Home / Pernikahan / MENANTU PILIHAN IBU / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of MENANTU PILIHAN IBU: Chapter 11 - Chapter 20

67 Chapters

11 . PESAN SINGKAT

Sebab yang paling salah dari jatuh cinta adalah jatuh cinta dalam diam. Tidak pernah dirinya memulai chat duluan, selalu aku, itu pun dengan alasan menanyakan tugas agar bisa berkirim pesan dengannya. Aku menutup kembali ponsel dan duduk kembali di sofa tempat semula duduk saat mengobrol dengan Pak Romo. Aku melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi, tidak terasa kami sudah menghabiskan waktu 1 jam lebih 30 menit untuk berbincang tentang masalah ini. Aku merasa tidak enak jika harus menambah waktu lagi untuk menjelaskan semua ini, padahal semua keputusan ada di tanganku saat ini. “Pak, beri saya waktu untuk memikirkan permintaan ini. Bagaimanapun saya harus mendiskusikan kembali kepada Ibu untuk hal ini. Mohon Pak Romo mengerti dengan keadaan saya saat ini,” ujarku meminta waktu kepadanya. Pria tua yang duduk dihadapanku saat ini tengah berpikir sejenak. Dirinya menarik dalam rokok yang tengah dihisapnya saat ini.
Read more

12 . RASA ITU

"Benar kata orang, wanita mampu menyembunyikan luka dibalik senyum indahnya. Siapa yang tahu jika hatiku saat ini tengah terluka. " Bang Kemal duduk dan bersalaman dengan Ibu, Ibu menatapku tajam seolah tidak suka dengan kehadiran Bang Kemal. “Rum, ikut Ibu sebentar,” ucap Ibu sambil beranjak dari tempat duduknya. Aku melirik ke arah Bang Kemal seraya tersenyum sambil memberikan tanda bahwa aku pergi sebentar, Bang Kemal mengangguk pertanda dia mengerti atas arti dari senyumanku itu. Aku mengikuti langkah kaki Ibu hingga berhenti di depan kamar, perasaan ini tidak enak saat Ibu menatapku dengan tatapan yang sama saat aku menolak menikah dengan Pak Romo. “Rum, siapa dia? Berani kau mengizinkan seorang pria datang ke rumah ini. Terlebih lagi semenjak papamu tidak ada kau mulai berlagak.” Ucapan Ibu seperti cambuk bagiku. Aku menatap wajah Ibu, padahal hari ini suasana hati ini sangat bagus, tetapi atas tuduhan yang ti
Read more

13 . FAKTA BARU

BAB 13FAKTA BARUSetiap orang selalu punya alasan untuk bertahan dan melawan. Bertahan untuk orang yang dicintai serta melawan untuk melindungi yang mereka cintai.Pukul tujuh malam aku tiba di rumah, Bang Kemal mengantarkan sampai rumah dan sengaja tidak menawarkan kepadanya untuk masuk serta menyuruhnya segera pergi. Sebab suasana hatiku saat ini benar-benar tidak bagus, aku takut jika amarah ini tidak tepat sasaran. Namun, pertemuan dengan dosen sore tadi membuahkan kabar bahagia, mungkin berita itu bisa jadi sedikit penenang bagi diriku saat ini karena sebentar lagi akan segera sidang kelulusan. Setidaknya berita itu menjadi penenang bagi hatiku yang resah saat ini. Sepanjang perjalanan pulang Bang Kemal bercerita bagaimana senangnya dia akhirnya rasa yang dia pendam selama beberapa tahun akhirnya bisa dia ungkapkan. Aku sesekali menanggapi ceritanya dan kesal padanya karena sama sekali tidak pandai membaca situasi. Aku berjalan masuk ke rumah, t
Read more

14. PERMOHONAN

BAB 14PERMOHONANSetiap permohonan meliputi harapan.Satu hal yang tidak kusadari, bahwa adikku sudah beranjak dewasa dan mampu memahami setiap permasalah hidup ini, hanya saja aku selalu bertindak sendiri dan masih menganggap mereka adalah bayi kecilku. Aku begitu terkejut saat mengetahui bahwa Riyan tahu semuanya dan baru menyadari bahwa aku sudah membuat masalah ini menjadi runyam. Seharusnya tidak pernah kumenginjakkan kaki di rumah Pak Romo. Sehingga harus terlibat terlalu jauh. Kini saatnya orang tua itu meminta, setidaknya saat dia meminta hal itu, Pak Romo mengikis keegoannya demi putra satu-satunya. Aku begitu naif menganggap jika orang tua itu tidak akan bertindak lebih jauh, jelas dia punya kuasa, kapan saja dia ingin mencelakai kami, dia pun bisa seperti halnya menyingkirkan debu.“Riyan, maafkan Kakak. Berarti kamu mendengar semuanya? Kakak bertemu Pak Romo hanya ingin menyelamatkan rumah peninggalan Papa dan juga..., juga diri Kakak
Read more

15 . SEBUAH KEPUTUSAN

 “Bagaimanapun konsekuensinya, aku harus mengambil keputusan dalam hidup sendiri. Meski berat, mungkin ini garis takdir untuk jalan hidupku.”Pondok itu Papa yang membangunnya untuk kumpul keluarga kala senja. Berubah fungsi saat aku kuliah dan menjadikannya tempat kumpul dengan anak-anak sekitar kampung untuk mengajarkan bahan pelajaran kepada mereka. Aku ingin membagikan ilmu kepada mereka saat mereka tidak bisa merasakan bangku sekolah sekaligus mengisi waktu luang dengan mengajak anak-anak kampung belajar bersama. Namun, kini pondok itu telah rata dengan tanah, aku syok sedangkan Ibu menjerit histeris tidak percaya jika alat berat itu sudah menghancurkan separuh halaman rumah ini. “Hentikan! apa-apaan kalian, siapa yang menyuruh kalian?” jerit Ibu yang sudah berlari menghadang alat berat itu bekerja. Para tetangga yang melihat hanya diam saja, kerumunan orang-orang itu seakan menambah sesak. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani menghad
Read more

16 . LELAKI BERKURSI RODA

"Baiklah jika sudah setuju, aku ingin Rumi menikah dengan anakku Zaki besok malam sebagai imbasnya, maka aku akan membiayai sekolah adik-adikmu sampai sarjana dan membiayai kehidupan ibumu. Kau tidak perlu ragu dengan kuliahmu, sampai kau ingin lanjut master pun akan kubiayai. Tapi satu hal yang tidak akan diizinkan, kau tidak boleh bekerja dan hanya harus fokus mengurus Zaki serta bujuk dia untuk berlatih jalan. Ingat! sampai dia bisa kembali berjalan seperti dulu.""Anda tidak boleh begitu, Tuan! Itu sama saja anda mengurungku. Kenapa aku harus menghabiskan waktuku dengan anak anda, Tuan. Kenapa anda tidak mengirim putra anda ke rumah sakit atau menyewa perawat untuk merawatnya, kenapa harus aku." Aku berteriak melepaskan semua penat yang seakan siap meletus sedari tadi pagi. Aku lelah menahannya. "Ya sudah, jika kau tidak mau. Aku akan menelepon anak buahku untuk melanjutkan merobohkan rumahmu." Pak Romo mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Aku mendongak
Read more

17 . LUKA YANG MENGANGA

Rasa benci ini sudah mengakar, tidak akan bisa berubah jadi suka. Kehadirannya saja sudah jelas membawa luka. Aku tidak akan pernah bisa menerimanya menjadi bagian dari hidup ini. Malam ini aku sah menjadi menantu dari seorang saudagar kaya di kampung ini, serta menjadi istri dari seorang pria yang tidak kucintai sama sekali.Prosesi akad dilakukan sesederhana mungkin,karena semuanya serba mendadak tapi tata riasnya aku suka. Acara selesai jam sebelas malam dan kini keluargaku meninggalkan diriku di rumah besar ini bersama dua pria berjiwa dingin. Aku menatap kaku ke arah kaca, pria yang kini sudah sah menjadi suamiku tampak masih tetap duduk diatas kursi rodanya menatap ke arah jendela. Tatapannya kosong, begitupun saat dia mengucapkan ikrar pernikahan, dia mengucapkannya dengan mantap tetapi dengan tatapan yang kosong. Aku menghapus riasan, tetapi tidak membuka jilbab karena aku masih merasa risih dengan keadaan yang sekarang. Suasananya begitu kaku, aku tid
Read more

18 . NASEHAT IBU

Jika kau lelah dengan semua keadaan ini, janganlah mengeluh, semoga Tuhan meluaskan kesabaran untukmu.Pagi hari, Kediaman Romo Sujadmiko.Bunyi alarm dari ponsel membangunkanku tepat di pukul 5 pagi, aku bangkit dan segera menuju kamar mandi untuk bergegas salat subuh. Kulihat Kak Zaki masih tertidur pulas di atas ranjang agungnya. Aku mendesah pelan, baru hari pertama aku merasa tak ada gunanya. Namun, mengingat kembali akan perjanjian malam itu, aku pun harus menerima semuanya. Seperti pada umumnya aku melakukan aktivitasku sehari-hari. Setelah selesai salat subuh, aku mengecek jadualku hari ini, ternyata ini hari Sabtu, aku tak punya kuliah atau pun janji untuk bertemu dosen hari ini. Aku segera berberes dikamar, ingin kubangunkan Kak Zaki, tapi aku takut jika dia akan marah padaku. Jadi aku mengurungkan niatku sambil duduk di meja belajar yang berada di dekat tempat tidur Kak Zaki. Aku mengamati tumpukan buku yang ada di rak buku meja belajar
Read more

19. KEJUTAN DI PAGI HARI

Pada akhirnya akan ada hati yang terluka atas pernikahan ini. Dan mereka tak akan peduli itu kecuali bagi yang merasakannya.Hidup di rumah yang besar bagaikan orang asing, apalagi memiliki seorang suami yang sangat dingin dan juga cuek. Aku berharap semoga batas kesabaranku kali ini tak habis. Aku mengetuk pintu kamar, tidak ada jawaban. Dan kuketuk sekali lagi tetap saja tidak ada jawaban. Aku masuk saja dan melihat bahwa Kak Zaki sedang di pojok favoritnya, sedang membaca buku sambil bertopang dagu. Kupikir dia tidur sehingga tidak menyahuti ketukan pintuku. Ternyata dia sedang menulis. Dia melirik ke arahku sekilas dan aku berjalan ke arahnya. "Kak, Bapak memanggil turun untuk makan bersama," ujarku perlahan sambil tetap berdiri di hadapannya. Dia tak menggubrisku, Kak Zaki masih sibuk dengan buku yang dibacanya. Aku tehenyak sesaat,sebab buku yang dipegangnya adalah buku yang ingin kubaca tadi pagi. Sepertinya dia meyadari jika buku itu sempat ku
Read more

20. TAMU KEJUTAN

Aku terkejut ternyata sosok Bang Kemal berdiri dihadapanku dengan membawa sebuah amplop. Dirinya pun terkejut begitu. Senyumku pudar begitu mengetahui dia yang datang. "Rum? se..., sedang apa di sini?" tanyanya bingung. Aku terdiam dan menunduk. Tak henti kumainkan jari jemariku dikala aku sedang panik seperti ini. Terdengar suara Bapak dari dalam, menanyakan siapa yang datang. Bibirku kelu ingin menyebutnya. Aku dan Bang Kemal hanya menatap tanpa saling berbicara. Banyak penjelasan yang ingin kuceritakan kepadanya, tetapi hal itu tak mungkin untuk kuceritakan disini. Tiba-tiba saja Bapak sudah ada di antara kami." Kemal, Sedang apa berdiri di situ. Sudah lama sekali tidak melihatmu, Nak. Dan Rum, kenapa tidak menyuruh Kemal masuk." Pak Romo memeluk Bang Kemal sembari menyuruhnya masuk. Aku hanya mengulas sedikit senyum saat Pak Romo bertanya kepadaku, karena memang aku begitu terkejut dengan kehadiran Bang Kemal. "Kebetulan, kami sedang sarapan, Rumi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status