Semua Bab Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?: Bab 61 - Bab 70

147 Bab

61). Menguatkan Diri

***"Iya," kata Alnaira dengan senyuman ketir yang kini terukir. "Kamu benar, Gem, aku emang jahat dan laki-laki sebaik kamu enggak pantas dan cocok sama perempuan jahat kaya aku. Jadi terusin sama Anes oke? Dia gadis baik dan dia enggak pernah nyakitin siapa pun. Kamu akan sangat ngerasa beruntung kalau nikah sama dia.""Na, aku-""Aku capek, Gem, dan aku juga belum mandi. Jadi habis ini mau bersih-bersih dulu," kata Alnaira—memotong ucapan Gema tanpa permisi. "Udah ya. Intinya senin nanti setelah pulang kerja kita ke Ancol dan kamu enggak perlu pastiin lagi karena aku enggak pikun. Selamat malam, Gem, dan maaf kalau selama ini aku udah sering banget jahatin kamu. Setelah nikah sama Anes, kamu enggak akan ngerasain itu lagi kok. Tenang aja.""Na-"Tak membiarkan Gema melanjutkan ucapan, Alnaira lebih dulu memutuskan sambungan telepon sebelum kemudian menurunkan ponselnya dari samping telinga.Menunduk untuk meresapi sakit, selanjutnya itulah yang Alnaira lakukan sehingga tak sadar, s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

62). Antara Meeting dan Ancol

***"Na, udah bangun?"Mengernyit dengan atensi yang tertuju pada pintu kamar, itulah Alnaira setelah suara Aneska pagi ini terdrngar dari depan. Tak sekadar bertanya, sebelumnya ketukan pun terdengar sehingga Alnaira yang memang tadi masih bergelut dengan selimut, mau tak mau membuka mata.Tak ada kegiatan, Alnaira memang selalu memanfaatkan hari minggu untuk bangun lebih siang dari biasa sehingga dia yang biasanya sudah mandi, pagi ini justru sibuk di tempat tidur."Anes ada apa ya pagi-pagi ke kamar? Mendadak degdegan."Tak langsung menyauti pertanyaan Aneska, Alnaira bertanya pada diri sendiri hingga setelah panggilan sang kakak kembali terdengar, dia menjawab."Sebentar, Nes, aku udah bangun kok."Beringsut dari kasur, Alnaira berjalan menuju pintu untuk kemudian membukanya. Tak dibebaskan, sejak semalam kembali ke kamar, dia memang sengaja mengunci pintu demi berjaga-jaga dan selalu benar ketakutan yang dia rasakan, Gema menghubunginya tanpa permisi."Eh, aku ganggu ya?" tanya A
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

63). Kepergian Dipercepat?

***"Kamu harusnya lebih milih meeting sama Aneska dibanding ke Ancol, Gema," kata Alnaira. "Meeting ini penting karena yang dibahas adalah rencana pernikahan kalian dan-""Penting buat kamu, Aneska, sama yang lain, Na, buat aku enggak penting. Jadi enggak ada kewajiban buat aku prioritasin meeting itu.""Gem, kamu kenapa kaya gini terus sih?" tanya Alnaira. "Aku enggak mau tahu ya, habis ini kamu bilang ke Anes kalau kamu salah inget jadwal ngampus terus besok bisa pergi meeting. Kasihan dia kalau harus reschedule karena WOnya pun pasti sibuk.""Terus rencana kita ke Ancol gimana?" tanya Gema. "Aku enggak mau itu batal ya. Aku mau pergi sama kamu dan sesuai janji, selama lima hari kamu harus mau habisin waktu sama aku dan kalau ingkar, aku bakalan-""Enggak akan," potong Alnaira dengan segera. "Lagian pernikahan kamu sama Anes dua minggu lagi. Jadi masih ada tuh waktu buat habisin waktu.""Waktunya ada, tapi waktu kosong tanpa mikirin ngampus ada enggak?" tanya Gema. "Gini deh, kala
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

64). Berdebat Lagi

***"Ini Nana mana ya? Udah dua puluh menit gue nunggu di sini, dia enggak datang-datang. Apa jangan-jangan dia bohongin gue? Ah, tapi masa setega itu sih dia?"Duduk di sebuah bangku di pinggir jalan, pertanyaan tersebut lantas Gema lontarkan dengan perasaan yang sedikit sebal. Bukan tanpa alasan, rasa tak nyaman muncul setelah Alnaira yang berjanji pergi bersamanya, tak kunjung datang.Entah ke mana gadis itu, Gema sendiri tak tahu. Namun, yang jelas tadi Alnaira memintanya menunggu di sebuah pertigaan dan patuh pada perintah gadis itu, Gema yang pergi menggunakan taksi dari rumah, berdiam di tempat yang sang mantan anjurkan.Tak sebentar menunggu di sana, Gema sudah dua puluh menit duduk dan karena Alnaira tak kunjung datang, dirinya kesal karena sepuluh menit lalu ketika dia menghubungi sang mantan, katanya Alnaira sudah berada di jalan."Jalannya muter-muter apa gimana coba? Lama banget sampenya."Menunggu lagi dengan perasaan yang semakin tak tenang, Gema refleks berdiri ketika
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

65). Mesin Waktu

***Tak menimpali lagi ucapan Alnaira, Gema memilih diam hingga tak berselang lama mobil yang dia kendarai berhenti di lampu merah."Maaf ya karena ngajak kamu jalan-jalan," ucap Gema tiba-tiba. "Setelah acara semalam, kamu mungkin capek dan pasti pengennya istirahat.""Enggak apa-apa," kata Alnaira. "Meskipun bukan hal besar, anggap aja ini rasa terima kasih aku ke kamu yang udah mau berkorban demi kebahagiaan aku.""Jalan-jalan sama kamu berdua gini adalah hal besar buat aku, Na," kata Gema. "Dan jujur aku sangat bersemangat hari ini habisin waktu sama kamu, karena semenjak perjodohan aku sama Anes, kita jauh."Tak tahu harus menjawab apa, Alnaira hanya tersenyum tipis sebagai respon hingga tak berselang lama mobil yang Gema kendarai kembali melaju setelah sebelumnya berhenti.Menempuh perjalanan yang cukup jauh, Alnaira dan Gema tiba sekitar pukul setengah dua belas kurang beberapa menit dan karena cuaca siang ini cukup panas, keduanya memilih untuk mampir ke sebuah kafe yang terse
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

66). Pelukan Terakhir

***"Enak juga ya makan es krim sambil nikmatin air laut."Duduk bersila di atas pembatas beton, ucapan tersebut Gema lontarkan dengan senyuman terukir. Tak lagi di kafe, saat ini dia dan Alnaira tengah menikmati deburan ombak sambil menikmati es krim.Tak sepanas tadi, cuaca siang ini juga mulai meredup sehingga tanpa perlu merasa panas, Alnaira mau pun Gema bisa menikmati pemandangan air laut di depan mereka.Tenang, itulah yang Alnaira rasakan tatkala menyaksikan ombak laut di depannya, sementara Gema sendiri sejak tadi dilanda bahagia."Iya," ucap Alnaira. "Tapi habis ini pulang ya. Jalanan pasti macet, takutnya kesorean kalau dinanti-nanti.""Aman," kata Gema. Menoleh untuk memandangi Alnaira yang tengah menikmati es krim cone, dia lantas berucap, "Makasih ya, Na, buat hari ini. Dari lima hari, kamu udah nyicil satu hari buat habisin waktu sama aku.""Sama-sama," kata Alnaira. "Aku harap setelah ini kamu fokus dengan rencana pernikahan kamu sama Anes, karena kan udah enggak ada u
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya

67). Teguran Elara

***Setelah berkata demikian, Gema memilih fokus mengemudi hingga setelah satu jam di jalan, mobil yang dia kendarai tiba juga di tempat pertemuan dengan Alnaira ketika berangkat tadi.Berhenti di pinggir jalan, Gema menepati janji untuk membangunkan Alnaira dan tak sulit, perempuan itu membuka mata setelah sekali Gema menepuk pipi sambil memanggil."Diem dulu deh sepuluh menit, jangan langsung nyetir," kata Gema sambil menyandarkan punggungnya pada jok.Belum turun, dia masih setia di kursi kemudi karena jika boleh jujur, Gema sebenarnya masih ingin menjadi supir untuk Alnaira.Menghabiskan waktu berdua selama beberapa jam, Gema berat ketika harus berpisah dengan gadis itu karena meskipun tetap bertemu di rumah sakit setiap hari, suasananya tak lagi sama."Aku enggak pusing," kata Alnaira. "Lagian udah setengah empat juga. Sore.""Enggak ada juga yang bilang pagi.""Gem, ih.""Pusing enggak?" tanya Gema sambil memandang Alnaira. "Lagian kayanya kalau pun aku turun depan komplek, kemu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya

68). Dihibur Gibran

***"Ma, aku sepedahan dulu ya. Enggak jauh kok, paling cuman keliling komplek."Sambil mengisi botol minum yang dia pegang, kalimat pamit tersebut lantas Alnaira lontarkan pada Elara yang kini sibuk di dapur.Sempat dilanda sedih setelah diajak mengobrol oleh sang mama, mood Alnaira memang kembali baik setelah sang adik mengajaknya menikmati sore dengan bersepeda.Cukup lama tak melakoni olahraga tersebut meskipun hanya berkeliling komplek, Alnaira antusias sehingga tanpa banyak menunda dia pun bersiap-siap."Hati-hati main sepedanya ya. Jangan ngebut dan jangan kejar-kejaran," kata Elara. "Santai aja.""Siap, Ma," kata Alnaira patuh. "Aku pergi dulu ya kalau gitu.""Oke."Membawa sebotol penuh air putih, dengan semangat Alnaira pergi menemui Gibran. Melihat sang adik standby di sepeda, seulas senyum terukir sehingga sambil mengampiri Gibran, dia buka suara."Kenapa excited banget ya aku? Padahal, cuman sepedahan keliling komplek.""Ya karena kan lagi stress, makanya diajak sepedahan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya

69). Kedatangan Dhana

***"Hai, Nes," sapa pria yang tak lain adalah Dhana. "Lagi sibuk enggak? Gue mau pesan kue nih buat acara. Tadi gue telepon Gema dan gue disuruh ke sini aja katanya.""Kue apa aja emangnya, Dhan?" tanya Aneska sambil mendudukan dirinya di samping Dhana. "Yang cake-cake gitu aja sih, Nes, kalau ada. Buat acara syukuran soalnya.""Acara kamu?""Tante," kata Dhana. "Dia mau ngadain acara tujuh bulanan hamil terus katanya ngidam pengen dicariin kue sama gue. Jadi ya gitu deh.""Oh," kata Aneska. Bertemu Dhana, dia teringat kembali pada bebannya beberapa waktu lalu sehingga sebelum membahas kue, Aneska bertanya, "Buru-buru enggak, Dhan? Kuenya juga bukan buat hari ini, kan?""Buat rabu sih, Nes, dan kebetulan gue lagi santai sih," kata Dhana. "Ada apa emang?""Hm, aku mau nanyain sesuatu sih, tapi kalau seandainya aku ajak kamu ke ruangan aku mau enggak?" tanya Aneska. "Enggak enak kalau di sini, rame.""Ruangannya di toko ini juga?""Iya ke belakang," kata Aneska. "Enggak sepi kok, di lu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya

70). Permintaan untuk Menjemput

***(Bisa jemput aku ke toko? Mobilku kayanya kurang angin. Jangan minta Gibran ya, karena aku pengen kamu yang jemput.)Sedikit mengernyit setelah membaca bagian terakhir dari pesan yang diterimanya dari Aneska, itulah Alnaira. Duduk di tepi kasur, beberapa waktu lalu gadis itu barusaja menunaikan kewajibannya karena memang bukan lagi pukul lima sore, saat ini jarum jam sudah ada di angka enam sore lebih dua puluh menit.Tak sekadar menunaikan kewajiban, Alnaira juga tentunya sudah mandi sehingga tak memakai setelan ketika pergi bersama Gema dan bermain sepeda dengan Gibran, saat ini dia sudah santai dengan setelan piyama polos berwarna biru."Kenapa enggak boleh minta Gibran ya?" tanya Alnaira pada dirinya sendiri. "Padahal lebih aman sama dia, meskipun aku juga enggak keberatan."Tak menemukan jawaban, Alnaira terdiam selama beberapa detik sebelum kemudian mengetik pesan balasan. Tak hanya mengiakan permintaan Aneska, dia bertanya pula alasan sang kakak tak mau dirinya meminta Gibr
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status