Keesokan harinya seperti biasa aktifitas Kiara bersama dengan pelayan di belakang dan melayani Andra sebagai tugas tambahan. Kali ini Mimi bersikap lebih manis dengan senyum yang dibuat secantik mungkin di hadapan Andra. Hingga suami pergi, sikap Mimi tetap baik tidak ada bentakan seperti biasa kepada Kiara. Bahkan dengan manis menyuruh Kiara untuk mengantar makan siang ke kantor suaminya.“Kenapa tidak Mbak Mimi saja? Aku nggak pernah ke kantor Kakak. Nanti takutnya ….”“Udah sekarang biasakan untuk ke sana tiap siang gantikan aku, toh sama saja. Biar kamu juga dikenal sebagai istri Mas Andra. Kamu tidak ingin terkenal? Banyak loh, yang ingin jadi istrinya. Harusnya kamu bangga itu. Aku udah kasih kesempatan, jangan kamu sia-siakan!”Kiara semakin bingung dengan sikap Mimi yang semakin baik padanya. Dari ucapan yang tidak lagi memanggil ‘Lo dan ’gue sampai disuruh mengantar makanan suami ke kantor. Padahal kemarin jelas orang suruhan Mimi melecehkan dirinya.Tubuh Kiara yang masih pe
Roy terpaku, matanya terbelalak tak percaya melihat Kiara, istri kedua majikannya, keluar dari kamar dengan pakaian yang acak-acakan. Rambutnya yang biasanya tertata rapi, kini kusut masai. Roy tak mampu mengalihkan pandangannya, bahkan saat tatapan tanpa kedip Bosnya, Andra, terasa menusuk dari balik pintu.Kiara, dengan senyum lebar yang tak terkesan natural, berjalan mendekati Andra. Roy beringsut menepi, memberi ruang bagi Kiara untuk menyapa Andra. Suasana terasa canggung dan panas. Roy tak berani berspekulasi apa yang terjadi di balik pintu kamar itu, tapi satu hal yang pasti, ada sesuatu yang tak beres.Andra menyambut Kiara dengan senyuman tipis, tapi Roy menangkap ketegangan di raut wajahnya. Percakapan singkat terjadi di antara mereka, bisikan-bisikan yang tak tertangkap Roy. Kiara kemudian berlalu, meninggalkan Andra yang masih berdiri di ambang pintu.Roy tak tahu apa yang harus dia lakukan. Perasaan penasaran dan khawatir bercampur aduk dalam dirinya. Apakah dia harus mel
Pintu ruangan terbuka, OB baru dengan menunduk berjalan mendekat tanpa melihat ke arah Andra. Dia membereskan barang yang berserakan di lantai dengan tangan gemetar. Sesekali melirik ke arah Bosnya yang masih mondar-mandir sambil memegang ponsel. Beberapa kali Andra melakukan panggilan dengan anak buahnya.Memastikan Roy dan Kiara tidak bersama setelah diusir dari ruangan. Pikiran Andra sedang kalut, karena kiriman vidio yang tidak jelas sumbernya.Sebelum mendapati mereka berdua di ruangan yang sama ada seseorang yang mengirim Vidio Kiara dan Roy yang asyik ngobrol berduaan menuju ke ruang kerjanya. Entah siapa yang mengirim video itu, yang menyebabkan Andra marah dan memutuskan untuk pergi dari acara meetingnya.Bagaimana Andra tidak marah, hatinya baru tersentuh dengan keberadaan Kiara saat ini. Baru semalam mereka memadu kasih, agar secepatnya Kiara hamil. Andra sudah berusaha untuk membujuk Kiara agar sabar menghadapi Mimi, yang mempunya sifat keras dan kasar. Semua rayuan sudah
Suasana kamar terasa mencekam, Andra, sang suami, duduk di kursi dekat jendela dengan wajah yang muram. Kiara menarik napas dalam-dalam, bersiap menghadapi amarah Andra."Kamu pulang naik apa?" suara Andra memecah keheningan, nadanya rendah dan penuh selidik.Kiara menelan ludah, berusaha menenangkan diri. "T-tadi … tadi diantar Roy," jawabnya lirih, hampir tak terdengar.Seketika, Andra menggebrak meja dengan keras. Suara dentumannya menggema di seluruh ruangan, membuat Kiara tersentak ketakutan. Andra bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati Kiara dengan langkah penuh amarah."Roy?!" Andra mendelik tajam ke arah Kiara."Maaf, Mas," Kiara menundukkan kepalanya lebih dalam. "Saya tidak bermaksud …""Tidak bermaksud apa?!" Andra memotong perkataan Kiara dengan kasar. "Kamu sudah tahu kan, aku tidak suka kamu bergaul dengan laki-laki lain?!"Kiara terdiam, air matanya mulai menitik di pipinya. Dia tahu dia telah melakukan kesalahan, tapi dia tidak menyangka Andra akan semarah ini.“
Sementara Mimi yang sejak tadi mengintip kamar madu-nya menutup mulut dan kembali ke kamar dengar seringai puas.“Ternyata Mas Andra tidak mencintai Kiara, seperti mencintai aku dulu,” gumam Mimi.Sorak kegirangan di hati Mimi tanpa sadar diapresiasikan dengan bersiul dan bernyanyi lirih di dalam kamar. Dia tidak menyangka reaksi Andra begitu cepat dari perkiraan. Dengan cepat dia menyambar ponsel dan memencet nomer Ferdi.[Rencanaku berhasil, Fer. Kamu emang jago kalau untuk ini. Gadis miskin itu sekarang sedang nangis darah di jalan. Gue tranfer sekarang ke rekeningmu! Pastikan gadis itu tidak punya tempat untuk berteduh.][Wau, thank you Sis. Kamu kejam amat ama dia, aku saja tidak tega. Tapi demi uang, aku bersedia lakukan apapun. Kamu tahu, gara-gara dia sekarang aku punya penyakit. Harus bayar mahal untuk pengobatannya. Awas kalau sampai macem-macem dengan aku!][Itu urusan kamu! Yang penting kerjaan beres, jangan sampai bocor ke telinga suamiku! Bisa gue habisin kamu kalau samp
Andra hanya mengetahui jika Mimi mengidap penyakit tumor. Penyakit tumor atau fibroid rahim adalah salah satu tumor jinak yang muncul di bagian atas atau di dalam otot rahim. Meskipun tumor ini bersifat jinak, namun bila ukuran tumor cukup besar, maka dapat menyebabkan pengidapnya mengalami perdarahan. Jumlah darah yang keluar saat perdarahan bisa lebih banyak saat pengidap sedang menstruasi. Tetapi Andra tidak mengetahui perkembangan penyakit istrinya akhir-akhir ini.Perawat datang dan menyampaikan pesan dari dokter umum yang berjaga kepada Andra. Raut wajah laki-laki yang berumur 30 tahunan itu mendadak tegang. Setelah pamit dengan Mimi yang masih tertidur, dia melangkah menuju ruangan yang berada di dalam UGD.Penjelasan dokter membuat Andra cukup terhenyak, seperti sadar dari lamunan yang bertahun-tahun dia jalani. Penyakit Mimi harus segera diatasi dengan segera melalukan pengangkatan Rahim dengan operasi. Tubuhnya tidak bisa menerima asupan alkohol yang yang terlalu banyak.Hal
Andra terduduk di kursi, napasnya memburu. Dia tak henti memikirkan Kiara, istri keduanya, sejak malam itu. Malam di mana dia merenggut kesucian Kiara. Perasaan bersalah dan penyesalan menggerogoti hatinya. Dia tahu dia telah melakukan kesalahan besar. Dia telah menghancurkan kepercayaan Kiara padanya.Tapi, apa yang bisa dia lakukan? Dia terjebak dalam situasi yang rumit. Di satu sisi, dia muali suka dengan Kiara. Di sisi lain, dia juga mencintai Mimi, istri pertamanya. Dia tak ingin kehilangan salah satu dari mereka.Andra memejamkan matanya, mengingat wajah Kiara yang pucat dan ketakutan malam itu. Dia membayangkan rasa sakit yang dia rasakan saat pengusiran. Andra merasa seperti monster.Dia membuka matanya kembali dan menatap foto Mimi. Mimi, wanita yang selalu setia dan penyayang kepadanya. Mimi, wanita yang telah menemaninya di saat-saat terberat dalam hidupnya. Andra tak tega mencampakkan Mimi, apalagi dalam keadaan sakit seperti sekarang.Andra menghela napas panjang. Dia tah
Air hujan turun dengan deras, membasahi tubuh Kiara yang lemah tak berdaya. Dia berjalan tanpa tujuan, hatinya remuk redam setelah diusir oleh Andra, suaminya. Tak pernah terbayang dalam benaknya bahwa hidupnya akan seburuk ini.Langkah kakinya terasa berat, membawa beban kesedihan dan keputusasaan yang tak terkira. Dia tak tahu ke mana harus pergi, tak ada tempat untuk berlindung, tak ada keluarga yang bisa dia mintai pertolongan.Kiara menengadah ke langit, air hujan membasahi wajahnya. Dia tak mampu menahan tangisnya lagi. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya yang pucat."Kenapa hidup ini begitu kejam?" bisik Kiara dalam hati. "Apa salahku?"Kiara merogoh saku celananya, mencari dompetnya. Dia membuka dompet itu dengan tangan gemetar. Di dalamnya, hanya ada beberapa lembar uang kertas, sisa pemberian terakhir Andra saat dia pergi keluar bertemu dengan Ferdi.Kiara menghitung uang itu dengan jari-jarinya. Hanya 500 ribu rupiah. Jumlah yang sangat kecil untuk memulai hidup b
Setelah beberapa saat berpelukan, Andra dan Kiara duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang tentang masalah yang mereka hadapi. Kiara mendengarkan dengan seksama semua keluhan Andra. Ia memberikan semangat dan dukungan penuh pada suaminya.Mata Kiara bertemu dengan tatapan penuh harap Andra. Ia mengulurkan tangannya, menggenggam jemari suaminya erat."Aku yakin kita bisa melewati semua ini bersama-sama, Mas," ujarnya lembut, suaranya bagai belali yang menenangkan. "Kita harus tetap kuat dan saling mendukung."Andra mengangguk pelan. Ia merasa sangat beruntung memiliki istri seperti Kiara. Di tengah badai kehidupan yang sedang mereka hadapi, kehadiran Kiara bagaikan oase di tengah gurun. Namun, kekhawatiran masih menghantui pikirannya."Aku tahu, Sayang," jawabnya, "Tapi aku khawatir kalau Mimi akan melakukan hal-hal yang tidak terduga. Dia tidak akan menyerah begitu saja."Kiara tersenyum pahit. Ia pun merasakan kegelisahan yang sama. "Aku juga khawatir," akunya, "Tapi kita tidak
Andra merasa detak jantungnya semakin cepat saat dia mencoba membujuk Mimi. Darah mengalir dari luka di tangan Mimi, dan perban yang Andra pasang terlihat kurang rapi.“Mimi,” bisik Andra, “kita harus segera ke klinik. Lukamu perlu diperiksa lebih lanjut.”Mimi menatap Andra dengan mata yang penuh ketakutan, tapi akhirnya mengangguk setuju. Mereka berdua berjalan pelan menuju mobil, Andra memastikan Mimi tetap tenang. Di dalam hati, Andra berdoa agar luka Mimi tidak terinfeksi.Mimi memandang Kiara dengan mata tajam, senyumnya menyiratkan kepuasan. Andra merasa jantungnya berdebar.“Kiara,” ucap Andra dengan suara bergetar, “aku akan mengantar Mimi ke klinik. Tapi setelah itu, kita harus bicara.” Kiara hanya mengangguk, dan Andra membantu Mimi berdiri.Mereka berdua keluar dari rumah, Andra memandang Kiara dengan ketegangan. Mimi berhasil membuat Andra meninggalkan Kiara sendirian. Ia merasa puas dengan keberhasilannya. Dengan begitu, ia bisa lebih leluasa untuk menjalankan rencana jah
Suara Mimi memecah keheningan di apartemen itu. Kiara dan Andra saling pandang dengan tatapan was-was. Jantung mereka berdebar kencang. Dengan langkah ragu, Andra melangkah maju. Di ruang tamu, berdirilah Mimi dengan senyum merekah di wajahnya. Tatapan matanya menusuk tajam ke arah Kiara.Mimi dengan nada mengejek. “Oh, ternyata kalian berdua ada di sini. Lama tidak bertemu, Andra. Kau terlihat segar sekali.Andra tergagap. “Mi... Mimi, apa yang kau lakukan di sini?”Mimi mendekati mereka. “Hanya ingin menyapa suami tercinta. Sudah lama kita tidak bertemu, bukan?”Kiara berdiri di belakang Andra, tubuhnya gemetar. Ia merasa seperti sedang berada dalam sebuah mimpi buruk.Kiara berusaha tenang.” Apa maksudmu datang ke sini?”Mimi tertawa kecil. “ Maksudku? Tentu saja ingin bertemu dengan orang-orang yang kucintai.”Mimi melirik ke arah perut Kiara, lalu kembali menatap Andra.“Oh ya, selamat ya. Sepertinya kau akan segera menjadi seorang ayah.”Nada bicara Mimi terdengar penuh sindiran
Kiara memeluk erat Andra, suaminya, di ambang pintu rumah mereka. Senyumnya tak henti mengembang, melupakan semua kesedihan yang pernah merundunginya. Menjadi istri kedua karena paksaan memang pahit, tapi Andra telah membawa kebahagiaan baru dalam hidupnya.Pernikahan mereka memang tak lazim. Andra, pengusaha kaya raya. Kontrak pernikahan mereka jelas: Andra menginginkan bayi dari rahim Kiara, dan Kiara akan diceriakan Andra setelah melahirkan. Tak ada cinta di awal pernikahan mereka, hanya rasa saling membutuhkan. Kiara menikah demi menebus hutang keluarganya.Namun, seiring waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Kiara. Andra yang dingin dan kaku ternyata penyayang dan perhatian. Dia selalu meluangkan waktu untuk Kiara, mendengarkan ceritanya. Perhatian kecil Andra yang tulus itu menghangatkan hati Kiara yang dingin.Kiara pun berusaha menjadi istri yang baik bagi Andra. Dia menemaninya, dan selalu ada saat dia membutuhkan. Perlahan tapi pasti, Andra pun mulai luluh hatinya. Di
Hangatnya pelukan Andra menyelimuti Kiara, mengusir hawa dingin yang menyelimuti malam itu. Air mata mereka telah mengering, digantikan oleh perasaan cinta dan kasih sayang yang kembali mekar di antara mereka."Maafkan aku, Kiara," bisik Andra, suaranya bergetar. "Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu."Kiara menggelengkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu, Mas Andra. Aku tahu kau sangat perhatian denganku dan bayiku. Bukannya dia yang kalian tunggu sejak awal?"Andra tersenyum, senyum yang tulus dan penuh penyesalan. "Ya, kamu benar. Aku berjanji, Kiara. Aku akan menebus semua kesalahanku. Aku akan menjadi suami dan ayah terbaik untukmu dan anak kita."Kiara tersenyum, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Dia tahu bahwa Andra tulus dalam penyesalannya, dan dia ingin memberinya kesempatan kedua."Aku percaya padamu, Mas Andra," bisiknya.Andra memeluk Kiara lebih erat, merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Dia bersyukur karena Kiara masih mau memberinya kese
Kiara yang diliputi rasa ingin tahu, memutuskan untuk menggali lebih dalam tentang asal-usulnya yang selama ini menjadi rahasia. Dia beralih ke media sosial milik adiknya, Alex, sebagai sumber informasi. Namun, karena sudah lama tidak aktif di media sosial, Kiara mengalami kesulitan dalam menemukan akun Alex yang menggunakan nama samaran.Meskipun terkendala, Kiara tidak menyerah. Dengan semangat yang kuat, dia terus mencari dan menelusuri akun demi akun. Upayanya tak sia-sia. Berkat kerja keras dan keteguhannya, Kiara akhirnya berhasil menemukan akun Alex. Rasa lega dan bahagia menyelimuti dirinya saat dia membuka profil Alex dan mulai menjelajahi kehidupan digital sang adik angkat.Kiara mulai menjelajahi postingan dan foto-foto Alex, mencari petunjuk apa pun yang bisa mengantarkannya pada informasi tentang asal-usulnya. Dia berharap bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya, siapa orang tuanya? Mengapa dia ditinggalkan? Dan apa rahasia di balik masa lalun
Di ruang tamu, Kiara dan Bi Sumi sibuk dengan kesibukan baru mereka. Membuat rajutan yang didapat teorinya dari internet. Kiara terlihat antusias dengna kesibukan barunya. Bi Sumi berceritanya dengan senyum hangat.“Nyonya, orang tua saya adalah penggemar kerajinan tangan,” katanya. “Ayah saya pandai membuat ukiran kayu, sedangkan ibu saya ahli dalam merajut dan menjahit.”Kiara terkejut. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Bi Sumi memiliki latar belakang keluarga yang kreatif. “Bagaimana mereka bertemu?” tanya Kiara.Bi Sumi mengambil napas dalam-dalam, matanya menerawang ke masa lalu. “Ayah dan ibu saya bertemu di sebuah pameran seni,” katanya. “Mereka berdua tertarik pada sebuah pameran kerajinan tangan di kota kecil tempat mereka tinggal. Ayah saya terpesona oleh ukiran kayu yang dibuat oleh ibu saya, dan ibu saya terkesan dengan kain rajutan buatan ayah saya.”Kiara merasa ada benang merah yang menghubungkan cerita Bi Sumi dengan hidupnya sendiri. Dia juga mencintai kerajinan tan
Kiara berjuang untuk mempertahankan pernikahannya dengan Andra meski tahu jika hati andra sudah kembali kepada Mimi, istri pertama. Mimi sangat licik memanfaatkan kelemahan Andra dengan menjeratnya kembali ke dalam hubungan asmara. Kiara tidak punay pilihan lain, Mimi masih istri sahnya Andra, dan tidak mungkin dia memintanya berpisah sesuai janji Andra yang dulu. Meski tahu, jika Mimi sudah jahat kepada Kiara dan juga bayi yang dikandungnya.Kiara merasa terjebak dalam perasaan yang tak berujung. Pernikahannya dengan Andra, yang dulunya penuh cinta dan harapan, kini terasa seperti medan perang. Setiap hari, Kiara berusaha mempertahankan hubungan mereka, meski tahu bahwa Andra telah kembali ke pelukan Mimi, istri pertamanya.Andra, pria yang dulu pernah membuat hati Kiara berbunga-bunga, kini menjadi sosok yang terpecah di antara dua wanita. Mimi, wanita licik yang memanfaatkan kelemahan Andra, berhasil menariknya kembali ke dalam hubungan asmara. Kiara tahu bahwa Mimi tak akan berhen
Mimi memanfaatkan situasi ini dengan cerdik. Dia tahu bahwa Andra memiliki hasrat yang tinggi ketika emosinya tidak stabil. Dengan rayuan dan perhatian yang konstan, dia perlahan-lahan menarik Andra kembali ke dalam pelukannya.Di tengah kekacauan batinnya, Andra menemukan secercah ketenangan dalam diri Mimi. Tawanya yang merdu dan sentuhan lembutnya bagaikan balsem yang meredakan luka hatinya yang tergores oleh pengkhianatan Kiara. Sejenak, Andra melupakan segala masalahnya dan tenggelam dalam perhatian Mimi yang tulus dan penuh kasih sayang.Mimi, dengan kejeliannya, melihat kesempatan ini untuk kembali merebut hati Andra. Dia tahu bahwa saat Andra dilanda emosi, hasratnya pun membara. Dengan rayuan yang menggoda dan perhatian yang tak henti-hentinya, Mimi perlahan menarik Andra kembali ke dalam pelukannya. Kata-kata manisnya bagaikan mantra yang membius Andra, membuatnya lupa akan rasa sakit yang ia alami.Andra, yang masih terluka dan rapuh, tak kuasa menolak godaan Mimi. Dia terb