Semua Bab SUPER CHEF WHO LOVES ME : Bab 11 - Bab 20

92 Bab

IKATAN BATIN YANG KUAT

"Oh my God! Aku jadi ingat semua. Bang Rendi dapat ini dari mana?"tanya Adista dengan berurai air mata. Meski masih samar-samar dalam ingatan, tetapi Adista sudah bisa mengingat sedikit demi sedikit peristiwa tragis yang pernah dialaminya saat masa kanak-kanak dulu."Boneka ini jatuh, saat Nona diselamatkan oleh seorang bapak-bapak. Sebelum pesawat terbang meledak,"ungkap Rendi menceritakan kembali peristiwa tragis yang sempat disaksikan belasan tahun yang lalu.Oleh karena dia saksi utama, maka dari itu Dokter Pamela merengkrutnya jadi staf ahli di laboratorium klinik. Kini, boneka yang disimpan oleh Rendi telah menemukan tuan putrinya. "Akhirnya, semua jadi jelas. Nona pasti tahu dengan maksudku," ucap Rendi dengan ekspresi lega. Dokter Pamela kehabisan kata-kata karena saking bahagianya. Dari kedua pelupuk mata mengalir deras bulir-bulir bening.Ya, wanita yang telah belasan tahun dalam kesendirian tak berujung dan hanya punya satu keyakinan bahwa sang putri akan kembali ke peluka
Baca selengkapnya

PERTEMUAN KEMBALI

"Anak Nyonya dirawat di Rumah Sakit Mayapada Medica Gedung Seroja laantai 8 nomor 2204." "Terima kasih atas bantuannya, Pak,"ucap Adista sembari memberikan lembaran uang. "Saya harus lekas ke rumah sakit. Silakan lanjutkan tugas Anda. Maaf, merepotkan.""Baik, Nyonya. Saya permisi."Adista berjalan penuh percaya diri. Dia dulu hanya seorang perawat junior yang selalu mengemis pekerjaan dan tidak pernah memakai pakaian bagus bahkan jarang makan menu mahal karena kemiskinan.Dia lakukan penghematan biaya demi mencukupi kebutuhan keluarga, terutama biaya pengobatan bapaknya. Adista merasa bangga sebagai anak orang miskin yang bisa mengenyam pendidikan tinggi hingga menjadi seorang perawat. Namun, itu kisah masa lalu Adista yang gadis lugu dan miskin, meskipun cantik.Kini, dirinya seperti terlahir kembali sebagai wanita cantik yang terlahir dalam keluarga konglomerat. Adista telah memiliki semua impian para wanita. Dia memiliki segala kualifikasi yang tinggi, lulusan kedokteran luar n
Baca selengkapnya

DYLAN TERSENYUM LEBAR

"Dokter akan memeriksa pasien." Tiba-tiba Femy muncul memberitahu jadwal pemeriksaan. Adista menoleh dan kaget begitu bertatap mata dengan perawat tersebut, lagi. Ini orang dibayar berapa oleh Vira, batin Adista. Perawat dekat ranjang Gilbert mengamati Adista dan menjadi terkesiap. Ya, dia merasa mengenali gesture tubuh wanita cantik di depannya. Tali kasih persahabatan di antara keduanya masih kuat terasa. Wanita perawat ini mendekat ke arah Adista. "Apa kabar?" Sapaan dari Maya membuat Adista mati kutu sesaat dan beruntung bisa segera mengendalikan diri. Dokter cantik lulusan University of Auckland tersenyum manis lalu balik menyapa,"I'm fine. Thanks you " Maya pun dibuat tercengang saat mendengar suara Adista yang familiar di telinganya. Namun, perawat ini buru-buru menyangkal bahwa Adista tidak sefasih itu dalam berbahasa Inggris. Dirinya telah salah orang. Padahal, andai benar seperti dugaannya, Maya akan bercerita banyak tentang sikap intimidasi Femy dan Vira terhadap diriny
Baca selengkapnya

SEMBUNYI BIKIN PENASARAN

"Alergi seafood bisa sakit macam gitu? Dia sempat pingsan tadi.""Ya, memang itu salah satu gejala alergi seafood. Macam-macam gejala alergi itu. 1. Ada yang kulit terasa gatal dan kering (eksim), sakit perut, diare, mual, dan muntah. 2. Hidung tersumbat, mengi, dan sesak napas. Bengkak di bibir, wajah, lidah, dan tenggorokan. 3. Kepala terasa pusing hingga pingsan. Pada kondisi tertentu, reaksi alergi bisa menjadi sangat serius dan membahayakan nyawa penderitanya. Kondisi ini disebut juga syok anafilaktik. Paham?"Dylan mendengar penjelasan dari Nugraha langsung tersenyum. Semakin yakin dirinya akan status Gilbert. "Oke. Gue bahagia dengar penjelasan lu. Pamit dulu.""Gila, lu. Ada yang sakit, malah bahagia.""Lu mau ke mana?"tanya Nugraha heran."Yang gue tahu, alergi itu dipengaruhi oleh gen dan alergi dia sama kayak gue. Thanks, Bro." Dylan beranjak meninggalkan ruangan dengan senyum lebar menghiasi kedua pipi. Pria ini hanya perlu sebuah pernyataan resmi secara medis bahwa kromos
Baca selengkapnya

KESALAHPAHAMAN

Buat apa mereka sengaja sembunyi? Bersikap sewajarnya bahkan bisa mengecoh diriku, batin Dylan. Namun tak bisa disangkal, hatinya semakin tenang setelah satu per satu bukti memperjelas akan status Gilbert dengan dirinya.Dylan menuju lantai empat tempat management rumah sakit berada. Dylan telah beberapa kali menginjakkan kaki kemari pada saat mewujudkan impian Tuan Wildan agar anak satu-satunya mau pulang. Kini, meskipun beliau telah meninggal dunia, tetap memberi jalan bagi Dylan untuk bersama dengan Adista serta anak mereka.Tok! Tok! Tok!"Permisi!"teriak Dylan di depan pintu."Masuk!"balas seorang pria dari dalam ruangan.Dylan memutar handle pintu lalu mendorongnya hingga terbuka separuh. Kepala dokter muda ini melongok melihat ke dalam"Wah, mimpi apa owner Rumah Sakit Mayapada Medica mampir kemari?" Pria berjas putih yang berada di dalam lalu berjalan menghampiri Dylan. "Mimpi lu nikah kaga kasih undangan ke gue,"sindir Dylan terhadap kerabat dekatnya ini.Mereka pun berpeluk
Baca selengkapnya

ADISTA SEMAKIN GERAM

"Oke. Selamat bertugas. Thanks telah dibantu," balas Dylan sambil keluar begitu lift terbuka. Sementara Hendra tetap di dalam untuk kembali ke lantai tiga.Dylan berjalan sambil mencari nomor kamar yang disebutkan oleh Hendra tadi. Tiba-tiba ada seorang wanita hamil besar sedang kesakitan sambil memegang perut. Darah segar mengalir dari sela-sela kakinya. Beberapa pengunjung hanya bisa melihat tanpa berani mengambil tindakan. Dylan dengan cekatan membopongnya masuk lift lalu meminta seseorang untuk menekan tombol lantai dasar ke UGD.Beberapa menit kemudian, keduanya telah sampai dan Dylan segera membawa ke bilik pemeriksaan. Pria ini merebahkan si wanita ke ranjang dengan hati-hati. Tanpa sengaja Adista yang sedang lewat melihat adegan itu. Wanita itu buru-buru melengos dan Dylan jadi salah tingkah."Alena, ikut saya periksa pasien UGD!"ajak salah satu dokter senior saat Adista akan masuk lift. Alena yang berencana ke kamar Gilbert langsung menoleh ke sumber suara."Baik, Dokter Abra
Baca selengkapnya

RASA BENCI DAN RINDU

Akhirnya Adista bisa beranjak menuju lift untuk menemui putra tercinta. Baru saja, Dokter Pamela telepon, jika telah berada di kamar bersama Rendi untuk menemani Gilbert. Mereka adalah orang yang selalu ada untuk dirinya dan juga Gilbert.Mereka sengaja dikirim Tuhan untuk menemaninya menjalani ujian hidup beberapa tahun terakhir ini. Pada saat Adista baru akan masuk lift, tiba-tiba dari arah lobby datang dua dokter yang menangani pasien barusan dengan ekspresi panik."Ada situasi gawat, Dokter?"tanya Adista kepada salah satu dokter. Pria berjas putih ini pun berhenti seketika."Pasien tadi harus segera menjalankan proses bedah. Janin telah meninggal dalam rahim dan calon ibu bisa terancam keselamatannya,"jelas dokter tersebut."Keluarga pasien sudah datang?"tanya Adista yang ikut panik."Belum. Tapi, pasien sudah setuju untuk menjalani operasi bedah. Saya tinggal dulu, Dokter Alena.""Silakan,"balas Adista dengan perasaan semakin jengkel terhadap Dylan. Wanita muda ini tidak habis pi
Baca selengkapnya

DYLAN DENGAN SERIBU STRATEGI

Rendi mendapat kode dari Dokter Pamela. Pria dengan potongan badan dan wajah mirip aktor drakor tersebut langsung berdiri. Dia berjalan menuju pintu lalu membukanya. Kini di hadapannya berdiri seorang pria jangkung dengan tubuh atletis. Wajahnya semi bule. Seorang pria dengan penampilan sempurna."Selamat malam,"sapa ramah Dylan lalu melempar senyum. Bola matanya mencuri pandang ke arah dalam. Ada wanita yang dicarinya dan seketika hatinya bahagia bercampur terharu."Selamat malam. Sedang mencari siapa?"tanya Rendi dengan berpura-pura karena sesungguhnya dia telah paham dengan maksud kedatangan Dylan."Saya ingin membesuk Gilbert. Apakah sudah baikan?" Dylan bertanya dengan masih mencuri-curi pandang ke arah Adista yang kebetulan sedang hadap ke pintu. Dylan mencoba melempar senyuman ke arah wanita yang telah lama dirindukannya itu."Silakan masuk, Tuan,"ucap Rendi yang segera bergerak mundur untuk memberi ruang."Terima kasih,"balas Dylan sambil mengangguk. Pria jangkung ini beranjak
Baca selengkapnya

SAAT TANGAN BERTAUT

"Kita diminta ke ruangan Dokter Hendra sekarang,"jawab Adista dengan sikap kikuk. Dalam hatinya terbersit rasa jengkel. Upaya untuk terhindar dari pria yang dibenci sekaligus dirindukan tersebut tidak membuahkan hasil.Dylan tersenyum dalam hati mendengar jawaban dari wanita yang selalu hadir di setiap mimpi-mimpinya. Kamu itu masih sepolos dulu, Adis, batin Dylan dengan hati bahagia. Dirinya tinggal menghitung mundur puncak kemenangan untuk mendapatkan hati Adista."Ayo, buruan kalo gitu. Ini termasuk sikap profesional dalam bekerja,"ucap Dylan dengan tangan mengepal. "Yes,"ucapnya lirih."Maksudnya, Dok?""Kita harus ke sana." Dylan berharap Adista tidak mendengar kata-kata terakhirnya. Bagaimanapun dirinya harus segera memberi reward untuk Hendra dalam misinya ini.Pasangan yang telah lama terpisah ini berjalan beriringan dengan sesekali Dylan mencuri-curi pandang ke arah Adista. Bahkan dengan pria ini berpura-pura menyenggol lengan Adista. Dia merindukan saat-saat mereka sering be
Baca selengkapnya

ADISTA MASIH TAK TERIMA

"Aku benar-benar bodoh! Kenapa tadi gak biarkan saja dia? Peduli amat dia mau tertinggal," ucap lirih Adista di sela-sela tangisan. Rasa jengkel, kesal dan juga sedikit rindu bergemuruh dalam dada.Saat lift telah berhenti, dia buru-buru mengusap bekas air mata dengan tisu. Adista berjalan keluar dan langsung menuju lobby. Setelah itu, wanita cantik dengan rambut ikal tergerai menuju kantin untuk melepaskan rasa marah dan jengkelnya.Adista perlu beberapa saat untuk menenangkan diri. Dia merasa telah terjebak dengan rasa yang pernah ada dalam hatinya. Tidak bisa dipungkiri, dirinya pernah bermimpi jadi kekasih Dylan. Impian itu terpaksa dikubur dalam-dalam saat Nyonya Kusumasari memperlihatkan sebuah foto seorang dokter cantik yang akan dijodohkan dengan putranya.Meskipun dirinya telah mengandung anak dari Dylan, tetapi tetap saja, dia tidak cukup berani untuk meminta pertanggungjawaban. Dia cukup tahu diri agar tidak dihina karena perbedaan status sosial di antara mereka. Adista tid
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status