Setelah bicara dengan lelaki yang nilai jasnya bisa seharga 40 juta, dia kemudian berpamitan denganku. Dia bilang aku harus mengambil waktu untuk istirahat dan menyembuhkan kakiku. "Pak Dedi, tolong urus dia," ucapnya sambil menepuk bahu karyawannya. "Iya, Pak, siap.""Jangan ada yang terlewat," desisnya sambil mengenakan kacamata, pria berkulit putih dengan hidung mancung Itu nampak sempurna ketika mengenakan kacamata, wibawanya naik seketika dan membuat dia semakin keren saja.Benar juga ya, orang berduit selalu punya aura berbeda dibandingkan orang kebanyakan. Ah seketika aku menyadari level diriku yang tidak mungkin setara dengan mereka semua, kecuali Aku bekerja dengan giat berhasil memenangkan kepercayaan dan berprestasi dengan baik.Namun, apalah aku ini, lulusan S1 bidang ekonomi, hanya berpengalaman kerja selama tiga tahun, lalu mengundurkan diri demi memutuskan menjalani biduk rumah tangga yang penuh dengan impian palsu, aku gagal menjaga kapal yang diterpa gelombang lal
Hari berikutnya.Matahari muncul dari timur tepat menghadap jendela di mana aku berbaring dan tidur dengan pulas. Sinarnya yang kuning keemasan terlihat begitu bagus dari tempat ini, ditambah dengan cuaca pagi yang sejuk dan keheningan yang menenangkan hati. Untuk pertama kalinya setelah hampir 12 tahun menikah, aku bisa menikmati waktu sendirian dan istirahat dengan pulas. Tidak ada drama bangun pagi dan sibuk menyiapkan segala sesuatu, sibuk menyiapkan pakaian untuk suami, lalu mengelap sepatu dan menyiapkan bekal. Aku seperti diberkahi dengan sebuah kesempatan istirahat yang harus kunikmati dengan baik. Lagi pula siapa yang beruntung bisa tidur di kamar perawatan seperti kamar suite hotel yang luas. Ada ruang khusus tamu dan TV yang besar, dapur pribadi serta balkon yang menghadap ke pemandangan kota, dan jangan lupa kamar mandi yang mewah dan bathub yang menyenangkan. Ahh.Kuluruskan badan dan kurentangkan tanganku untuk membiarkan aliran darah beredar dengan baik. Lalu tak l
Entahlah apa yang terjadi pada Arman selama 2 hari kepergianku, sebenarnya aku mulai berasa bosan dan ingin pulang, kerinduan pada anak-anak dan suasana rumah membuatku tidak betah meski berada di kamar perawatan yang setara dengan kamar hotel bintang lima. Makan dan minum dilayani, pakaian dicuci Dan apapun yang aku butuhkan selalu ada beberapa orang yang akan memenuhi keinginanku. Jam 2 hari aku hidup sebagai seorang ratu, dan itu sangat menyenangkan. Tapi, tetap saja semua orang akan kembali pada realita kehidupan mereka yang sebenarnya.Aku di sini dalam keadaan kaki yang terluka dan tapi hidup dengan kemegahan, aku menunggu kabar baik di mana aku akan mendapatkan pekerjaan yang layak setelah berhasil meyakinkan kepala perusahaan tempat suamiku bekerja. Akan kubuktikan padanya bahwa aku akan berjalan di belakang direktur dengan id pengenal sebagai asisten pribadi atau orang terdekat dengan atasan, aku bersumpah aku akan menyulitkan kehidupan Arman hingga dia tidak betah bekerj
Dua hari kemudian. Pepatah tentang hari sial yang tidak pernah tercantum dalam kalender juga seiring dengan datangnya hari keberuntungan yang tidak pernah disangka. Suatu hari aku bertemu dengan teman kuliah dulu, yang ternyata adalah mantan kekasih Aruni. Kami tak sengaja berjumpa dan ia menyapaku di lorong supermarket saat diri ini sedang sibuk belanja. Kebetulan, kakiku sudah mulai membaik jadi anak-anak yang sudah lama tidak kuajak jalan ingin membeli beberapa peralatan sekolah dan mainan. "Hai, kau Hanifah kan?""Hai iya, aku Hanifah, tapi, ini siapa ya... "Aku agak blank bertemu pria berkacamata itu, kucoba untuk mengingat dan dia ternyata adalah teman kuliahku dulu. Dia Faris pria populer yang selalu jadi incaran banyak gadis di kampus. "Kamu Faris?""Iya, aku Faris, teman seangkatan kamu. Ga nyangka, kamu masih semanis dulu ya." Dia memuji sambil menjabat tanganku. "Ah aku ini sudah tua, sudah berubah dan tidak sehebat kalian.""Ah biasa saja. Oh ya, kudengar kau m
**"Aku mau pergi?" Lelaki terlihat rapi dengan setelan kemeja, rambutnya ditata dengan klimis dan aroma tubuhnya tercium hingga ke seluruh sudut rumah. Melihat ayahnya yang sudah tampan dan berpakaian necis biasanya anak-anak akan heboh bertanya dan minta ikut tapi mereka hanya duduk di depan televisi dan menatap Mas Arman dengan datar. Perbuatannya yang telah mengabaikan keluarga serta fakta yang kemudian terungkap pada anak-anak bahwa dia lebih memilih aruni daripada kami, membuat putra dan putriku terlihat canggung pada ayahnya sendiri. Segan, takut, kecewa dan kesal bercampur jadi satu dan tergambar jelas di wajah Dika dan Inayah. "Ada yang mau ikut?" Lelaki itu berkedip dan menggoda anak-anaknya tapi anak-anak hanya melihatnya lalu menghela nafas, mereka mengabaikannya lalu kembali fokus ke layar TV. "Baiklah, ayah tidak akan memaksa kalau kalian tidak mau ikut, tapi jangan menyesal karena ayah akan pergi ke pesta makan bersama tante aruni dan Gilang."Hah, ya ampun!Kini di
Dan sekarang... Setelah semuanya jadi begitu jelas, aku yakin aruni akan membutuhkan banyak usaha dan kebohongan untuk meyakinkan Mas Arman agar semua foto dan pernyataan yang lontarkan pada suamiku terdengar seperti sebuah setingan saja. Wanita itu harus berusaha keras mencari alasan atau bahkan mungkin dia harus effort membayar seorang ahli untuk menyatakan bahwa foto yang kuperlihatkan pada Arman hanya sebuah editan. Dia akan sulit untuk menutupi kebohongan, sungguh sangat sulit. Tak dipungkiri, mengingat Arman sendiri tahu sifat aruni dan bagaimana hubungan mereka telah berkembang sejauh ini. Aku rasa suamiku tak meragukan kalau apa yang kukatakan itu ada benarnya, aruni wanita yang centil, dia ambisius, licik, pandai menggoda dan dia akan lakukan apapun untuk dapatkan keinginannya. Arman pasti menyadari itu cepat atau lambat.*"Dan kenapa kau masih duduk di sini?" tanyaku pada lelaki berbaju batik itu, dilihat sekilas siluet wajahnya semakin tampan saja, hidung mancung denga
Ucapanku membuat orang-orang yang ada di sekitar situ tertawa, mereka langsung tertawa dan sontak saja gundik suamiku merasa sangat malu, dia mencengkram tangannya dan wajahnya terlihat merah padam menahan amarah. "Lalu kau yang menghina kesenangan kami, Apakah kau sedang menunjukkan kecemburuanmu? Kau dengki kan?" Suamiku sontak saja memasang badan untuk kekasihnya itu. Orang-orang yang kebetulan berada di depan toko emas yang berdampingan dengan ATM, berkerumun dan penasaran atas percakapan kami. "Apa? Buat apa dengki dengan wanita obralan?""Mas, ucapannya sangat keterlaluan," bisik wanita itu sambil bersembunyi di belakang punggung suamiku, dia mengadu dan meminta agar Arman menghukum diri ini dan membalas perkataanku dengan kejam. "Dasar wanita durhaka, tak akan kutinggalkan dirimu andai kau istri yang baik!""Wwwuuuuuu!" orang-orang yang berkerumun bersorak, mereka mencibir perkataan suamiku, tapi mas Arman malah acuh tak acuh saja, justru dia semakin merasa nyaman menunjuk
Aku menangis pilu melihat jemariku yang mengeluarkan cairan merah, aku memegangnya dengan gemetar, sementara lelaki itu menjambak jilbabku, dan mengancam diri ini."Kalau kau masih mengulangi kelancanganmu, maka bukan saja akan kuceraikan kau, tapi akan kusiksa dan kucabut seluruh pakaianmu di jalan raya! Agar kau tahu bagaimana buruknya dipermalukan!" desisnya sambil mendorong kepalaku dengan keras.Sikapnya yang telah begitu keterlaluan menciptakan pijar api di hatiku. Dengan teko keramik berisi susu dingin, tiba-tiba keinginan untuk membalas perbuatan terlintas seketika, keinginan untuk menjadikan benda keras itu sebagai senjata muncul kuat di hatiku hingga aku mengikutinya. Kuraih teko itu dengan tanganku, dan selagi lelaki itu bersiul sambil berjalan terseok menuju ke kamar, aku mengikuti di belakangnya dan...Pranggg!Teko itu pecah di kepalanya, pria it tersungkur dan langsung tak sadarkan diri.*Pukul dua malam.Perlahan lelaki itu mengedipkan mata, mulai bangun dari tidur pa