Mendapat kecupan di keningnya wanita itu melabuhkan dirinya dalam pelukan dada bidang suamiku. Dia terlihat meneteskan air mata dan merangkul pinggang Mas Arman dengan erat. "Kau adalah suaminya hani, manajer yang handal, anak mertua dan adik dari mendiang suamiku, kau seharusnya ....""Ssstt jangan bilang begitu ...," ucap Mas Arman sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir mungil aruni. "Aku mungkin memegang banyak peran, tapi bagimu, aku hanya kekasih!" Ah, ucapan itu menusuk jantungku. "Oh ya?" Tatapan mereka bertemu dengan penuh keromantisan, jarak antara bibirnya dan bibir Mas arman hanya beberapa senti saja, bila bergerak sedikit mereka akan berciuman. Aku yang berada di sudut ruangan dan mengintip mereka, semakin merasa sesak di hatiku. Sakit luar biasa, seakan tombak menghantam jantungku dengan kecepatan tinggi. Lututku lemas, andai kuturutkan pasti aku terkapar seketika, tapi aku berusaha menguatkan diri."Aku sayang kamu Aruni, mungkin mereka semua tidak akan mener
Melihat wajahku yang sembab, melihat tanganku yang membiru karena dorongan ayahnya yang membuatku terjerembab di lantai, anak sulungku meneteskan air mata. "Bunda, ada apa ini, apa yang terjadi?"Mendengar suara anak kami sontak Arman langsung keluar dari ruang keluarga rumah aruni. Melihat anaknya ada di situ lelaki itu hanya bisa menarik nafas panjang dan salah tingkah. "Kalian sejak kapan di sini?""Sejak bunda di sini?""Apa yang kalian dengar?""Hubungan Ayah dengan Tante.""Ini hanya salah paham," ujar Mas Arman yang berusaha menenangkan anaknya, dia meraih pundak putraku tapi Dika malah memundurkan dirinya. "Bunda, ayo pergi, di sini ga nyaman." "Tentu, sayang. Aura dan keadaan rumah ini memang tidak nyaman karena berisikan orang-orang jahat," balasku sambil tertawa sinis. Aku merangkum anak-anak dan mengajak mereka meninggalkan tempat itu sementara suamiku hanya membeku di tempatnya, kalau sudah menyangkut anak-anak, lelaki itu tidak bisa berbuat banyak karena penilaian
Dingin....Ranjang, kamar dan suasana rumah Ini begitu dingin. Hatiku juga begitu, dipenuhi dengan aura kelabu dan kehampaan, jiwaku hancur berkeping-keping mendengar sebuah pengakuan dan melihat sendiri dengan mata kepalaku, orang yang aku cintai memeluk orang lain dan bersumpah kalau dia mencintainya. Masya Allah. Kabarnya, takdir seseorang telah tertulis sebelum mereka terlahir, riwayat itu menggantung di sebuah pohon yang bernama Lauhul Mahfudz, daunnya bergoyang saat tertiup prahara dan takdir yang akan membawanya.Lalu apa yang tertulis dalam hidupku?Kupikir pernikahan adalah sumber kebahagiaan dan ibadah terlama yang akan kulakukan. Kenapa harus ada noda, kanapa harus ada orang ketiga? Dan kenapa ujian ini harus terjadi padaku. Apa yang Tuhan janjikan dalam qada dan qadarku? Ya Allah. Aku hanya bisa mengadu. Tangis ini tersendat pilu, tertahan dan menimbulkan ketidakpuasan. Air mataku menetes di antara kegelapan malam, di atas tempat tidur yang nyaman ini aku tidak mampu m
Sepanjang perjalanan pulang pikiran tentang suamiku yang tiba-tiba jatuh ke pelukan ipar membuatku tidak habis pikir. Tak bisa kugambarkan rasa sakitnya, tak mampu ku hitung luka-luka yang menusuk hati serta penderitaan yang membuatku tak bisa tidur bermalam malam.Tak kusangka wanita yang selama ini menganggap dirinya sebagai wanita terhormat, jadi jalang yang telah merebut dan merusak kehidupan rumah tanggaku. Hatiku terbakar luar biasa, dan perasaan itu menimbulkan dendam kesumat yang membuatku membenci mereka semua. Aku kembali ke rumah dalam keadaan rumah yang masih sepi karena anak-anak sedang pergi beribadah ke masjid sekaligus mengaji,Terduduk di ruang tamu diri ini dalam keadaan lunglai lalu menangis jadi-jadinya. Aku tidak mengira bahwa hanya sampai di sini perjuanganku bersama dengan orang yang kucintai.Tadinya mimpi-mimpi itu kubangun seperti anak tangga, di mana aku dan Mas Arman akan menapaki satu persatu harapan demi harapan kami. Suatu saat kami akan punya rumah yan
*"Siapa yang mau anda temui nyonya?"Itu adalah pertanyaan di pos satpam, aku tahu masuk ke kantor suamiku bukanlah hal yang mudah karena ada prosedur dan keamanan yang harus dilewati. Aku harus punya cara agar bisa menemui atasannya, meyakinkannya kalau aku juga kompeten bekerja dan mengelola investasi. Lalu aku punya rencana selanjutnya...."Saya ingin bertemu dengan kepala SDM, saya telah membuat janji.""Dengan siapa Anda membuat janji?" Tanya petugas keamanan itu seakan ingin mengujiku, dia melihat gayaku dari atas ke bawah, sepatu dan hijab yang kukenakan serta penampilanku yang meyakinkan.Dan ya, jangan lupakan senyum menawan dan tatapan mata yang menarik hati. "Dengan beliau. Apa perlu saya meneleponnya dan Anda bisa bertanya langsung!""Oh tidak Nyonya, silakan masuk, ambil kartu pengunjung ini dan silakan tap di gerbang keamanan loby utama." "Terima kasih Pak, saya menghargainya."Sangat-sangat sedikit orang yang mengenalku sebagai kepala pelaksana proyek dan pengelola
Saat hendak berbelok keluar dari basement menuju jalan utama yang tak jauh dari taman kantor, aku tiba-tiba terkejut berpapasan dengan sebuah mobil mewah, mobil itu bergerak cepat menuju lokasi parkir sehingga membuatku kaget dan gugup, aku membanting motorku ke kiri dan seketika jatuh. Motorku terpelanting di jalan menurun menuju basement dan tentu saja aku terjungkal hingga sepatuku terlepas. Ada sensasi perih di kakiku, dan saat kulihat, betisku terluka. Mobil itu berhenti lalu orang-orang dari dalamnya keluar dan memeriksa keadaanku."Anda baik baik saja?""Iya, tapi saya terluka ...." Aku melirik kakiku yang sakit sekali, beberapa detik yang lalu aku masih bicara dengan Arman, tapi entah ke mana dia dan untung saja dia tidak melihatku karena dia bisa saja menertawaiku dan menyebut diri ini kualat. "Nyonya...." Seorang laki-laki yang terlihat seperti eksekutif muda turun dari kendaraannya. Melihat setelannya yang matching dengan dirinya yang tampan dan berwibawa, aku jadi malu
Setelah bicara dengan lelaki yang nilai jasnya bisa seharga 40 juta, dia kemudian berpamitan denganku. Dia bilang aku harus mengambil waktu untuk istirahat dan menyembuhkan kakiku. "Pak Dedi, tolong urus dia," ucapnya sambil menepuk bahu karyawannya. "Iya, Pak, siap.""Jangan ada yang terlewat," desisnya sambil mengenakan kacamata, pria berkulit putih dengan hidung mancung Itu nampak sempurna ketika mengenakan kacamata, wibawanya naik seketika dan membuat dia semakin keren saja.Benar juga ya, orang berduit selalu punya aura berbeda dibandingkan orang kebanyakan. Ah seketika aku menyadari level diriku yang tidak mungkin setara dengan mereka semua, kecuali Aku bekerja dengan giat berhasil memenangkan kepercayaan dan berprestasi dengan baik.Namun, apalah aku ini, lulusan S1 bidang ekonomi, hanya berpengalaman kerja selama tiga tahun, lalu mengundurkan diri demi memutuskan menjalani biduk rumah tangga yang penuh dengan impian palsu, aku gagal menjaga kapal yang diterpa gelombang lal
Hari berikutnya.Matahari muncul dari timur tepat menghadap jendela di mana aku berbaring dan tidur dengan pulas. Sinarnya yang kuning keemasan terlihat begitu bagus dari tempat ini, ditambah dengan cuaca pagi yang sejuk dan keheningan yang menenangkan hati. Untuk pertama kalinya setelah hampir 12 tahun menikah, aku bisa menikmati waktu sendirian dan istirahat dengan pulas. Tidak ada drama bangun pagi dan sibuk menyiapkan segala sesuatu, sibuk menyiapkan pakaian untuk suami, lalu mengelap sepatu dan menyiapkan bekal. Aku seperti diberkahi dengan sebuah kesempatan istirahat yang harus kunikmati dengan baik. Lagi pula siapa yang beruntung bisa tidur di kamar perawatan seperti kamar suite hotel yang luas. Ada ruang khusus tamu dan TV yang besar, dapur pribadi serta balkon yang menghadap ke pemandangan kota, dan jangan lupa kamar mandi yang mewah dan bathub yang menyenangkan. Ahh.Kuluruskan badan dan kurentangkan tanganku untuk membiarkan aliran darah beredar dengan baik. Lalu tak l