Share

Bab 32

Author: Cokelat Deby
last update Last Updated: 2024-06-18 09:58:57
Janji

Gilang menatap pintu selama beberapa saat. Dia tidak tahu tepatnya kenapa Aria marah. Apakah karena dia belum menghadiahinya apa pun sejak mereka menikah? Apakah karena dia berbohong tentang membeli setelan jas dengan bayaran di muka atau karena dia kita dia tidak perhatian? Dia memiliki banyak pertanyaan, tapi jawaban-jawaban dari semua pertanyaan itu seperti menghindarinya.

Gilang menghabiskan malamnya di kamar pelayan. Dia bangun lebih pagi karena dia tidak ingin Kamala mengetahuinya. Itu bisa membuatnya dan Aria terlibat masalah.

Dia mengetuk pintu, tapi Aria tidak menjawab. Dia tetap membuka pintunya dan memasuki kamar.

Dia terhenti seketika saat pandangannya terpaku pada pemandangan di hadapannya. Aria sedang duduk di kursi dan memakai produk kecantikan pada kulitnya. Dia sedang mengenakan penyuara jemala di telinganya dan mungkin itulah mengapa dia tidak mendengar ketukan pintu tadi.

Gilang bisa melihat kaki jenjang Aria yang tidak memiliki cela seraya dia memakai pel
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 33

    Percikan di Tempat KerjaSeperti yang dia kira, sarapan telah berakhir ketika dia akhirnya tiba di sana.“Serius? Kalau begitu bergegaslah.” Emma terlihat sangat bahagia karena perubahan itu. Dia berpikir positif bahwa Kamala akan mengubah pikirannya.“Apakah David yang menyetir ataukah harus aku yang menyetir?” tanya Aria. Dia juga merasa bahagia dan Gilang memandangi senyumannya yang membuatnya terlihat semakin menawan.“Kita akan pergi dengan mobil yang berbeda. Kamu akan kembali ke perusahaanmu setelah kontraknya difinalisasi,” kata Kamala lalu dia berdiri dan beranjak pergi.Aria buru-buru mengikutinya.“Selamat pagi, para mertua,” salam Gilang dengan hormat.“Selamat pagi,” jawab Ben, tapi Emma mendesis dan beranjak pergi.Gilang tetap berjalan keluar. Beberapa pelayan berjalan masuk ketika dia sedang berjalan keluar. Mereka melewatinya tanpa memberikan sapaan.Salah satu pelayan berhenti di depan sebuah mobil. “Lihatlah, dia mengenakan setelan jas yang dibelikan Aria. D

    Last Updated : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 34

    TujuanGilang menaiki mobil itu, tapi dia tidak melewatkan tampang terkejut pada wajah Cindy.“Bisakah saya menyalakan musik, Tuan Gilang?” tanya si supir.Gilang menangguk. “Boleh. Omong-omong, kita akan ke mana?”“Vila Ratih.”Gilang mendapat dirinya menatap bangunan besar di hadapannya. Rumah itu tidak bisa dibandingkan dengan rumah Ganendra. Ratih sangatlah kaya. Namun, dari apa yang Alfa dan Gilang katakan, kekayaan bersih Garuda sudah seperti perkalian dari apa yang telah dia lihat akhir-akhir ini.Gilang tidak sabar menunggu untuk mengetahui seberapa kaya dirinya sebenarnya. Dia sangat menantikan Cakra kembali.“Bisakah kita pergi, Tuan Gilang?” tanya supir itu dengan sopan. Dia Dia tampak sangat menghormati Gilang dan dia penasaran alasannya apa.Gilang mengikutinya masuk ke dalam ruang tengah yang luas dan terlihat seperti tempat impiannya.Tiga wanita keluar dari ruangan di dalam. Mereka menghampiri Gilang dan berhenti untuk membungkuk padanya. Supir itu membalikkan

    Last Updated : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 35

    Menantu KelaparanKetika Gilang pulang, hari sudah larut malam dan dia sangat kelaparan. Dia memanggil para pelayan tapi tidak ada yang menjawabnya. Dia menyimpulkan bahwa mereka pasti sudah tertidur.Dia memutuskan untuk membuat panekuk untuk dirinya sendiri.Ketika dia mengambil tepung, dia mendengar langkah kaki dari belakangnya. Dia membalikkan badannya dan menatap wajah Emma.“Apa yang kamu lakukan?” Suaranya tajam.“Aku mau masak makan malam,” jelasnya.“Kalau begitu, terimalah nasib burukmu. Ini adalah dapurku bukan dapurmu. Bantu aku dengan cara keluar darinya,” bentaknya.“Namun, aku kelaparan,” protesnya.“Aku akan panggil penjaga jika kamu tidak meninggalkan tempat ini sekarang!” Suaranya meninggi.Gilang menghela nafas dan meletakkan tepung itu lagi. Dia meraih ponselnya dan berjalan ke arah pintu.“Jangan pernah lupakan apa yang pernah aku katakan padamu,” kata Emma tiba-tiba, membuat Gilang terhenti. “Kamu bukan menantuku, tapi Chandra. Hanya butuh waktu sebelum

    Last Updated : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 36

    Kehadiran SainganGilang tiba di kantor lebih cepat, tapi dia tidak melewatkan rumor yang sudah tersebar tentangnya. Banyak karyawan yang sedang mendiskusikan apa yang akan dilakukan Manajer pada Gilang.Dia beranjak ke lift yang hampir penuh. Dia bergegas masuk sebelum pintunya tertutup.“Lihat, dia bahkan seberani itu,” bisik seseorang di belakangnya.“Selamat pagi, Tuan Gilang. Bagaimana malammu?” tanya Jihan dengan sopan sambil tersenyum.Gilang menoleh padanya. Dia tidak menyadari bahwa Jihan ada di dalam lift juga. “Baik. Bagaimana denganmu?”Jihan tersenyum lebar. “Baik.”Lift itu berbunyi dan pintunya terbuka. Gilang beranjak ke ruang kerjanya. Dia belum sampai duduk ketika telepon berdering. Dia bertanya-tanya siapa yang menelepon sepagi itu.Dia tetap mengangkatnya. “Halo, selamat pagi.”“Ini adalah manajer perusahaan J.K dan aku ingin kamu ke ruang kerjaku sekarang juga,” gumamnya dengan tegas lalu telepon itu dimatikan.Gilang mengetuk pintunya pelan. “Permisi, in

    Last Updated : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 37

    DipecatGilang kembali ke perusahaan J.K. Semua orang terkejut karena Gilang tiba-tiba kembali setelah dia dipecat oleh manajer. Jika Alfa membuat Gilang terus bekerja di perusahaannya atau membuatnya menjadi manajer, maka semua orang akan mengetahui seakrab apa mereka berdua. Semua orang menunggu-nunggu bagaimana akhirnya nanti.“Apakah kamu tahu apa akibatnya jika aku bekerja di perusahaanmu?” tanya Gilang. Dia duduk di kursi di depan Alfa.“Aku sudah memikirkannya juga sebelumnya, tapi aku tidak bisa membiarkan seorang manajer biasa menghinamu. Aku ingin semua orang tahu bahwa setidaknya kamu bukanlah orang yang paling rendah,” katanya, suaranya terdengar sakit hati.“Kenapa?” Gilang terkejut. “Kenapa kamu tiba-tiba ingin aku bekerja di perusahaanku? Kamu tidak pernah menyebutkan perusahaanku padaku. Kenapa tiba-tiba?”Alfa terdiam lagi. “Aku baru mendapatkan sebuah informasi. Gio baru saja bertemu dengan sekretaris utama perusahaanmu.”Gilang mengingat-ingat penginapan yang d

    Last Updated : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 38

    MiliknyaAria membuka pintunya.“Apa yang kamu lakukan, Aria!” tanya Gilang tiba-tiba ketika Aria turun dari mobil.Aria berbalik menghadapnya. “Chandra mengajakku berkencan. Aku akan pergi dengannya.”Gilang merasa jengkel. “Kita sudah menikah, Aria,” ujarnya mengingatkannya. “Kamu seharusnya tidak bepergian dengan pria mana pun. Kamu sudah menjadi milikku sekarang,” gumamnya dengan tegas.Aria tertawa. “Kamu bercanda? Kamu tidak membayar mas kawinku. Kamu tidak menikahiku, Gilang. Aku yang menikahimu.”“Astaga,” kata Gilang. “Itu tidak ada artinya. Kita sekarang adalah pasangan. Kamu tidak seharusnya melihat pria lain,” ujarnya. Dia mungkin tidak mencintai Aria, tapi dia merasa memilikinya. Mereka sudah menikah! Ketika Gilang mencoba mempertahankan itu, Aria malah bertingkah sesuka dia.Gilang tidak pernah tidur dengan wanita lain sejak dia menikah dengan Aria walaupun dia tidak memperbolehkannya menyentuhnya. Dia telah memaksakan dirinya untuk mengalihkan pandangannya karena

    Last Updated : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 39

    Sebuah PermintaanAria sedang berada di bar terkenal di kota bersama Chandra. Dia tidak menyukai Chandra, tapi dia harus berkencan dengannya karena ibunya. Dia berbohong pada Gilang karena dia sedang marah padanya.Gilang bukan tipe orang yang dia inginkan dia bahkan belum siap untuk menikah, tapi Gilang memaksanya. Dia kira Gilang telah melakukan tugasnya dengan baik sampai dia mendengar bahwa Alfa telah memecatnya. Itu membuatnya sangat marah padanya.Aria adalah miliknya? Mereka mungkin memang menikah, tapi Aria tidak akan pernah menjadi istrinya. Dia sedang mencari kesempatan yang tepat supaya kakeknya akan menyetujui perceraiannya.Aria menyesap minumannya pelan-pelan da tiba-tiba merasa ingin pulang ke rumahnya. Dia merasa lelah dan perkataan Chandra sudah membuatnya bosan.“Aku sudah berbicara dengan ibumu, Aria, dan dia ingin kita berkencan,” katanya sambil menatapnya.Aria memandangnya selama beberapa saat. “Aku sudah menikah, ingat?” ujarnya.Chandra terkekeh-kekeh. “A

    Last Updated : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 40

    JebakanEs mencair di dalam api, tapi janji Gilang tidak mencairkan hati Aria sedikit pun.Dia berbalik untuk menatapnya dengan seringaian di ujung bibirnya. “Sungguh? Bagaimana kamu akan membelinya? Apakah kamu akan mencurinya?”“Ayolah, Aria. Jangan bercanda! Aku tidak setidak kompeten seperti yang kamu kira,” gumamnya.Aria tertawa. Nikmat sekali rasanya tertawa setelah hari yang melelahkan. “Kamu lucu sekali, Gilang. Benar! Menurutku kamu tidak kompeten. Kamu seharusnya duduk dan memperhatikan aku. Aku akan membuat kakekku menyetujui perceraian kita,” katanya dengan mantap.Gilang memandangnya selama beberapa saat dan berjalan mendekat. “Kamu melewatkan satu hal, Aria. Kamu tidak bisa keluar dari pernikahan ini kecuali aku menginginkannya.”“Kita akan segera bercerai, aku jamin itu.” Dia berbalik untuk pergi, tapi dia langsung berhenti lagi. “Kamu tidak akan tidur di kamarku malam ini. Tidur saja di kamar pelayan, aku tidak peduli.” Dia melangkah masuk ke kamarnya dan menutup

    Last Updated : 2024-06-18

Latest chapter

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 50

    SekstiliunCakra menutup telepon sebelum Gilang sempat mengatakan apa pun.Gilang menatap Cakra. "Dia harus membatalkan kesepakatan itu!""Apa? Kenapa?" Cakra kebingungan.Gilang menghela nafas sambil mengusap keningnya pelan. "Sudahlah, aku akan melakukannya sendiri. Apa lagi yang perlu kamu serahkan padaku? Aku harus pulang."Ratih melirik jam tangannya. "Aku harus berangkat sekarang. Penerbanganku satu jam lagi."Gilang mengangguk. “Kalau begitu, kita akan bicara di telepon.”Ratih mengangguk dan menghampiri Alfa.Cakra menoleh ke arah Gilang. “Aku akan mengantarmu ke kota. Bagaimana kalau kita berangkat bersama agar aku bisa bercerita lebih banyak padamu dalam perjalanan?” sarannya.Gilang mengangguk. "Ide bagus."Cakra menaiki tangga untuk mengambil beberapa berkas. Dia ragu-ragu di depan pintu dan mencoba memikirkan apakah dia melewatkan sesuatu. Ketika dia yakin dia sudah membawa semuanya, dia berjalan ke bawah lagi.Gilang mengambil kotak berisi harta milik ayahnya d

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 49

    Kebenaran“Kamu pikir kamu siapa? Kamu tidak bisa tiba-tiba muncul dan mengaku sebagai Garuda! Ke mana saja kamu selama ini?” teriak Cakra.Gilang menatapnya selama beberapa saat, dia tidak tahu apakah dia marah karena Gilang akan mengambil kembali propertinya ataukah dia hanya khawatir.“Hei, Cakra. Tenanglah! Ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan semua ini!” kata Ratih.“Serius?” Cakra menyeringai. “Suruh dia untuk memberitahuku waktu yang tepat, karena aku tidak akan membiarkannya!”Ratih menghela nafas, sudah merasa lelah. Dia memutuskan untuk memanggil Alfa. Mungkin dia bisa menghentikan perkelahian antara Gilang dan Cakra. “Di mana Alfa? Apakah dia ada di dalam?”Cakra menatap Aria dan mengangguk pelan. “Dokumen dan hal-hal lainnya miliknya ada di dalam. Aku rasa aku tidak dibutuhkan lagi di sini dan aku akan pergi!” bentaknya.Ratih bergegas masuk ke dalam, meninggalkan kedua orang itu bertatap-tatapan dengan tajam.“Tidak ada yang bisa kamu katakan? Kamu kehabisan

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 48

    TanahGilang menghela nafas seraya memasuki ruang kerjanya.Aria menolak mendengarkannya dan dia bahkan tidak tahu bagaimana keputusannya nanti.Jika saja dia tahu bahwa dia adalah Garuda dan dia akan membantunya.Sebuah ketukan pelan terdengar dari pintu, menyadarkan Gilang dari lamunannya.Dia menengadahkan kepalanya. “Ya, masuklah.”Pintu itu terbuka dan Maria melangkah masuk. “Ini, Tuan.” Dia meletakkan dokumen besar di mejanya. “Aku telah membuat perkiraan jumlah yang kami perlukan dan aku tidak bisa menguranginya lagi,” katanya.Gilang mengambil dokumen itu dan memeriksanya. “Baiklah. Totalnya 90 miliar rupiah?”“Benar, Tuan, tapi menurutku kita tetap harus memilih untuk melakukan pinjaman.” Dia terlihat gelisah. “Tidak mungkin kita bisa membiayai itu. Kami pun tidak bisa kehilangan pekerjaan ini. Pekerjaan ini akan membantu perusahaan ini secara keuangan. Kita bisa mendapatkan pinjaman dan membayarnya kembali setelah kita mendapatkan pembayaran dari perusahaannya,” saran

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 47

    TugasTidak ada siapa pun di ruang tengah ketika Gilang melangkah masuk.Dia membuka pintu kamar pelan-pelan supaya dia tidak membangunkan Aria. Dia tidak tahu bahwa sebenarnya dia sudah terbangun ketika Gilang membuka pintunya.Gilang terbangun lebih awal daripada Aria. Dia tidak ingin Aria membuang-buang waktunya pagi hari itu. Bahkan, dia tiba di meja makan lebih dulu darinya.Walaupun begitu, Aria datang beberapa menit kemudian.“Ayah, bagaimana kabar perusahaan akhir-akhir ini?” Emma memulai perbincangan.Gilang menghela nafas. Keluarga itu terbiasa berbicara saat sedang sarapan. Mungkin karena mereka biasanya tidak memiliki waktu untuk makan malam bersama atau mungkin Kamala hanya tidak ingin berbincang di malam hari.“Baik. Memangnya bagaimana lagi? Ian menjalankannya dengan sempurna,” jawab Kamala dengan nada yang kasar. Itu menunjukkan bahwa dia masih marah pada Aria.Emma menghela nafas. “Jika saja Ayah bisa mempertimbangkannya kembali. Aria menjalankannya dengan lebi

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 46

    BersemangatGilang begitu terkejut sampai dia melepaskan cengkeramannya pada Liam.“Apa-apaan?” umpat Liam dan dia berlari menjauh. Tangannya masih kesakitan dan dia takut akan apa yang Gilang akan lakukan padanya jika dia tidak pergi dengan cepat.Gilang merasakan kepalanya melayang. Dia tidak menyangka ciuman dari Cantika akan membuatnya seperti itu. Yah, dia tidak bisa menyalahkan dirinya sendiri. Kapan terakhir kali dia berciuman? Kapan terakhir kali dia menyentuh seorang wanita? Dia sudah berusaha sekeras mungkin untuk menghindari terlibat dengan wanita setelah dia menjadi seorang menantu.Walaupun itu hanya perkataan dan istrinya tidak mengabdi padanya, dia masih merasa harus mematuhi peraturan itu.Gilang bergidik pelan dan ingin terus menikmatinya, hanya jika itu mungkin. Tangannya terangkat dan menyentuh Cantika, menyalakan api pada dirinya yang membuatnya bergidik pelan. Namun, Gilang tidak mengetahui ini.Dia bertengkar dengan pikirannya sendiri tentang apa yang akan d

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 45

    Ciuman Tak Terduga“Maafkan aku, Gilang. Aku benar-benar meminta maaf. Semuanya salahku,” ujar Axel dengan perasaan menyesal yang mendalam.Gilang membalikkan badannya seraya menyeka air matanya yang tiba-tiba menetes. Dia tidak mengetahui banyak hal dulu. Dia tidak tahu alasan mengapa ayahnya sangat keras padanya adalah karena kelompok mafia yang dia pimpin. Namun, Gilang tidak pernah membenci ayahnya dan itu melukainya ketika dia menyadari bahwa dia telah tiada selamanya.“Aku sudah mencarimu ke mana-mana, Gilang. Aku benar-benar telah terlibat banyak masalah hanya untuk menemukanmu. Kukira kamu meninggal ketika mobil itu meledak,” jelasnya.Gilang menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya. Lalu, dia pelan-pelan berbalik untuk menghadap Axel. “Bangunlah,” katanya.Axel menatap Gilang. “Aku tidak bisa menebus dosa besarku,” ujarnya dengan getir.Gilang menghela nafas dan menghampirinya untuk menariknya bangun. “Jangan berlutut padaku. Kamu dulu adalah pamanku, dan yah, sekar

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 44

    Pertemuan dengan Tetua Terakhir“Tuan, pria ini adalah Gilang dan orang paling tidak berguna di dunia. Dia dulu bekerja sebagai kurir dan dia sekarang tidak ada harganya,” jelas Satya.Axel menggeram, tidak menyukai penjelasannya. Dia masih menatap Gilang dengan tatapan penasaran yang tidak familier bagi Gilang.“Apakah kamu bilang namamu Gilang Farraz?” ulangnya.Gilang mengangguk singkat. “Aku seharusnya bertemu dengan seseorang di sini dan dia sedang dalam perjalanan.” Dia berusaha sebisa mungkin untuk bersikap sopan.“Tuan Axel,” potong Satya sebelum Axel bisa mengatakan sesuatu. “Tidak seharusnya Tuan berbicara dengan orang seperti ini. Tuan hanya akan membuang-buang waktu. Para satpam bisa menjelaskannya untukmu.”Axel menoleh pada Satya. “Maaf, kamu siapa?” Dia menaikkan salah satu alisnya.Satya tersenyum. “Aku Satya. Aku baru saja membeli semua kursi di bioskop ini dan…”“Kamu tidak bisa melakukannya. Orang lain telah memesannya,” potong Axel dengan cepat.Wajah Satya

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 43

    Pertemuan dengan PasanganGilang telah membaca laporan dan dokumen selama berjam-jam. Dia menyadari bahwa angka-angkanya kacau sekali.Rekening milik perusahaan kosong dan hanya sedikit stok CCTV yang tersisa. Bahannya juga sangat sedikit. Hanya tersisa beberapa minggu lagi sebelum SU World akan hancur.Gilang menelepon ruang akuntan. “Halo, temui aku di ruanganku sekarang juga,” perintahnya lalu langsung mematikan telepon tanpa menunggu jawaban.Sebuah ketukan pelan terdengar dari pintu.Gilang menegakkan badannya. “Ya, masuklah.”Maria masuk ke dalam. “Hai, Bos. Ini sudah waktunya pulang. Aku akan segera pulang, tapi aku memutuskan untuk menemuimu dulu. Apakah sudah selesai?”Sebelum Gilang bisa mengatakan apa-apa, sebuah ketukan lainnya terdengar dari pintu. John melangkah masuk, mengenakan setelan jas. Dia hampir terlihat seperti Gilang kecuali dia memiliki janggut tipis dan Gilang lebih tinggi darinya.“Kamu ingin bertemu denganku?”Gilang mengangguk dan memilih sebuah do

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 42

    Manajer BaruGilang tidak bisa berhenti tertawa. Dia tahu ada sesuatu yang aneh sejak dia melangkah masuk ke lobi. Dia mengambil air dari wanita itu dan meminumnya.“Aku akan pergi dulu karena ada tempat yang harus aku datangi, tapi…” Gilang berbalik dan mendapati bahwa Marvin sudah berdiri dibantu yang lainnya.“Siapa kamu sebenarnya?” Ada ekspresi terkejut di wajahnya seraya dia menatap Gilang penasaran.Gilang tersenyum licik. “Mimpi terburukmu. Omong-omong, kalian semua yang akan membersihkan seluruh tempat ini. Aku harus pergi ke ruangan Kepala Sekretaris,” jelasnya.Orang-orang itu mengerang tidak rela.Gilang menatap mereka. “Kalian tidak mau membersihkannya?”“Kami akan membersihkannya,” jawab Marvin dengan cepat. “Apakah ada lagi yang kamu mau?”“Semua yang terjadi di ruangan itu tidak boleh sampai keluar dari ruangan ini. Kalian tidak boleh memberi tahu siapa-siapa. Bilang saja pada mereka bahwa kalian telah menanganiku.” Dia tersenyum lebar. “Seperti yang kalian laku

DMCA.com Protection Status