Mendapat kecupan di keningnya wanita itu melabuhkan dirinya dalam pelukan dada bidang suamiku. Dia terlihat meneteskan air mata dan merangkul pinggang Mas Arman dengan erat. "Kau adalah suaminya hani, manajer yang handal, anak mertua dan adik dari mendiang suamiku, kau seharusnya ....""Ssstt jangan bilang begitu ...," ucap Mas Arman sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir mungil aruni. "Aku mungkin memegang banyak peran, tapi bagimu, aku hanya kekasih!" Ah, ucapan itu menusuk jantungku. "Oh ya?" Tatapan mereka bertemu dengan penuh keromantisan, jarak antara bibirnya dan bibir Mas arman hanya beberapa senti saja, bila bergerak sedikit mereka akan berciuman. Aku yang berada di sudut ruangan dan mengintip mereka, semakin merasa sesak di hatiku. Sakit luar biasa, seakan tombak menghantam jantungku dengan kecepatan tinggi. Lututku lemas, andai kuturutkan pasti aku terkapar seketika, tapi aku berusaha menguatkan diri."Aku sayang kamu Aruni, mungkin mereka semua tidak akan mener
Read more