Vila Ratih.”Gilang mendapat dirinya menatap bangunan besar di hadapannya. Rumah itu tidak bisa dibandingkan dengan rumah Ganendra. Ratih sangatlah kaya. Namun, dari apa yang Alfa dan Gilang katakan, kekayaan bersih Garuda sudah seperti perkalian dari apa yang telah dia lihat akhir-akhir ini.Gilang tidak sabar menunggu untuk mengetahui seberapa kaya dirinya sebenarnya. Dia sangat menantikan Cakra kembali.“Bisakah kita pergi, Tuan Gilang?” tanya supir itu dengan sopan. Dia Dia tampak sangat menghormati Gilang dan dia penasaran alasannya apa.Gilang mengikutinya masuk ke dalam ruang tengah yang luas dan terlihat seperti tempat impiannya.Tiga wanita keluar dari ruangan di dalam. Mereka menghampiri Gilang dan berhenti untuk membungkuk padanya. Supir itu membalikkan
Menantu KelaparanKetika Gilang pulang, hari sudah larut malam dan dia sangat kelaparan. Dia memanggil para pelayan tapi tidak ada yang menjawabnya. Dia menyimpulkan bahwa mereka pasti sudah tertidur.Dia memutuskan untuk membuat panekuk untuk dirinya sendiri.Ketika dia mengambil tepung, dia mendengar langkah kaki dari belakangnya. Dia membalikkan badannya dan menatap wajah Emma.“Apa yang kamu lakukan?” Suaranya tajam.“Aku mau masak makan malam,” jelasnya.“Kalau begitu, terimalah nasib burukmu. Ini adalah dapurku bukan dapurmu. Bantu aku dengan cara keluar darinya,” bentaknya.“Namun, aku kelaparan,” protesnya.“Aku akan panggil penjaga jika kamu tidak meninggalkan tempat ini sekarang!” Suaranya meninggi.Gilang menghela nafas dan meletakkan tepung itu lagi. Dia meraih ponselnya dan berjalan ke arah pintu.“Jangan pernah lupakan apa yang pernah aku katakan padamu,” kata Emma tiba-tiba, membuat Gilang terhenti. “Kamu bukan menantuku, tapi Chandra. Hanya butuh waktu sebelum
Kehadiran SainganGilang tiba di kantor lebih cepat, tapi dia tidak melewatkan rumor yang sudah tersebar tentangnya. Banyak karyawan yang sedang mendiskusikan apa yang akan dilakukan Manajer pada Gilang.Dia beranjak ke lift yang hampir penuh. Dia bergegas masuk sebelum pintunya tertutup.“Lihat, dia bahkan seberani itu,” bisik seseorang di belakangnya.“Selamat pagi, Tuan Gilang. Bagaimana malammu?” tanya Jihan dengan sopan sambil tersenyum.Gilang menoleh padanya. Dia tidak menyadari bahwa Jihan ada di dalam lift juga. “Baik. Bagaimana denganmu?”Jihan tersenyum lebar. “Baik.”Lift itu berbunyi dan pintunya terbuka. Gilang beranjak ke ruang kerjanya. Dia belum sampai duduk ketika telepon berdering. Dia bertanya-tanya siapa yang menelepon sepagi itu.Dia tetap mengangkatnya. “Halo, selamat pagi.”“Ini adalah manajer perusahaan J.K dan aku ingin kamu ke ruang kerjaku sekarang juga,” gumamnya dengan tegas lalu telepon itu dimatikan.Gilang mengetuk pintunya pelan. “Permisi, in
DipecatGilang kembali ke perusahaan J.K. Semua orang terkejut karena Gilang tiba-tiba kembali setelah dia dipecat oleh manajer. Jika Alfa membuat Gilang terus bekerja di perusahaannya atau membuatnya menjadi manajer, maka semua orang akan mengetahui seakrab apa mereka berdua. Semua orang menunggu-nunggu bagaimana akhirnya nanti.“Apakah kamu tahu apa akibatnya jika aku bekerja di perusahaanmu?” tanya Gilang. Dia duduk di kursi di depan Alfa.“Aku sudah memikirkannya juga sebelumnya, tapi aku tidak bisa membiarkan seorang manajer biasa menghinamu. Aku ingin semua orang tahu bahwa setidaknya kamu bukanlah orang yang paling rendah,” katanya, suaranya terdengar sakit hati.“Kenapa?” Gilang terkejut. “Kenapa kamu tiba-tiba ingin aku bekerja di perusahaanku? Kamu tidak pernah menyebutkan perusahaanku padaku. Kenapa tiba-tiba?”Alfa terdiam lagi. “Aku baru mendapatkan sebuah informasi. Gio baru saja bertemu dengan sekretaris utama perusahaanmu.”Gilang mengingat-ingat penginapan yang d
MiliknyaAria membuka pintunya.“Apa yang kamu lakukan, Aria!” tanya Gilang tiba-tiba ketika Aria turun dari mobil.Aria berbalik menghadapnya. “Chandra mengajakku berkencan. Aku akan pergi dengannya.”Gilang merasa jengkel. “Kita sudah menikah, Aria,” ujarnya mengingatkannya. “Kamu seharusnya tidak bepergian dengan pria mana pun. Kamu sudah menjadi milikku sekarang,” gumamnya dengan tegas.Aria tertawa. “Kamu bercanda? Kamu tidak membayar mas kawinku. Kamu tidak menikahiku, Gilang. Aku yang menikahimu.”“Astaga,” kata Gilang. “Itu tidak ada artinya. Kita sekarang adalah pasangan. Kamu tidak seharusnya melihat pria lain,” ujarnya. Dia mungkin tidak mencintai Aria, tapi dia merasa memilikinya. Mereka sudah menikah! Ketika Gilang mencoba mempertahankan itu, Aria malah bertingkah sesuka dia.Gilang tidak pernah tidur dengan wanita lain sejak dia menikah dengan Aria walaupun dia tidak memperbolehkannya menyentuhnya. Dia telah memaksakan dirinya untuk mengalihkan pandangannya karena
Sebuah PermintaanAria sedang berada di bar terkenal di kota bersama Chandra. Dia tidak menyukai Chandra, tapi dia harus berkencan dengannya karena ibunya. Dia berbohong pada Gilang karena dia sedang marah padanya.Gilang bukan tipe orang yang dia inginkan dia bahkan belum siap untuk menikah, tapi Gilang memaksanya. Dia kira Gilang telah melakukan tugasnya dengan baik sampai dia mendengar bahwa Alfa telah memecatnya. Itu membuatnya sangat marah padanya.Aria adalah miliknya? Mereka mungkin memang menikah, tapi Aria tidak akan pernah menjadi istrinya. Dia sedang mencari kesempatan yang tepat supaya kakeknya akan menyetujui perceraiannya.Aria menyesap minumannya pelan-pelan da tiba-tiba merasa ingin pulang ke rumahnya. Dia merasa lelah dan perkataan Chandra sudah membuatnya bosan.“Aku sudah berbicara dengan ibumu, Aria, dan dia ingin kita berkencan,” katanya sambil menatapnya.Aria memandangnya selama beberapa saat. “Aku sudah menikah, ingat?” ujarnya.Chandra terkekeh-kekeh. “A
JebakanEs mencair di dalam api, tapi janji Gilang tidak mencairkan hati Aria sedikit pun.Dia berbalik untuk menatapnya dengan seringaian di ujung bibirnya. “Sungguh? Bagaimana kamu akan membelinya? Apakah kamu akan mencurinya?”“Ayolah, Aria. Jangan bercanda! Aku tidak setidak kompeten seperti yang kamu kira,” gumamnya.Aria tertawa. Nikmat sekali rasanya tertawa setelah hari yang melelahkan. “Kamu lucu sekali, Gilang. Benar! Menurutku kamu tidak kompeten. Kamu seharusnya duduk dan memperhatikan aku. Aku akan membuat kakekku menyetujui perceraian kita,” katanya dengan mantap.Gilang memandangnya selama beberapa saat dan berjalan mendekat. “Kamu melewatkan satu hal, Aria. Kamu tidak bisa keluar dari pernikahan ini kecuali aku menginginkannya.”“Kita akan segera bercerai, aku jamin itu.” Dia berbalik untuk pergi, tapi dia langsung berhenti lagi. “Kamu tidak akan tidur di kamarku malam ini. Tidur saja di kamar pelayan, aku tidak peduli.” Dia melangkah masuk ke kamarnya dan menutup
Bar di KantorGilang mendengus. Dia tidak memercayainya. Sebuah bar di kantor?“Hei! Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?” kata seseorang dari belakangnya.Gilang membalikkan badannya untuk melihat orang yang sedang bercinta dengan seorang wanita ketika dia pertama masuk ke dalam. Dia tidak melihat wanita itu lagi.“Siapa kamu?” tanya Gilang dengan sopan.Pria itu menyeringai. “Serius? Kamu menanyakan hal itu padaku?”“Iya.” Gilang mengangguk dan memasang ekspresi polos. “Aku tidak tahu siapa kamu. Lalu, kenapa ada bar di dalam kantor atau apakah perusahaan ini mengganti namanya?” ejeknya dengan lembut.Seorang pria menghampirinya dan menarik kerah Gilang. “Berani-beraninya kamu berbicara pada Marvin seperti itu!” bentaknya.“Kepala Sekretaris itu adalah Marvin?” tanya Gilang tidak percaya.Gelak tawa muncul dari ruangan itu dan menyebar seperti kebakaran hutan di antara yang lainnya. Seorang pria yang mencengkeram Gilang melepaskannya dan tertawa juga.“Jangan bila