Home / Romansa / Istri Kedua Majikan Arogan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Kedua Majikan Arogan: Chapter 31 - Chapter 40

65 Chapters

Mimpi yang Nyata

Kiara sadar bahwa dia harus segera mengambil keputusan. Dia tidak bisa terus hidup dalam kebingungan dan keraguan. Dia harus memilih antara masa lalu dan masa depannya.Hasrat gadis yang sudah dewasa itu naik tanpa bisa di bendung demikian juga dengan Andra. Entah siapa yang mulai, mereka sama-sama menginginkan satu sama lain. Kiara yang selama ini belum terjamah oleh pria manapun sekarang dalam kondisi berada di puncak. Dan ketika semua sudah terjadi, mereka baru sadar dan membuka mata. Seperti mimpi, tapi ini nyata. Kiara sudah menjadi milik Andra seutuhnya.“Mas Andraaa!” pekik gadis itu tertahan.“Ki-Kiara,” ucap Andra gugup.Andra segera mendekap tubuh yang setengah telanjang masuk kepelukan dadanya yang bidang. Seperti tidak percaya, saat mimpi bahkan mereka bisa melakukan hubungan suami istri. Andra tersenyum melihat tetes darah di sprei yang baru, itu artinya Ferdi tidak berbuat lebih jauh kepada istri mudanya. Ferdi masih beruntung, tidak akan mendapatkan hukuman dari Andra l
Read more

Dendam

Andra menggedor pintu dengan kencang sampai para pelayan yang mendengar hendak mendekat. Tetapi mengurungkan niatnya kerena tahu jika tuan rumah yang melakukannya. Wajah Andra yang merah menahan amarah kerena sikap Kiara, ditambah dengan kehadiran Mimi yang tidak terduga mengintip aktifitas mereka. Tidak berapa lama pintu terbuka, tatapan Mimi yang lurus tanpa kedip kepada suaminya.“Berisik, kenapa ke sini?” Mimi malas melihat Andra. “Bukannya lebih enak di kamar sebelah, sama yang lebih muda?”Tangan Andra terangkat ke atas hampir saja mengenai wajah Mimi yang menantang untuk menerima tamparan dari Andra. Tanpa rasa bersalah Mimi masuk diikuti Andra dari belakang dan menutup pintu dengan keras.Suasana di luar mencekam, para pelayan saling menatap dan pergi perlahan dari tempat mereka menyaksikan adegan tuan rumah.“Tumben, Tuan kasar sama Nyonya. Tidak biasanya seperti itu. Jangan-jangan karena ada Nona Kiara, rumah tangga jadi tidak harmonis lagi.”“Sttt, jangan ngawur kamu! Kala
Read more

Jebakan

Keesokan harinya seperti biasa aktifitas Kiara bersama dengan pelayan di belakang dan melayani Andra sebagai tugas tambahan. Kali ini Mimi bersikap lebih manis dengan senyum yang dibuat secantik mungkin di hadapan Andra. Hingga suami pergi, sikap Mimi tetap baik tidak ada bentakan seperti biasa kepada Kiara. Bahkan dengan manis menyuruh Kiara untuk mengantar makan siang ke kantor suaminya.“Kenapa tidak Mbak Mimi saja? Aku nggak pernah ke kantor Kakak. Nanti takutnya ….”“Udah sekarang biasakan untuk ke sana tiap siang gantikan aku, toh sama saja. Biar kamu juga dikenal sebagai istri Mas Andra. Kamu tidak ingin terkenal? Banyak loh, yang ingin jadi istrinya. Harusnya kamu bangga itu. Aku udah kasih kesempatan, jangan kamu sia-siakan!”Kiara semakin bingung dengan sikap Mimi yang semakin baik padanya. Dari ucapan yang tidak lagi memanggil ‘Lo dan ’gue sampai disuruh mengantar makanan suami ke kantor. Padahal kemarin jelas orang suruhan Mimi melecehkan dirinya.Tubuh Kiara yang masih pe
Read more

Kepergok Andra

Roy terpaku, matanya terbelalak tak percaya melihat Kiara, istri kedua majikannya, keluar dari kamar dengan pakaian yang acak-acakan. Rambutnya yang biasanya tertata rapi, kini kusut masai. Roy tak mampu mengalihkan pandangannya, bahkan saat tatapan tanpa kedip Bosnya, Andra, terasa menusuk dari balik pintu.Kiara, dengan senyum lebar yang tak terkesan natural, berjalan mendekati Andra. Roy beringsut menepi, memberi ruang bagi Kiara untuk menyapa Andra. Suasana terasa canggung dan panas. Roy tak berani berspekulasi apa yang terjadi di balik pintu kamar itu, tapi satu hal yang pasti, ada sesuatu yang tak beres.Andra menyambut Kiara dengan senyuman tipis, tapi Roy menangkap ketegangan di raut wajahnya. Percakapan singkat terjadi di antara mereka, bisikan-bisikan yang tak tertangkap Roy. Kiara kemudian berlalu, meninggalkan Andra yang masih berdiri di ambang pintu.Roy tak tahu apa yang harus dia lakukan. Perasaan penasaran dan khawatir bercampur aduk dalam dirinya. Apakah dia harus mel
Read more

Penjelasan yang sia-sia

Pintu ruangan terbuka, OB baru dengan menunduk berjalan mendekat tanpa melihat ke arah Andra. Dia membereskan barang yang berserakan di lantai dengan tangan gemetar. Sesekali melirik ke arah Bosnya yang masih mondar-mandir sambil memegang ponsel. Beberapa kali Andra melakukan panggilan dengan anak buahnya.Memastikan Roy dan Kiara tidak bersama setelah diusir dari ruangan. Pikiran Andra sedang kalut, karena kiriman vidio yang tidak jelas sumbernya.Sebelum mendapati mereka berdua di ruangan yang sama ada seseorang yang mengirim Vidio Kiara dan Roy yang asyik ngobrol berduaan menuju ke ruang kerjanya. Entah siapa yang mengirim video itu, yang menyebabkan Andra marah dan memutuskan untuk pergi dari acara meetingnya.Bagaimana Andra tidak marah, hatinya baru tersentuh dengan keberadaan Kiara saat ini. Baru semalam mereka memadu kasih, agar secepatnya Kiara hamil. Andra sudah berusaha untuk membujuk Kiara agar sabar menghadapi Mimi, yang mempunya sifat keras dan kasar. Semua rayuan sudah
Read more

Diusir dari Rumah

Suasana kamar terasa mencekam, Andra, sang suami, duduk di kursi dekat jendela dengan wajah yang muram. Kiara menarik napas dalam-dalam, bersiap menghadapi amarah Andra."Kamu pulang naik apa?" suara Andra memecah keheningan, nadanya rendah dan penuh selidik.Kiara menelan ludah, berusaha menenangkan diri. "T-tadi … tadi diantar Roy," jawabnya lirih, hampir tak terdengar.Seketika, Andra menggebrak meja dengan keras. Suara dentumannya menggema di seluruh ruangan, membuat Kiara tersentak ketakutan. Andra bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati Kiara dengan langkah penuh amarah."Roy?!" Andra mendelik tajam ke arah Kiara."Maaf, Mas," Kiara menundukkan kepalanya lebih dalam. "Saya tidak bermaksud …""Tidak bermaksud apa?!" Andra memotong perkataan Kiara dengan kasar. "Kamu sudah tahu kan, aku tidak suka kamu bergaul dengan laki-laki lain?!"Kiara terdiam, air matanya mulai menitik di pipinya. Dia tahu dia telah melakukan kesalahan, tapi dia tidak menyangka Andra akan semarah ini.“
Read more

Mimi Pingsan

Sementara Mimi yang sejak tadi mengintip kamar madu-nya menutup mulut dan kembali ke kamar dengar seringai puas.“Ternyata Mas Andra tidak mencintai Kiara, seperti mencintai aku dulu,” gumam Mimi.Sorak kegirangan di hati Mimi tanpa sadar diapresiasikan dengan bersiul dan bernyanyi lirih di dalam kamar. Dia tidak menyangka reaksi Andra begitu cepat dari perkiraan. Dengan cepat dia menyambar ponsel dan memencet nomer Ferdi.[Rencanaku berhasil, Fer. Kamu emang jago kalau untuk ini. Gadis miskin itu sekarang sedang nangis darah di jalan. Gue tranfer sekarang ke rekeningmu! Pastikan gadis itu tidak punya tempat untuk berteduh.][Wau, thank you Sis. Kamu kejam amat ama dia, aku saja tidak tega. Tapi demi uang, aku bersedia lakukan apapun. Kamu tahu, gara-gara dia sekarang aku punya penyakit. Harus bayar mahal untuk pengobatannya. Awas kalau sampai macem-macem dengan aku!][Itu urusan kamu! Yang penting kerjaan beres, jangan sampai bocor ke telinga suamiku! Bisa gue habisin kamu kalau samp
Read more

Rencana Andra

Andra hanya mengetahui jika Mimi mengidap penyakit tumor. Penyakit tumor atau fibroid rahim adalah salah satu tumor jinak yang muncul di bagian atas atau di dalam otot rahim. Meskipun tumor ini bersifat jinak, namun bila ukuran tumor cukup besar, maka dapat menyebabkan pengidapnya mengalami perdarahan. Jumlah darah yang keluar saat perdarahan bisa lebih banyak saat pengidap sedang menstruasi. Tetapi Andra tidak mengetahui perkembangan penyakit istrinya akhir-akhir ini.Perawat datang dan menyampaikan pesan dari dokter umum yang berjaga kepada Andra. Raut wajah laki-laki yang berumur 30 tahunan itu mendadak tegang. Setelah pamit dengan Mimi yang masih tertidur, dia melangkah menuju ruangan yang berada di dalam UGD.Penjelasan dokter membuat Andra cukup terhenyak, seperti sadar dari lamunan yang bertahun-tahun dia jalani. Penyakit Mimi harus segera diatasi dengan segera melalukan pengangkatan Rahim dengan operasi. Tubuhnya tidak bisa menerima asupan alkohol yang yang terlalu banyak.Hal
Read more

Rasa Bersalah

Andra terduduk di kursi, napasnya memburu. Dia tak henti memikirkan Kiara, istri keduanya, sejak malam itu. Malam di mana dia merenggut kesucian Kiara. Perasaan bersalah dan penyesalan menggerogoti hatinya. Dia tahu dia telah melakukan kesalahan besar. Dia telah menghancurkan kepercayaan Kiara padanya.Tapi, apa yang bisa dia lakukan? Dia terjebak dalam situasi yang rumit. Di satu sisi, dia muali suka dengan Kiara. Di sisi lain, dia juga mencintai Mimi, istri pertamanya. Dia tak ingin kehilangan salah satu dari mereka.Andra memejamkan matanya, mengingat wajah Kiara yang pucat dan ketakutan malam itu. Dia membayangkan rasa sakit yang dia rasakan saat pengusiran. Andra merasa seperti monster.Dia membuka matanya kembali dan menatap foto Mimi. Mimi, wanita yang selalu setia dan penyayang kepadanya. Mimi, wanita yang telah menemaninya di saat-saat terberat dalam hidupnya. Andra tak tega mencampakkan Mimi, apalagi dalam keadaan sakit seperti sekarang.Andra menghela napas panjang. Dia tah
Read more

Mencari Tempat Baru

Air hujan turun dengan deras, membasahi tubuh Kiara yang lemah tak berdaya. Dia berjalan tanpa tujuan, hatinya remuk redam setelah diusir oleh Andra, suaminya. Tak pernah terbayang dalam benaknya bahwa hidupnya akan seburuk ini.Langkah kakinya terasa berat, membawa beban kesedihan dan keputusasaan yang tak terkira. Dia tak tahu ke mana harus pergi, tak ada tempat untuk berlindung, tak ada keluarga yang bisa dia mintai pertolongan.Kiara menengadah ke langit, air hujan membasahi wajahnya. Dia tak mampu menahan tangisnya lagi. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya yang pucat."Kenapa hidup ini begitu kejam?" bisik Kiara dalam hati. "Apa salahku?"Kiara merogoh saku celananya, mencari dompetnya. Dia membuka dompet itu dengan tangan gemetar. Di dalamnya, hanya ada beberapa lembar uang kertas, sisa pemberian terakhir Andra saat dia pergi keluar bertemu dengan Ferdi.Kiara menghitung uang itu dengan jari-jarinya. Hanya 500 ribu rupiah. Jumlah yang sangat kecil untuk memulai hidup b
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status