Home / Pernikahan / MENANTU PILIHAN IBU / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of MENANTU PILIHAN IBU: Chapter 31 - Chapter 40

67 Chapters

31. PERASAAN

PERASAAN“Mungkin ini hanya perasaanku saja, mana mungkin pria seperti dia menyukai diriku.” Aku mengerjakan tugas di kamar, sementara Kak Zaki tengah melamun di depan jendela. Entah apa yang dia lamunkan aku sendiri tidak tahu. Aku tidak begitu memusingkan dirinya dan lebih fokus ke pekerjaan yang akan dilakukan. Lagipula jam 1 nanti aku harus segera pergi mengajar ke rumah singgah, sudah janji pula dengan Bang Kemal. Ponsel berdering, layar ponsel itu menunjukkan bahwa Bang Kemal tengah dalam panggilan, cepat kuangkat siapa tahu penting. “Ya, Bang ada apa?” tanyaku cepat dengan suara yang tidak begitu keras, aku takut jika suara ini akan mengganggu ketenangan Kak Zaki. “Rum, siang ini jadi datang? Kita kekurangan pengajar. Dua pengajar lain mengundurkan diri tiba-tiba.” “Astaghfirullah al’adzim, kenapa Bang, apa ada masalah?” “Entahlah, Rum. Abang juga nggak tah
Read more

32. AKIBAT LENGAH

AKIBAT LENGAHSatu hal yang selalu melekat dalam diriku adalah, terlalu senang dan sangat pelupa.Hari sudah beranjak malam, sunyi dan hening makin terasa. Kurenggangkan semua otot persendian yang sedari tegang, setegang pikiranku yang mengoreksi skripsi ini. Mataku mulai pedas, sejak siang tadi berkutat di depan layar laptop membuat mataku jadi perih dan sakit. Belum lagi pinggang dan juga organ lain yang mulai kaku. Kulirik ke arah ranjang, Kak Zaki masih tidur pulas, sepertinya dia sangat kelelahan terapi selama dua jam. Jangankan dia, aku saja yang menunggunya mengantuk dan lelah. Kusingkap tirai agar dirinya tidak silau, sebab matahari masih saja menyinari sisa-sisa sinarnya yang mulai redup. Perlahan kusingkap agar Kak Zaki tidak terbangun. Pelan-pelan aku keluar dari kamar untuk segera berberes rumah, karena hari mulai beranjak malam. Seperti biasa, rutinitasku kalau dirumah selayaknya tidak berubah sejak dulu. Menyapu, mengangkat dan melipat p
Read more

33. AKIBAT TERLALU RAMAH

BAB 33 AKIBAT TERLALU RAMAH Aku tidak mengerti apa yang membuatnya marah, tetapi aku memang ramah kepada semua orang. Apa tidak boleh?” Aku panik bukan main, kalut dan cemas, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi kepada Kak Zaki. Sampai aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, kakiku gemetar hebat, sangat takut jika Pak Romo tahu anak semata wayangnya ini hilang karena kecerobohanku. Sanking paniknya, aku tidak sempat berpikir untuk mencarinya. Hanya meratapi pakaiannya yang berserakan di lantai serta memegang tongka t yang tergeletak di lantai tersebut sambil menyebut namanya. “Kak Zaki.... Ya Allah apa yang harus kulakukan Kak Zaki hilang.... bagaimana ini, aku takut sekali Ya Allah, apa yang harus kukatakan pada Pak Romo,” gumamku sendiri dengan berderai air mata sambil memeluk kedua lututku. Namun, isakanku terhenti, begitu mendengar suara gesekan, aku mengedarkan pandangan dan melihat dua kaki b
Read more

34. SIKAP BERBEDA

SIKAP BERBEDA Dari semua hari ini, hari inilah yang berbeda. Dirinya bukan seperti orang yang biasanya. Namun, entah mengapa aku jadi senang. Aku heran melihat sikap Kak Zaki yang sedari tadi bersikap merajuk. Entah salah apa diriku sehingga dia bersikap seperti itu sejak turun dari taksi. Apakah perkara aku berganti pakaaian tanpa sengaja dihadapannya? Atau menangisinya karena kutakut dia hilang? Entahlah, sikap dinginnya saja sudah membuat hatiku beku apalah sekarang sikapnya yang tidak jelas ini. Ini pertama kalinya aku pergi keluar dengan Kak Zaki itupun ke supermarket. Biasanya dia akan menolak ke tempat umum, jangankan ke supermarket, duduk di depan rumahnya saja menyapa tetangga, dia tidak sudi. Namun, hari ini dia berstel rapi untuk pergi ke supermarket. Sudah lebih satu jam aku berjalan di belakangnya, mengikuti ke mana kursi rodanya pergi. Namun, satupun barang belanjaan tidak ada yang masuk ke troli. Dia bersikeras
Read more

35. MENDENGARKAN

MENDENGARKANAku sejak dulu terbiasa untuk mendengarkan, jadi aku tidak keberatan jika dirinya bercerita lebih banyak dari biasanya. Tanpa terasa waktu bergulir begitu saja, aku dan Kak Zaki sama-sama terhanyut dengan obrolan kami yang berjalan begitu saja. Aku lebih banyak mendnegarkan, Kak Zaki sendiri lebih banyak bercerita mengenai masa-masa lalunya dulu, walaupun sekarang dia masih berniat untuk mengulangi masa mudanya yang sempat terlewat. “Kalau aku bisa berjalan lagi, Rum. Aku berjanji akan meninggalkan masa laluku yang kelam itu. Sekarang aku akan lebih menghargai seperti perjuangan yang kulakukan untuk bisa berjalan lagi. “ Aku mengangguk serius, mengiakan ucapannya dengan tatapan yang penuh dengan motivasi dan keoptimisan yang dia katakan dengan berapi-api. “Yah, Kak Zaki bisa mulai hidup lebih baik lagi dan bahagia. Setidaknya pikirkan saja semua pengorbanan yang Pak Romo lakukan selama ini untuk Kakak.”“Hmmm... termasuk menikahka
Read more

36. ORANG MASA LALU

ORANG MASA LALU Yang paling menyakitkan adalah, orang-orang dari masa lalu yang datang kembali seolah-olah semua baik-baik saja, padahal tidak. “Zaki?” Suara lembut wanita itu sontak membuat Kak Zaki berhenti mengoceh. Dia menatapku seolah bertanya siapa yang memanggilnya sebelum dia menoleh ke arah suara itu. Aku pun begitu menatapnya dengan banyak pertanyaan di kepala, siapa wanita itu kenapa mengenal Kak Zaki, salah satu nama yang pernah terlintas di pikiran berkeliaran di kepalaku. Kak Zaki menoleh dan dia tertengun, tongkat yang digenggamnya tadi jatuh terkulai, seakan waktu berhenti saat itu melihat keduanya saling menatap. Kak Zaki dengan segala keterkejutannya dan wanita itu tersenyum senang seolah dirinya menemukan hadiah besar di depan matanya. “Zaki kan?” tanya sekali lagi. Aku melangkah ke depan sedikit, menyamai posisi sejajar dengan Kak Zaki, sambil memungut tongkatnya lalu memegang tangannya agar dia tidak terj
Read more

37.. TIDAK SENGAJA

BAB 37 TIDAK SENGAJA “Perasaan itu akan mulai menjalar karena sering bersama” Kami sudah berada di dalam taksi. Kak Zaki kembali ke sifatnya yang dulu, diam seribu bahasa. Selama perjalanan pulang aku duduk di sebelahnya, takut jika dirinya nanti berbuat hal yang tidak bisa kujangkau kalau aku berada di depan. Sepanjang perjalanan pulang kami lebih banyak diam. Aku tidak berani bertanya soal apapun itu. Kubiarkan dirinya dengan segala perasaan dan pikirannya yang bimbang. Orang dari masa lalunya muncul di saat dirinya mulai bisa menerima keberadaannya sendiri. “Kak kita sudah sampai,” ucapku pelan membangunkan Kak Zaki yang tertidur. Kuguncang pelan bahunya, sebentar saja dia sudah terbangun. “ Kak sudah sampai.” “Oh ya, maaf, Rum aku tertidur, lelah sekali,” ucapnya sambil menyeka sudut matanya yang sepertinya berair. Apakah Kak Zaki menangis? Batinku. Aku jadi iba kepadanya, padahal sedari tadi dia b
Read more

38. NIAT TULUS

BAB 38NIAT TULUSSekeras Apapun Hatinya, Dirinya Masih Bisa Memikirkan Kebahagian Orang Lain             POV ZAKI.             Bukan tanpa arti aku tidak memikirkan kejadian tadi malam, pertemuan pertamaku dengannya setelah kecelakaan itu. sudah sejak lama sekali aku tidak melihatnya muncul dihadapanku. Tiara dia terlihat berbeda, seperti bukan sosok yang kukenal. Dua tahun waktu yang cukup lama untuk sebuah pertemuan kembali.              “Maaf ya Zaki, kamu tahu kan aku sibuk...” Ungkapannya itu justru membuatku ingin menjauhinya. Sesibuk apa dia sehingga tidak pernah sekalipun melihatku. Aku yang mati-matian membelanya agar Papa tetap menerima dia, kesalahannya yang berselingkuh di belakangku, tetapi tetap aku masih mempertahankannya.              “Maaf, Tiara. Aku butuh waktu.... lama sekali tidak melihatmu membuatku lupa apakah aku yang melupakanmu atau kamu yang memang benar-benar melupakanku........... Rum.... Ayo pulang.”             Setidak
Read more

39. HANYA BERCANDA

BAB 39HANYA BERCANDAAku hanya merasa bahagia karena bertemu dengannya             Setelah membereskan kelas, aku duduk sambil membaca buku, sesekali melihat ponsel adakah pesan masuk dari dosen pembimbing untuk jadwal bimbingan berikutnya. Beruntungnya  minggu ini jadwal tidak begitu padat jadi lebih leluasa membuat janji dengan dosen bimbinganku. Dikarenakan jadwal Kak Zaki yang berubah di minggu depan.               Saat sedang asik membaca, aku dikejutkan oleh sesuatu yang panas di pipi.  Aku terkejut begitu melihat Bang Kemal tengah tersenyum jahil melihat ekspresiku yang kepanasan.              “Bang Kemal,” ucapku histeris.              “Melamun aja sih, sampai nggak tahu kalau aku masuk. Lagi mikirin apa sih, Rum? Sini cerita, aku siap mendengarkannya, Rumi.” Tangan Bang Kemal mengarah kepadaku memberikan satu cangkir kopi panas yang masih berasap, wajar saja kalau aku terkejut sebab panasnya menempel di pipiku.              “Makasih, Bang.
Read more

40. PERASAAN YANG TUMBUH

BAB 40PERASAAN YANG TUMBUHAku tidak tahu dengan apa yang kurasakan, tetapi aku hanya ingin menjadi pusat perhatiannya             POV ZAKI.              Aku menatap bayangan diri sendiri pada cermin besar yang ada di hadapanku, kusalahkan diri yang tidak berguna dan tak bisa apa-apa. Apa yang bisa dilihat dan di andalkan dari pria cacat sepertiku. Kusalahi keadaan yang membuatku seperti ini bertahun-tahun tanpa ada perubahan. Padahal awalnya aku sudah mencoba untuk berbesar hati untuk menerima keadaan ini dan menjalani terapi yang di rekomendasikan oleh Papa. Hari-hariku juga semakin menyenangkan berkat tulusnya Rumi menjaga walau aku selalu memarahinya.              Apa yang kulihat tadi sungguh membuat amarah ini tidak terbendung. Aku sendiri tidak tahu kenapa dada ini rasanya sakit sekali melihat Rumi bercengkrama dan bersenda gurau dengan Kemal. Di samping pria itu, Rumi leluasa tersenyum lebar dan banyak bicara. Dirinya seolah-olah seperti burung y
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status