Home / Horor / Jerat Pemikat / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Jerat Pemikat: Chapter 51 - Chapter 60

122 Chapters

bab 51

..“Bawa aku pulang, Randu. Aku tersesat, sama sepertimu,” ucapnya dengan terisak, lalu memelukku. Namun, aku bisa merasakan tangannya dingin. “Tidak! Kamu bukan Nona Lisa.”Teringat dengan kejadian saat pertama kali masuk dunia lain, makhluk itu mirip dengan Syarifah dan mungkin ini juga sama, dia bukan Nona Lisa. Dia pasti bukan Nona Lisa. Dia pasti hanya siluman yang menyerupai orang orang terdekatku.“Aku ingin pulang bersamamu, Randu. Tolong aku,” isak Nona Lisa yang aku sudah memantapkan hati, tak lagi tergoda dengannya. Angin besar seperti berputar, langit mendadak gelap seperti akan turun hujan. Dia mendekat padaku, lalu menarik tanganku. Benar saja, hujan turun. Kali ini aku merasakan airnya. Beda dengan saat gelap tadi. Air ini terasa basah dan aku bisa memegangnya. Namun, bukankah hanya manusia yang bisa merasakan tubuhnya merasakan benda benda di dunia? Apakah ini pertanda aku masih hidup?“Kita harus berteduh, Randu. Ayo kita pulang!” ajaknya.Aku langsung mengibaskan
Read more

bab 52

Aku masih seperti orang bingung. Tak sadar dan tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi deganku. Semuanya seperti berputar putar di otak tapi tak bisa aku ungkapkan. Mulut hanya bisa mengeluarkan napas saja, selebihnya memanggil Emak itupun hanya sekali setelah minum air yang diberikan Hamzah. Setelah itu seperti ada angin yang berhembus yang akhirnya membuatku merasa jadi aneh. Entah apa yang terjadi pada diriku ini. Aku diajak menuju ke ruangan di mana biasanya Ustad Husni meruqyah orang orang yang datang padanya dengan keluhan aneh. Di sini aku berada. Dikerumuni banyak santri santri, lalu mereka membacakan ayat ayat dan zikir serta doa. Kali ini mataku seperti berkunang kunang. Aku beberapa kali mengerjap, lalu seperti ada rasa kantuk yang mendadak terasa. “Jangan tidur, Randu. Tahan,” ucap Ustad Husni. Aku tak merespon. Seperti ada yang memaksaku untuk tidur. “Kamu dengar aku, Randu? Jangan tidur dan lawan hawa mengantuk itu kalau kamu ingin bebas dari aura negatif pada dirim
Read more

bab 53

“Syarifah sudah Bapak lamarkan untukmu. Dia bersedia untuk kamu nikahi, kalau kamu sudah siap … ijab Qobul bisa dilaksanakan,” ucap Bapak membuatku langsung tercengang. Secepat ini ternyata niatku disambut baik oleh Syarifah. Apa mungkin dia selama ini mencintaiku? Apa selama ini diam diam dia terpesona dengan kegantenganku.“Pak Ustad, anak EMak kesurupan lagi kah? Dia bengong lagi pak ustad,” ucap Emak yang langsung membuatku tersadar. “Enggak, Mak. Randu sadar.”“Firdaus Hanafi, mau dipanggil siapa? Firda, Daus, Hana, Hanafi?” tanya Hamzah.Aku tersenyum. Terserahlah mereka mau memanggil apa. Namun, rasanya masih tersemat nama Randu di dalam hati ini. Selain unik, nama Randu adalah simbol kegantenganku. Dari nama itu aku bisa mendapatkan kesempatan jadi suaminya Nona Lisa, meski hanya sebatas lewat saja.“Jadi kapan ijab Qobulnya, Mak? Saya sudah siap,” ucapku langsung.“Kya … Fir udah nggak sabar tuh,” kekeh Ustad Husni.Aku tersenyum lalu menggelayut pada pundak emak. Emak me
Read more

bab 54

Selama beberapa hari di pondok pesantren, aku tak melihat Syarifah pasca aku sadar seutuhnya. Mereka entah ke mana membawa Syarifah, bahkan Hamzah saja tak memberitahukan aku di mana dia pergi. Aku diminta Emak juga nggak boleh keluar dari rumah singgah ini dan tentunya, dilarang menunju ke asrama putri atau ke rumah ABah Yai. Padahal jaraknya hanya beberapa langkah saja dari asrama putra dan juga putri.Pagi ini, selepas mandi, aku putuksan menemui Abah Yai. Aku ingin menanyakan perihal keseriusan Syarifah yang mau aku nikahi. Aku tak tahu ini mimpi atau bukan, yang jelas aku ingin memulai semuanya dengan normal.“Bah, lagi santai?” tanyaku pada Abah Yai yang sedang duduk sambil memegang kitab entah apa.“Oh, sudah sehat, Fir?” tanya Abah.“Sudah, Bah. Ini alhamdulillah udah bisa jalan jalan keluar kamar. Namun, mohon izin … apa boleh saya berbincang serius berdua?” tanyaku.“Silahkan. Mau bicara apa?” Abah Yai meletakkan bukunya, lalu tersenyum ramah padaku. Aku diminta duduk di dep
Read more

bab 55

.“Terus mau nya kapan?” tanya Hamzah.“Terserah Fir aja, gue kan manut.” Syarifah menjawabnya tanpa menatapku. “Ya kali lo mau usul, Peh. Mau dan siapnya kapan,” ucap Hamzah.“Besok, mau nggak?” tanyaku.“Be-sok?” Syarifah terlihat kaget sedangkan Hamzah hanya menggelengkan kepala.“Iya kan? Daripada lama lama bikin dosa karena nggak boleh berdua, kalau dan nikah kan enak. Bisa ngapa ngapain berdua, bikin anak misalnya.” Aku menjelaskan sedangkan Syarifah mencubit pahaku. Duh, belum apa apa udah KDRT duluan ini bocah, untung calon bini. “Yakin mau besok? Memangnya mahar udah disiapkan? Seserahan? Terus, yang buat makan makan di walimahan? Terus yang buat ngurus ngurus ke KUA? Butuh waktu, Fir. Nggak secepat kayak orang bikin anak, gila aja lo!” umpat Hamzah dan aku terkekeh mendengarnya.“Kan hanya usul.”“Nanti ini bisa didiskusikan sama Abah aja, Mas Hamzah. Soalnya Ifah nggak tahu baiknya kapan, maunya sih memang nggak usah lama lama. Biar bisa jewer telinga suami yang suka ba
Read more

bab 56

Hari pernikahan akan digelar. Suasana langit sangat mendung, tapi tak hujan. Hawa dingin sudah terasa sejak pagi, bahkan ingin rasanya aku tak mandi jika pantas. Sayangnya, Emak dan Mbakku mengomel karena di jam 7 pagi, aku masih mengenakan sarung dan bau iler katanya. Selepas subuh, aku memang tidur lagi karena malamnya tadi di rumah ini mengadakan syukuran dan mengundang banyak orang untuk ikut mendoakan acara ijab kabul besok. Selain itu, malam tadi aku juga tak bisa tidur. Entah kenapa. “Mau nikah jam 8, bisa bisanya kamu baru bangun, Fir Fir,” omel Mbak SIti.“Kan udah ada Mbak Siti dan yang lain, pengantin kan raja,” kekehku.“Raja mana yang mau pergi tapi nggak mandi? Ini kan juga kamu yang nikah, bisa bisanya belum apa apa,” omel Mbak Siti lagi. “Ini mau mandi, Mbak. Jangan marah marah terus, Mbak. Nanti malah tuaan Mbak daripada Emak,” ucapku membuat semua orang yang ada di rumah Emak tersenyum dan menggelengkan kepala melihatku yang sedang adu suara dengan Mbak Siti.Mb
Read more

bab 57

Akad digelar di masjid pondok pesantren. Saat aku sampai, iring iringan anak anak santri menambah gemerubuk jantung yang sama cepatnya dengan tabuhan rebana yang dimainkan. Aku memaksakan diri tersenyum, meski sebenarnya sungguh luar biasa rasanya. Padahal yang akan aku nikahi adalah wanita yang biasa bermain dengan ku sejak kecil. Namun, rasanya … deg degan guys. Siap nggak siap, menikah harus terjadi hari ini.Aku disambut keluarga Abah Yai, Ustad Husni dan juga para pengajar pondok yang lain. Mereka tersenyum dan memelukku saat baru sampai di depan masjid. Aku membalasnya dengan senyuman termanis, lalu menengok pada gerombolan ibu ibu yang heboh memfotoku. Ada juga teman teman Emak di sawah yang sangat heboh bersalaman dengan Emak dan Bapak. Mungkin, menikahnya aku adalah prestasi yang benar benar luar biasa bagi Emak dan Bapak. Umur sudah kepala 3, jelas tak lagi muda untuk sebagian orang di desaku untuk menikah.Aku sedikit celingukan, tak melihat ada Syarifah di sana. Sudah beb
Read more

bab 5 8

Bab 58Memang karena tak ada hajatan besar, selepas ijab Qobul selesai aku ajak Syarifah pulang ke rumah satu hari setelahnya. Selain karena di pesantren ini Syarifah juga selama ini tidur di asrama putri, aku pun tak nyaman untuk menikmati romansa pengantin di tempat keramaian. Bisa bisa saat sedang proses persilangan, diganggu suara anak anak yang gaduh berebut tempat tidur juga seperti saat malam pertama kemarin. Aku dan Syarifah tidur terpisah lantaran Syarifah yang menemani teman temannya yang lain di asrama putri. Juga menghormati tamu lain yang menginap.“Abang mau langsung pulang, Bang?” tanyaku pada Abang yang malam ini sudah berkemas, padahal baru sehari aku menikah dengan Syarifah.“Abang nggak bisa cuti lama lama, bisa kena omel atasan, Fir. Lagian, Abang udah beberapa hari di sini. Urusan kamu nikah dan syukuran Emak kan sudah selesai, lagian di sini masih ada Siti.”“Siti juga pulang, Bang,” ucap Mbak Siti tak mau kalah.“Pulang semua, sepi rumah Emak,” ucapku.“Kamu d
Read more

bab 59

Setelah malamnnya Bang Topan pulang, paginya Mbak Siti juga pulang dengan suami dan anak anaknya. Saat ini, rumah sudah sepi karena semuanya sudah pergi. Tinggalah aku, Syarifah, Emak dan Bapak. Aroma masakan sudah tercium kala aku baru bangun tidur. Empat hari setelah jadi pengantin baru, kami masih sama sama tersegel lantaran sibuk wara wiri dengan segala hal. Badan yang capek dan suasana yang memang tak mendukung membuat kami menunda untuk kesenangan terlebih dahulu.Suara murottal dari masjid menandakan waktu adzan subuh sudah sejak tadi berkumandang, aku pun melihat jam sudah pukul 5 pagi. Pintu kamar terbuka pelan, lalu nampak Syarifah muncul dengan sarung dan juga koko di tangannya.“Semalam cari ini kan?” tanyanya.“Iya. Udah kering memangnya?” tanyaku. Aku memang sempat mencari sarung baru dan koko baru pemberian Abah. Niatnya mau aku jadikan pakaian solat, ternyata sudah dicuci Syarifah dan belum kering.“Udah.”“Kenapa nggak bangunin aku sholat subuh?” tanyaku. “Takut ng
Read more

bab 60

Pagi ini aku bangun lebih awal. Tentunya karena setelah aksi liarku yang menyenangkan, aku pun harus bangun pagi dan memanaskan air untuk Syarifah mandi. Kasihan kalau dia bangun agak siangan, kepergok Emak atau Bapak yang mau subuhan. Berhubung di sini pakai tungku, aku pun membuat api terlebih dahulu. Tak susah melakukannya, aku sudah terbiasa sejak kecil. Sebenarnya ada gas, cuma kosong karena Emak jarang memakainya. “Le, lek opo?” tanya Emak.“Mak? Udah bangun? Suaranya kedengaran ya?”“Nggak, ini udah jam 4. Emak biasanya memang bangun jam segini. Kok kamu bikin api? Mau buat apa?”“Biasa, Mak. Penganten baru, takut masuk angin kalau pake air dingin, Mak.” Aku nyengir saja.“Oalah. Ya udah, sini! Biarkan Mak yang lanjutkan,” ucap Emak menyingkirkanku.“Nggak usah, Mak. Nanti Ifah malu kalau EMak liatin kita mandi. Mamak ke mushola atau di kamar sajalah. Ya?”“Kenapa malu? Mak juga sudah biasa mandi pagi. Nggak harus jadi pengantin baru untuk keramas pagi pagi juga.”“Tapi, Mak …
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status