Share

SAAT TANGAN BERTAUT

"Kita diminta ke ruangan Dokter Hendra sekarang,"jawab Adista dengan sikap kikuk. Dalam hatinya terbersit rasa jengkel. Upaya untuk terhindar dari pria yang dibenci sekaligus dirindukan tersebut tidak membuahkan hasil.

Dylan tersenyum dalam hati mendengar jawaban dari wanita yang selalu hadir di setiap mimpi-mimpinya. Kamu itu masih sepolos dulu, Adis, batin Dylan dengan hati bahagia. Dirinya tinggal menghitung mundur puncak kemenangan untuk mendapatkan hati Adista.

"Ayo, buruan kalo gitu. Ini termasuk sikap profesional dalam bekerja,"ucap Dylan dengan tangan mengepal. "Yes,"ucapnya lirih.

"Maksudnya, Dok?"

"Kita harus ke sana." Dylan berharap Adista tidak mendengar kata-kata terakhirnya. Bagaimanapun dirinya harus segera memberi reward untuk Hendra dalam misinya ini.

Pasangan yang telah lama terpisah ini berjalan beriringan dengan sesekali Dylan mencuri-curi pandang ke arah Adista. Bahkan dengan pria ini berpura-pura menyenggol lengan Adista. Dia merindukan saat-saat mereka sering be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status