AncamanDengan marah, Gilang melangkah memasuki kamar Aria. Dia sedang tertidur ketika dia masuk ke dalam. Dia berhenti melangkah untuk memandangi dirinya terutama karena dia sedang mengenakan baju tidur transparan. Dia terlihat sangat cantik dan sempurna dari segala sisi.Dia meletakkan tasnya di pojok ruangan karena dia tidak ingin mengacak-acak barang Aria ketika dia sedang tidur, tahu betul jika dia terbangun dia akan membuat keributan.Dia masuk ke dalam selimut di sampingnya. Dia menggumamkan sesuatu yang tidak bisa dia dengar dan berbalik memunggunginya.Gilang menutup matanya seraya kejadian-kejadian hari itu terulang kembali di benaknya.Dia mendengar sebuah teriakan dan Gilang merasakan sesuatu yang keras mendorongnya dari kasur sampai badannya terjatuh dengan sakit ke lantai. Dia tahu penyebab keributan itu bahkan sebelum dia membalikkan badannya.“Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu ada di kasurku?” teriaknya.Gilang mengerang dan mengusap-usap belakang kepalanya. Sel
Memberi Sekretaris Sebuah Pelajaran“Terima kasih!” ucap Gilang pada penelepon itu dan mematikan teleponnya.Dia mulai lelah menerima telepon. Dia bangkit untuk makan siang. Sudah waktunya makan siang, tapi dia terus menerima telepon dari pelanggan.Satu-satunya alasan kenapa dia memikirkan ulang keputusannya untuk menyuruh Alfa untuk memindahkannya ke departemen lain adalah karena Alfa memberikannya ruangan kerja, jadi dia mendapatkan privasi.Dia memasuki kantin dan memesan burger dan kopi. Dia beranjak duduk untuk makan, lalu mengingat bahwa dia meninggalkan ponselnya di ruangannya.Dia belum melihat Jihan lagi sejak pagi itu dan bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan. Namun, dia tahu pasti Alfa akan menanganinya dengan baik.Dalam hitungan menit, dia telah selesai makan dan memutuskan untuk bergegas kembali ke ruangannya. Ketika dia memasuki lobi, dia melihat Cindy.Dia baru saja keluar dari ruangan manajer. Dia berhenti untuk menatap Gilang, terkejut. Gilang juga meliha
KehormatanGilang tersenyum dengan lembut. “Aku memerlukan beberapa setelan jas. Aku mau yang berkualitas tinggi.”Pramuniaga itu tersenyum dengan menawan. “Kami memiliki setelan jas berkualitas tinggi di sini. Berapa banyak anggaran Anda supaya bisa saya pilihkan untuk Anda?” tanyanya dengan sopan.“Pilihkan yang mana saja. Pastikan kamu memilih yang kualitasnya tinggi dan terbuat dari bahan yang mahal.”Mata pramuniaga itu berbinar-binar semangat. “Berapa banyak yang harus saya pilih?”Gilang memikirkannya. “Berapa banyak setelan jas yang aku perlukan supaya kamu mendapatkan komisi yang besar dari bosmu? Maksudku, komisi yang besar seperti 15 miliar rupiah.”Pramuniaga itu terkejut selama beberapa saat. “Untuk setelan jas, itu mudah. Mari saya antar.”Gilang mengangguk. “Baiklah.”Mereka berjalan melalui barisan baju-baju dan pramuniaga itu berhenti di depan beberapa setelan jas. “Ini adalah setelan jas yang santai. Kami juga memiliki tuksedo. Harganya mulai dari 150 juta rup
Pelelangan“Kumohon,” lanjut manajer itu dengan muram. “Anda harus menerima kartu ini atau saya akan kehilangan kartu saya,” pintanya dengan pelan.Gilang menghela nafas dan menghampirinya. “Baiklah, berikan padaku,” katanya sambil tersenyum.Manajer itu menyerahkan kartunya dan ketika Gilang menerimanya, dia tersenyum juga. “Terima kasih banyak, Tuan, terima kasih. Saya sangat menghargainya!” Dia menyerukan kebahagiaannya.Gilang mengangguk-angguk. “Aku akan melakukannya. “Seseorang dari Alfa akan datang untuk mencariku, antar dia kemari ketika dia sudah sampai.”Manajer itu mengangguk. “Saya akan melakukannya. Apakah ada lagi yang Anda perlukan?”“Iya,” Gilang mengangguk dan beranjak duduk. “Aku kelaparan. Jadi, bawakan aku makanan yang enak. Lalu, apakah kamu bisa mengambilkan sesuatu dari mobilku?”Manajer itu tertawa. “Tuan Gilang, Anda bisa mengirim saya ke mana pun dan saya akan pergi dengan senang hati. Jika bukan karena Anda, saya pasti sudah dipecat.”Gilang melihat b
Pertemuan dengan Bawahan GioPelelangan itu berakhir setelah penawaran terakhir, tapi Gilang tetap di sana bersama dengan Ratih. Gilang tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi karena dia ingin berbicara dengannya, dia memutuskan untuk tidak pergi dulu.Gilang menoleh pada Surya. “Apakah kamu bisa menyuruh Alfa membayarkan perhiasan itu? Aku sedang tidak memegang uang sebanyak itu sekarang.”Surya tersenyum. “Baiklah,” katanya dan melangkah pergi dari aula.Gilang menoleh lagi pada Ratih, tepat ketika dia berdiri. Dia beranjak ke arah pintu.“Nona Ratih,” panggilnya dengan cepat. “Bisakah kamu meluangkan beberapa menit?” katanya dengan sopan dan berdiri juga.Ratih balik menatapnya dengan tatapan dingin. “Ada urusan apa denganku, Tuan Gilang?” Dia masih marah dan wajahnyalah buktinya.Gilang tersenyum dan berjalan beberapa meter lebih dekat dengannya. “Kamu terlihat cantik ketika marah,” godanya. Dia melakukan kebalikan dari apa yang Gilang katakan padanya untuk jangan pern
Pencapaian TersembunyiSebenarnya mengejutkan bahwa Cantika mengenal Marco. Yah, semua orang mengenal Gio, tapi tidak semua orang mengetahui tetua di kelompok mafia.Cantika turun dari mobil. “Ada apa ini?”Gilang turun dari mobil juga dan menatap orang-orang itu selama beberapa saat. Mereka tidak lebih dari apa yang bisa ditangani oleh Gilang dalam waktu yang terbatas.“Apakah ada masalah?” tanya Cantika pada mereka.Salah satu dari mereka melangkah maju dengan ekspresi yang tebal. “Marco telah meninggal…” katanya. “dan aku akan membalaskan dendamnya.”“Apa-apaan, Max? Kami bahkan tidak terlibat dengan kematiannya,” kata Cantika.Max mendengus. “Semua orang akan membayar karena telah membunuhnya. Lalu, pelakunya ada di sini.” Dia menatap Gilang seolah dia mengenalnya dari suatu tempat.“Kumohon, aku tidak mengenalmu dan aku tidak ingin mengenalmu. Bisakah kamu minggir saja?” teriak Aria pada mereka dengan marah.Max tertawa. “Serius? Dia merasa jengkel, tangkap dia!” perintah
Permata TersembunyiCantika tertawa. “Tentu saja aku melihatnya. Aku ingin melihat apa yang kamu lakukan dan aku melihatmu melawan orang-orang itu. Kenapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya pada Aria?”“Itu tidak akan mengubah apa pun,” ujarnya.“Tidak.” Cantika menggeleng kepalanya. “Itu akan mengubah banyak hal. Mungkin orang tuanya akan berhenti memandangmu sebagai orang tidak berguna.”Gilang memandangnya selama beberapa saat. Cantika terlalu ingin tahu dan tahu lebih banyak dari apa yang seharusnya dia ketahui. Jika seseorang seperti Cantika bisa mengenali Max, maka akan bahaya baginya jika dia mengetahui Gilang yang sebenarnya.“Aku benar-benar tidak berguna. Aku tidak cocok untuk Aria dan kami hanya bersama karena beberapa hal,” bantahnya. “Namun, aku sedang mencoba untuk menjadi yang terbaik baginya.”Cantika mengamatinya selama beberapa saat. “Apakah ada sesuatu yang kamu tidak ingin katakan padaku? Apa yang kamu sembunyikan, Gilang?”Gilang membersihkan tenggorokann
JanjiGilang menatap pintu selama beberapa saat. Dia tidak tahu tepatnya kenapa Aria marah. Apakah karena dia belum menghadiahinya apa pun sejak mereka menikah? Apakah karena dia berbohong tentang membeli setelan jas dengan bayaran di muka atau karena dia kita dia tidak perhatian? Dia memiliki banyak pertanyaan, tapi jawaban-jawaban dari semua pertanyaan itu seperti menghindarinya.Gilang menghabiskan malamnya di kamar pelayan. Dia bangun lebih pagi karena dia tidak ingin Kamala mengetahuinya. Itu bisa membuatnya dan Aria terlibat masalah.Dia mengetuk pintu, tapi Aria tidak menjawab. Dia tetap membuka pintunya dan memasuki kamar.Dia terhenti seketika saat pandangannya terpaku pada pemandangan di hadapannya. Aria sedang duduk di kursi dan memakai produk kecantikan pada kulitnya. Dia sedang mengenakan penyuara jemala di telinganya dan mungkin itulah mengapa dia tidak mendengar ketukan pintu tadi.Gilang bisa melihat kaki jenjang Aria yang tidak memiliki cela seraya dia memakai pel