Home / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Belaian Hangat Om Bastian: Chapter 71 - Chapter 80

155 Chapters

71. Mendiang Istri

Widad menyesap anggurnya perlahan, matanya tidak lepas dari Bastian. "Jadi, bagaimana rasanya memimpin perusahaan sendirian, Bastian? Tidak ada yang ... mendampingi?"Bastian mengepalkan tangannya di bawah meja, berusaha menahan emosinya. "Aku baik-baik saja. Fokus pada pekerjaan membuatku tetap produktif."Naira merasakan ketegangan yang semakin memuncak. Dia hendak mengalihkan pembicaraan, namun Widad melanjutkan."Ah, ya. Kau selalu seperti itu. Terlalu fokus pada pekerjaan," ujar Widad, nada suaranya penuh sindiran. "Bahkan saat Suzie membutuhkanmu."Bastian tersentak mendengar nama itu. Matanya menyiratkan amarah yang tertahan. "Jangan bawa-bawa nama Suzie."Widad tersenyum sinis, mengabaikan peringatan Bastian. "Kenapa? Takut mengingat betapa tidak becusnya kamu mengurus istrimu sendiri?"Naira terkesiap, tidak menyangka pembicaraan akan mengarah ke sana. Dia merasa sangat tidak nyaman berada di tengah konflik ini."Kau tidak tahu apa-apa tentang hubunganku dengan Suzie," desis
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

72. Maaf Bila Aku Egois

Alih-alih hendak menghentikan Bastian, Naira justru meremas jas di punggung Bastian saat dia menikmati lumatan bibir Bastian."Om ... ummhh ...." Meski dia tahu ini salah, tapi Naira terlalu gila untuk menginginkan ini terus berlangsung.Di hatinya, Naira terus menyerukan permintaan maafnya kepada sang ibu.Baru saja Naira dibuat mabuk kepayang dengan ciuman Bastian, pria itu sudah menyudahinya dan mereka saling bertatapan dalam jarak pandang cukup dekat.Naira harus mendongak untuk menatap Bastian, matanya menelisik manik kelam di depannya. 'Om Tian pasti sakit hati banget disinggung soal mendiang bininya tadi.'Gadis itu berempati. Dia juga pasti akan murka jika ada dalam posisi Bastian."Nai ... maaf ... aku egois." Bastian meraih belakang kepala Naira untuk menyatukan dahinya ke kepala Naira sebelum akhirnya pria itu mengecup kening Naira.Seketika, hati Naira dipenuhi oleh kupu-kupu yang menghinggapi ribuan bunga yang telah mekar oleh kehangatan sikap lembut Bastian. Dia memilih
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

73. Makanlah! Setelahnya Kamu yang Kumakan

“Mmh~” Naira menggumam pelan ketika dia mulai terjaga dan mendapati dirinya di tempat yang dia yakini bukan kamar yang seharusnya dia tempati.Apalagi ketika membuka mata, dia melihat ke ruangan yang temaram tanpa lampu, hanya mengandalkan cahaya dari luar jendela, sedangkan hanya ada gelap di luar sana, menandakan ini bukan lagi siang meski hari belum berganti.“Uff!” Naira susah-payah mengangkat tubuhnya yang terasa remuk tak terkira.Seketika, tenggorokannya kering, entah karena sebelumnya terlalu banyak bersuara—mendesah dan mengerang, atau karena tidur cukup lama.“Ya ampun …,” desahnya ketika dia mengingat apa yang sudah terjadi tadi siang. “Aku dan Om ….”Memutar kembali memori itu, Naira langsung menutupi wajahnya karena malu, dan terselip pula rasa berdosa pada ibunya.“Mi, aku beneran minta maaf,” bisiknya sambil berusaha turun dari ranjang.Bruk!“Aduh!” pekiknya saat dia mengetahui ternyata lututnya serasa berubah jadi permen jeli.Seketika, pintu pun terbuka dan sosok itu
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

74. Canggung

"Nai, berangkat bersama, yah!" tanya Bastian sambil merangkul pinggang Naira dari belakang.Lekas saja Naira melepaskan diri dari belitan Bastian."Eng-enggak, Om! Aku ... aku kayak biasa aja, berangkat sendiri," tolaknya dengan membawa kegugupan.Sepanjang pagi ini, Naira selalu merasa kikuk ketika berhadapan dengan Bastian. Apalagi Bastian memaksa untuk tidur bersama di kamarnya, Naira semakin merasa sungkan."Ugh!" Naira berjalan cukup susah payah setibanya di gedung Zilong E-First. Bagian bawah tubuhnya terasa ngilu dan cara berjalannya jadi aneh.'Bos sialan!' umpatnya di hati. 'Bisa-bisanya terus-terusan minta begituan! Tadi pagi kalo aku gak buru-buru masuk ke kamarku sendiri, pasti udah dia terkam juga, dah! Uffhh ... semoga aja gak ada orang yang kepo soal jalanku ini!'Naira menghela napas lega saat memasuki ruangan Amy. Setidaknya di sini dia bisa menghindari Bastian untuk sementara. Apalagi dengan kembalinya Amy dari luar kota, dia merasa aman."Pagi, Sis Amy," sapa Naira
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

75. Naira Dipindahkan

'Aku bakalan diapain ini?!' Hati Naira berdebar-debar. Setelah pintu ditutup, Bastian menyudutkan Naira di antara tubuhnya dan pintu. Satu tangannya ditaruh di samping kepala Naira, sungguh sikap yang mendominasi."Nai, bisa nggak, kalo kamu jauhi Fikri?" tanya Bastian sambil menatap mata Naira dalam-dalam.Tenggorokan Naira tercekat. Meski ucapan itu pernah dilantunkan Bastian kemarin dulu, tapi saat ini terasa ada nuansa posesif yang kental dari suara pria itu. Dada Naira berdentum-dentum."P-Pak Bos ...." Naira bingung harus menjawab apa.Dia yang biasanya bisa bersikap keras dan tegas pada Bastian pada awalnya, sekarang semuanya luntur setelah dia ditaklukkan pria ini."Jangan bikin aku cemburu, Nai." Bastian memperlembut suaranya dengan tiba-tiba.Ini membuat Naira disergap gelombang keheranan sekaligus kelegaan.'Om Tian kayaknya nggak akan marahin aku. Ya ampun, Om ... jangan tatap aku pake kitty eyes gitu, dong! Hatiku bisa lumer ini!' Naira merasakan hatinya sedang diaduk-ad
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

76. Menjadi Sekretaris Pribadi Pak Bos

Naira terdiam, terkejut mendengar keputusan Bastian. Dia tidak menyangka akan diminta menjadi sekretaris pribadi Bastian mulai hari itu juga."Tapi, Pak Bos..." Naira mencoba protes, namun Bastian mengangkat tangannya, menghentikan kata-katanya."Ini keputusan final, Nai. Tolong ambil barang-barangmu dari ruangan Amy dan pindahkan ke meja sekretaris di sini," ujar Bastian tegas.Dengan berat hati, Naira menurut. Dia berjalan kembali ke ruangan Amy untuk mengambil barang-barangnya. Sementara itu, Bastian menghubungi Amy melalui telepon."Amy, bisa ke ruanganku sebentar?" pinta Bastian.Beberapa saat kemudian, Amy masuk ke ruangan Bastian. Dia melihat Naira sedang merapikan barang-barangnya di meja sekretaris."Ada apa, Pak Bos?" tanya Amy.Ada sedikit kebingungan di wajah Amy ketika melihat situasi tersebut.Bastian tersenyum. "Aku memutuskan untuk jadiin Naira sekretaris pribadiku mulai hari ini."Sebenarnya dia bisa saja menyampaikan ini pada Amy melalui telepon, tapi dia merasa itu
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

77. Statusku Apa?

Hari yang ditakutkan Naira akhirnya tiba. Elvita, ibunya, kembali dari perjalanan luar pulau. Bastian menerima kabar ini dengan perasaan campur aduk, tahu bahwa dia harus memulangkan Naira ke rumah ibunya.Sore itu, Bastian memanggil Naira ke ruangannya."Nai, mami-mu bakalan pulang hari ini," ujar Bastian dengan nada lembut namun ada sedikit keengganan tersirat.Naira merasakan jantungnya berdegup kencang. Rasa tak nyaman mulai timbul."Oh ... begitu, Pak Bos." Jawabannya terdengar kering tanpa fluktuasi. Padahal dulu dia akan antusias saat mengetahui ibunya akan pulang.Bastian menghela napas. "Kamu harus pulang ke rumah mami-mu malam ini. Aku bakalan ngantar kamu."Naira mengangguk pelan, tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya."Oke, Bos. Aku ntar bakalan berkemas."---Malam itu, Bastian benar-benar mengantar Naira pulang. Namun, tentu saja pria itu masih sempat berintim-intim dengan Naira di sore harinya, di sofa dan di kamar mandi.Setibanya di rumah Elvita, mereka disambut o
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

78. Udahan Aja Yah, Om!

Menatap langit-langit kamarnya, Naira mulai menggumam, "Apakah aku tidak pernah ada di hati Om? Apalagi sepertinya Om lebih serasi dengan Mami." Gelisah dengan pemikirannya sendiri, Naira memeluk gulingnya."Aku pastinya dosa banget kalo ampe ngerebut Om dari Mami, kan? Padahal Mami selama ini sayang aku, meski sering sibuk kerja, tapi aku yakin Mami sayang aku."Meskipun ada sekelumit hatinya mengatakan ibunya terlalu sibuk bekerja dan kadang kurang perhatian padanya, tapi Naira bisa memaklumi itu karena mereka tak punya lagi sosok lelaki di rumah untuk diandalkan."Argh! Pusing! Aku pusing!" Besoknya, ketika Naira memiliki kesempatan berbincang dengan Bastian di jam makan siang di ruangan pria itu. Dia mencoba mengungkapkan kegundahan yang dia rasakan."Om, ada yang mau aku omongin," Naira memecah keheningan, suaranya sedikit bergetar.Bastian mengangkat alis, menghentikan gerakan tangannya yang hendak menyuap. "Ya, ada apa Nai?"Naira menarik napas dalam, berusaha mengumpulkan ke
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

79. Pengangkatan Menjadi GM

Di kursinya, jantung Naira seperti digedor palu raksasa milik dewa petir. Ibunya diangkat jadi GM! Mata Elvita berbinar. "GM? Beneran? Oh, Bos Tian, makasih!"Langsung saja Elvita bangkit dari kursinya dan memeluk Bastian."Tapi," Bastian melanjutkan, "posisi ini mengharuskanmu untuk menangani divisi di pulau lain."Ucapan Bastian sontak menimbulkan gejolak di hati Naira. Ibunya hendak dikirim ke pulau lain?Elvita terdiam sejenak, lalu bertanya, "Berapa lama?"Senyum di wajah Elvita memudar, melipat kedua tangan di depan dada, dan berdiri di samping kursi Bastian sambil menyandarkan pantatnya ke tepian meja si Bos. "Setidaknya satu tahun," jawab Bastian tegas.Di mejanya, Naira mendengarkan dengan telinga yang dipasang baik-baik. Ada campuran perasaan lega dan bersalah mengguyur hatinya."Tapi, Tian ... gimana ama Naira?" tanya Elvita, suaranya terdengar ragu.Naira membalas canggung tatapan ibunya yang baru saja tertuju ke arahnya.Bastian tersenyum meyakinkan. "Nggak usah khawati
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

80. Rencana Licik Bastian

Sepeninggal Elvita ke luar pulau untuk menjadi GM di sana, Bastian memang semakin intens dalam interaksinya dengan Naira. Di kantor, dia sering mencari alasan untuk menghabiskan waktu berdua dengan Naira."Om ... mhhh ... jangan gini ... nanti ada-mmphh ...." Naira sedang berjuang mengimbangi cumbuan Bastian yang menuntut.Sudah berapa kali dia menuruti gairah Bastian yang meluap-luap. Tak hanya di rumah pria itu saja, tapi juga di kantor."Sshh ... jangan bicara yang gak penting. Kamu hanya perlu mengerang ama membuka kakimu lebih lebar untukku," desis Bastian cukup keras.Ucapan semacam itu membuat Naira malu hingga pipinya memerah. Kenapa vulgar sekali pria itu dalam berkata-kata? 'Aku curiga dia sengaja ngomong cabul gitu, dasar om-om mesum!' rutuk Naira di hatinya.Maka, sore itu dihabiskan mereka dengan kegiatan yang membuat mereka banjir peluh.Betapa liciknya Bastian ketika dia 'mengusir' Elvita dan menaruh Naira di ruangannya sebagai sekretarisnya. Dan masih ada lagi 'rencan
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status