Share

bab 54

Selama beberapa hari di pondok pesantren, aku tak melihat Syarifah pasca aku sadar seutuhnya. Mereka entah ke mana membawa Syarifah, bahkan Hamzah saja tak memberitahukan aku di mana dia pergi. Aku diminta Emak juga nggak boleh keluar dari rumah singgah ini dan tentunya, dilarang menunju ke asrama putri atau ke rumah ABah Yai. Padahal jaraknya hanya beberapa langkah saja dari asrama putra dan juga putri.

Pagi ini, selepas mandi, aku putuksan menemui Abah Yai. Aku ingin menanyakan perihal keseriusan Syarifah yang mau aku nikahi. Aku tak tahu ini mimpi atau bukan, yang jelas aku ingin memulai semuanya dengan normal.

“Bah, lagi santai?” tanyaku pada Abah Yai yang sedang duduk sambil memegang kitab entah apa.

“Oh, sudah sehat, Fir?” tanya Abah.

“Sudah, Bah. Ini alhamdulillah udah bisa jalan jalan keluar kamar. Namun, mohon izin … apa boleh saya berbincang serius berdua?” tanyaku.

“Silahkan. Mau bicara apa?” Abah Yai meletakkan bukunya, lalu tersenyum ramah padaku. Aku diminta duduk di dep
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status