All Chapters of Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami: Chapter 31 - Chapter 40

123 Chapters

31. Debat dengan Sarah

Mario keluar dari rumah. Tante Ruth mengalihkan perhatian ke Vena. Dia kelihatan kecewa dan sangat marah. "Kamu keterlaluan." Vena menoleh. Dia kembali membela diri, "Tante, tolong dengar Vena dahulu. Vena memang diculik. Vena dijebak—“ Kini perhatiannya teralih ke wanita yang diam saja di samping Tante Ruth alias Sarah. Dia menuduh, "kamu ... Kamu memang sengaja menjemputku agar aku nggak datang sama Mas Mario 'kan?” Sarah menahan tawa ketika menjawab, "Kok malah menuduh yang enggak-enggak? Saya salah apa? Harusnya kamu terima kasih saya sudah antarkan kamu ke panti asuhan, kamu sendiri yang nekad menemui mantan suami kamu sendirian." Vena sudah tahu kalau memang dijebak. Ini berarti sejak awal Darah dan Daniel sudah saling kenal. Dia menuding wanita itu, lalu kembali bicara ke Tante Ruth. "Tante, dia sengaja mengajak Vena ke panti asuhan lebih dulu. Dia merayu Vena buat nggak menunggu Mas Mario." Tante Ruth malah mengomelinya, "Ya terus kamu ngapain menuruti dia? Lagian bodoh a
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

32. Sikap Mario

Vena duduk sendirian di pinggiran ranjangnya. Entah sudah berapa lama dia ada di situ. Tetapi, kejadian pagi tadi tak bisa lenyap dari pikirannya. Hati pun terasa hancur.Dia sudah berkali-kali menghubungi sang suami. Hanya saja, tak ada jawaban sama sekali. Nomor pria itu tak bisa dihubungi. Apa semarah itu Mario padanya?Menyesal. Itulah yang dirasakan oleh Vena. Kalau saja, dia tahu bahwa Daniel bisa berbuat serendah ini, dia takkan sudi pergi sendirian.Tante Ruth semakin membencinya, dan sekarang Mario pun tak mau pulang?Air mata jatuh membasahi pipinya. Dia tak tahu harus berbuat apa. Jadi, ini yang dimaksud oleh Daniel? Semua akan berakhir? Rumah tangganya yang baru saja terbentuk akan berakhir?Dia sadar diri kalau hanyalah wanita biasa— harusnya dia berpikir dua kali menerima pinangan dari Mario. Tetapi, dia tulus mencintai pria itu, bukan karena dia seorang milyarder atupun dari keluarga terpandang.Memangnya tidak boleh dia menjadi istrinya?Tak berselang lama, terdengar s
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

33. Rencana Mereka (a)

Bianka sudah bosan duduk di kafe selama setengah jam. Sementara itu, ibunya tampak duduk di sebelahnya— tengah minum jus jeruk."Ma, sampai kapan kita akan di sini? Mau apa juga siang-siang di kafe kecil begini? Mana makanannya nggak enak. Mending tadi kita ke mall saja," kata Bianka melihat sekitar yang sepi pengunjung. Dia tak percaya ibunya malah memilih untuk nongkrong di tempat beginian.“Shhh ..." desis Ibu Layla begitu melihat seorang wanita paruh baya yang masuk ke dalam tempat ini. ”Itu dia datang. Dia celingukan, pasti takut kalau ketemu wartawan atau orang yang kenal.“Bianka menengok ke pintu masuk kafe, dan terkejut melihat Tante Ruth di situ. Dengan suara lirih, dia bertanya, ”dia bukannya Tante-nya Mas Mario? Kok dia ke sini, Ma? Menemui kita?""Iya, dong. Mama yang undang, nggak mengira juga kalau dia mau datang.“"Buat apa?""Sudah, nanti kamu juga tahu.”Mereka tak berkata apapun lagi karena Tante Ruth sudah ada di hadapan mereka. Iya, wanita itu kelihatan gelisah s
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

34. Rencana Mereka (b)

Vena menghela napas panjang ketika masuk ke dalam apartemen Daniel. Baru kali ini, dia memasuki tempat ini. "Pagi, akhirnya kamu datang juga," kata Daniel saat mempersilakannya masuk. Vena berhasil mengendalikan perasaan tegangnya. Dia memberikan tatapan tajam ke mantan suami itu. "Ini pertama kalinya aku masuk ke apartemen kamu." "Oh itu jelas, nggak mungkin aku bawa kamu ke tempat yang aku jadikan tempat bersama selingkuhanku dahulu." "Sekarang kamu ngaku?" Tak ada jawaban dari Daniel. Dia menutup pintu. Kemudian, perhatiannya mengarah ke Vena. Senyum tipis menghiasi bibirnya. Vena masih meliriknya. "Apa?" Daniel menikmati tatapan geram mantan istrinya tersebut. "Masih dendam sama aku? Masih sakit hati? Masih kecewa?" "Aku nggak sakit hati perkara itu, aku cuma baru sadar kalau kamu memang benar-benar nggak tahu diri. Sekarang kamu ngaku kalau kamu dulu selingkuh, di media— kamu menuduhku yang selingkuh sama Mas Mario sampai akhirnya menikah." "Orang yang pertama k
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

35. Rencana Mereka (c)

"Apa-apaan kamu ini!" Berulang kali, Vena membentak Daniel sekaligus mendorongnya agar menjauh. Tetapi, berkali-kali pula, dia kembali jatuh ke atas ranjang. Detak jantungnya berdebar tidak karuhan. Dia tidak mengira Daniel akan sampai seperti ini. Rasa takut seolah mengguyur tubuh seketika. Daniel tersenyum jahat. Dia bahagia melihat mantan istrinya berada dalam genggaman. "Tenang saja, Vena, pasrah saja, oke? Aku janji akan menjadikanmu istri kedua, Bianka pasti setuju kita jadi keluarga, jadi—" "Stop!" Vena sekuat tenaga mendorong Daniel. Kemarahannya berhasil membuat dia terbebas dari tindihan pria itu, dia pun turun dari ranjang dengan cepat. Tetapi, ketika dia akan berlari, tangannya keburu disambar oleh Daniel. Pria itu menariknya lebih kasar sampai kembali jatuh di atas ranjang. "Mau ke mana kamu? Kamu nggak bakalan bisa lepas dariku sekarang ... kamu nggak akan punya kesempatan bersama siapapun kecuali aku," katanya masih menyeringai. "Kamu sudah gila! Kamu ingin aku p
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

36. Laporan Polisi

Baik Mario, Vena, maupun Daniel berada di ruang santai kantor polisi untuk bermusyawarah. Di sana, sudah terdapat beberapa polisi dan juga pengacara masing-masing.Sudah hampir setengah jam, Mario dan Daniel sailng berdebat tentang semua permasalahan mereka.Mario melaporkan Daniel dengan tuduhan fitnah, mencemarkan nama baik sekaligus perbuatan tercela terhadap istrinya. Sementara itu, Daniel membantah, dan balik melaporkannya atas tindak kekerasan yang diterima."Saya nggak ada niatan untuk menyelesaikan semua ini secara kekeluargaan karena dia bukan keluarga saya," kata Daniel melirik Mario. Terlihat, ada perban yang membalut area bagian hidungnya. "Kamu pikir saya ada niat damai sama kamu, hah?" balas Mario. Dia duduk di sofa lain bersama seorang pria empat puluh tahunan alias sang pengacara."Saya nggak terima dengan tindakan kekerasan yang lakukan, Pak Polisi. Bukti dari saya itu sudah jelas, jadi mending Bapak-Bapak sekalian, segera tangkap Pak Mario Winata.""Seenaknya saja k
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

37. Kekecewaan Tante Ruth

Selama perjalanan, tak ada yang bicara. Tante Ruth membawa Vena kembali ke kediamannya.Vena bingung dibawa ke sini, tapi dia diam saja dan mengikuti sang bibi masuk ke dalam rumah.Langkah Tante Ruth cukup tergesa-gesa. Dia segera menutup pintu begitu Vena masuk ke dalam."Akhirnya sampai juga ... untung nggak ada wartawan atau orang nggak jelas tadi di depan pagar," katanya kemudian.Vena bertanya, "Tante buat apa Vena diajak pulang ke rumah Tante?""Kamu pikir saya jemput kamu buat mengantar kamu pulang ke rumah Mario? Kamu pikir saya ini siapa kamu? Sopir?"Tanggapan Tante Ruth begitu dingin padahal itu hanya pertanyaan biasa. Hal ini membuat Vena semakin tidak nyaman. Dia bertanya lagi, "terus kenapa Vena diajak ke sini, Tante?""Saya nggak mau kamu pulang ke rumah Mario dulu, pokoknya sampai masalah ini selesai, kamu diam saja di rumah ini! Jangan keluar, lalu buat masalah lagi!""Tapi, Tante—""Nggak!" sela Tante Ruth ketus. "Kamu nggak sadar sudah mempermalukan keponakan saya
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

38. Perjanjian Bisnis (a)

Vena duduk di sofa ruang tamu. Dia masih tertunduk lesu, tak berani berkata apapun atau ke manapun.Jika memang ini yang terbaik bagi Tante Ruth, maka dia akan menurut untuk tetap berada di rumahnya.Tak lama kemudian, ada seorang gadis remaja yang keluar dari dalam. Dia membawa segelas jus jeruk."Kak Vena ..." sapanya dengan nada ceria. Dia menaruh jus itu di atas meja, kemudian ikut duduk di samping Vena."Oh, Monica?" Vena mengusap air mata, berusaha agar tak terlihat menyedihkan. "Kamu apa kabar? Bagaimana sekolahnya? Katanya SMA kamu kemarin ada acara besar itu, ya?""Iya, Kak. Nggak terlalu besar, kok." Gadis bernama Monica itu enggan membahas dirinya. Dia mengalihkan pembicaraan, "Kak, maaf kalau Mama tadi agak keterlaluan. Mama gampang emosian akhir-akhir ini.""Mungkin karena Kakak datang di keluarga kamu. Mama kamu benar, kakak ini kurang—"“Jangan ngomong kayak gitu," potong Monica sembari menggelengkan kepala. Suara gadis ini begitu lembut, tak mau Vena kian sakit hati. "
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

39. Perjanjian Bisnis (b)

Mario membaca surat perjanjian dari pihak Daniel dengan seksama. Dia tahu kalau ini hanyalah tipuan, pasti ada niat terselubung dengan permintaan semacam ini.Tetapi, dia lelah dengan semua ini. Dia seharusnya tidak ada waktu mengurus hal tidak penting begini. Kepala terasa pening seharian berkutat dengan dokumen dan dokumen di kantor polisi.Di dalam ruang tunggu, dia duduk di sofa, ditemani dengan sang pengacara serta asisten pribadi yaitu Daffa. Mereka bertiga membaca semua berkas penting."Sebenarnya nggak ada masalah sama perjanjian yang dibuat sama Pak Daniel. Ini perjanjian normal, sama-sama menguntungkan," kata Daffa yang sudah selesai membaca seluruh isi dari surat perjanjian. Dia memberikan pendapatkan kembali, "kalau menurut saya, dalam hal berbisnis, ini cukup menguntungkan bagi kita, Pak, tapi kalau menyangkut urusan pribadi— saya rasa memang nggak usah berhubungan sama Pak Daniel."Mario berpikir sejenak, masih tidak menjawab. Apa sekarang Daniel akan berhenti mengganggu
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

40. Di Rumah Tante (a)

Vena mencetak adonan donat dengan gelas karena keterbatasan alat. Dia melihat Monica yang setia di sampingnya."Barusan Kak Mario telpon apa?" Dia bertanya. Sesekali melihat Monica, sesekali fokus ke adonan donatnya.Monica menjawab, "katanya nanti kalau sudah selesai, Kak Vena diminta telpon balik. Kak Mario kayaknya pulang malam, jadi Kak Vena bakalan dijemput sama sopir.""Tapi—“ Vena berhenti sejenak, mengingat permintaan Tante Ruth. "Kayaknya nggak mungkin, Mama kamu minta Kakak tetap di sini sampai masalah selesai.""Nggak usah dituruti kata Mama, Kak. Sudah santai saja. Masa iya Kak Mario sendirian di rumah?”Tak ada jawaban dari Vena. Dia kembali mencetak donat kecil-kecil hingga selesai. Kemudian, dia melihat tingkat kepanasan dari minyak goreng. Baru setelah itu, mulai memasukan satu per satu dari donat.Monica takjub. "Wah, bagus banget, loh, Kak!“ Dia siap-siap dengan selai coklat dan topping seadanya. "Sayang banget di rumah cuma ada selai coklat sama topping meises warna
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more
PREV
123456
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status