Home / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Belaian Hangat Om Bastian: Chapter 61 - Chapter 70

155 Chapters

61. Fikri

Keesokan paginya, Naira bangun lebih awal. Dia bergegas bersiap-siap, berusaha tidak membuat suara yang bisa membangunkan Bastian.“Untung aja aku bawa pakaian kerja ke sini.”Setelah merapikan diri sebisa mungkin dengan pakaian yang dibawa dari rumahnya, dia mengendap-endap ke ruang tengah.‘Kayaknya Om belum bangun, deh! Namanya Bos biasanya bangun seenaknya, kan?’Namun, ternyata dugaannya salah. Bastian sudah ada di sana, duduk di sofa dengan secangkir kopi di tangan."Pagi, Naira," sapa Bastian. "Aku udah bikinin sarapan untuk kamu."Tadinya Naira hendak langsung berangkat ke kantor, tapi karena ternyata Bastian sudah menyiapkan sarapan untuknya, dia tak enak hati kalau menolaknya."Pagi, Om," balas Naira canggung.Akhirnya, Naira pun makan pagi bersama Bastian. Setelah itu dia bersiap berangkat ke kantor.“Pergi duluan, yah Om!” pamitnya.Bastian menoleh heran ke arahnya.“Gak nunggu aku dulu? Aku cuma butuh sekitar 10 menit untuk siap-siap, kok!”Pria itu mulai bangkit dari kur
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

62. Melihat Mereka Duduk Berdekatan

Fikri membuka bundle pertama dan mulai menjelaskan, "Novel pertama berjudul 'Jejak Waktu Tuan Muda'. Ceritanya tentang perjalanan waktu, tapi dengan twist unik di mana tokoh utamanya bisa melihat masa depan melalui mimpi setelah dia kelelahan."Kemudian Naira mendengarkan penjabaran Fikri mengenai tokoh dan juga blurb-nya.Naira mengangguk, tertarik. "Kedengarannya menarik, Bang. Menurut Abang, apa kelebihannya?"Dia ingin tahu terlebih dulu mengenai penilaian Fikri. Ini sesuai dengan gaya Amy jika ada editor yang datang untuk meminta persetujuan naskah."Plotnya sangat original dan penulis ini punya gaya bahasa yang segar. Tapi ...." Fikri ragu sejenak.Naira mengerutkan dahi, menunggu Fikri melanjutkan ucapannya."Tapi apa, Bang?" Naira mendorong.Fikri memandang lekat ke Naira."Endingnya agak lemah, Ra. Aku rasa butuh sedikit polesan agar lebih memuaskan pembaca. Gimana menurutmu?"Kali ini Naira meneliti plot keseluruhan dengan cepat dan menganggukkan kepalanya.“Menurutku, selai
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

63. Hadiah Untuknya

Naira dan Fikri segera berdiri. "Nggak apa-apa, Bos," jawab Fikri. "Kami lagi berdiskusi beberapa naskah baru yang masuk di tempatku."Bastian mengangguk singkat, matanya masih terpaku pada Naira yang tampak gugup. "Naira, ke ruanganku sebentar. Ada hal penting yang perlu kita bahas.""Ba-baik, Pak Bos," jawab Naira terbata-bata. Dia menoleh pada Fikri. "Maaf, Bang. Kita lanjutin nanti, yah?"Fikri mengangguk paham. "Tentu, nggak masalah. Kita bisa lanjutin setelah makan siang."Naira mengikuti Bastian keluar ruangan, meninggalkan Fikri yang memandang mereka dengan sedikit bingung. Di koridor, Bastian berjalan cepat tanpa menoleh ke belakang, sementara Naira mengikutinya dengan perasaan campur aduk, bertanya-tanya apa yang akan dibahas di ruangan Bastian nanti.Bastian berjalan cepat di koridor, Naira mengikuti di belakangnya dengan gugup."Berapa kali Fikri diskusi ama kamu kayak tadi?" tanya Bastian tiba-tiba, berhenti dan berbalik menghadap Naira.Naira hampir menabrak Bastian kare
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

64. Ajakan Fikri

Bastian terdiam sejenak, seolah memikirkan jawabannya dengan hati-hati."Yah, itu hadiah atas presentasi kerenmu kemarin, dan aku juga pengin kamu punya pakaian yang layak untuk bekerja di sini. Kamu kan mewakili perusahaan juga, Nai." Untung saja dia menemukan alasan yang bagus.Naira mengerutkan dahinya, merasa ada yang janggal dengan jawaban itu."Tapi Om, aku udah punya banyak baju kerja yang layak. Apa ada alasan lain?"Bastian terlihat sedikit gelisah mendengar pertanyaan lanjutan dari Naira. Dia berdehem pelan, berusaha menenangkan diri sebelum menjawab."Naira, kamu tau ... kamu karyawan yang berharga banget bagi perusahaan ini."Naira masih menatap Bastian dengan pandangan menyelidik, merasa ada yang tidak dikatakan."Dan juga," Bastian melanjutkan, suaranya sedikit lebih pelan, "kamu adalah putri dari wanita yang sangat berarti bagiku."Naira merasakan jantungnya berdebar lebih kencang mendengar kalimat terakhir Bastian."Maksud Om? Apa ini ada hubungannya ama Mami?"Bastian
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

65. Tak Mau Ditinggal

Bastian mengalihkan perhatiannya ke Fikri, seolah baru teringat akan kehadirannya."Oh, makanannya?" Bastian melirik piring di depannya yang hampir tidak tersentuh. "Cukup enak. Mungkin kita perlu menambah variasi menu."Fikri mengangguk antusias. "Betul, Pak! Aku rasa karyawan bakalan senang kalo ada lebih banyak pilihan."Sementara itu, Naira berusaha menyelesaikan makanannya dengan cepat, ingin segera pergi dari situasi yang terasa canggung ini."Naira, kau belum nyobain puding cokelatnya," Bastian tiba-tiba berkata, menunjuk ke nampan Naira.Naira tersentak. "Ah, iya ... mungkin nanti aja, Pak. Aku udah kenyang."Bastian mengambil puding dari nampan Naira. "Sayang banget kalo gak dimakan."Tanpa menunggu respon Naira, Bastian mulai menyendok puding tersebut, matanya tidak lepas dari Naira.Fikri merasakan atmosfer yang semakin aneh. Dia berdehem lagi. "Um, Naira, jadi kapan kita bisa lanjutin diskusi kita?"Naira bersyukur ada alasan untuk mengalihkan perhatiannya dari Bastian. "M
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

66. I Love You, Pak Bos!

Fikri terlihat sedikit bingung mendengar pernyataan tiba-tiba dari Bastian."Oh, baiklah, Pak. Apa ada masalah?" tanya Fikri hati-hati.Bastian menggeleng, wajahnya tetap tenang meski ada ketegangan yang terasa di udara."Nggak ada masalah. Hanya saja, ada beberapa hal penting yang perlu aku diskusikan ama Naira di ruanganku." Bastian mengatakannya dengan wajah lurus saja tanpa banyak fluktuasi ekspresi.Naira menatap Bastian dengan pandangan bertanya-tanya, tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."Tapi, Pak ...." Naira mencoba protes, namun kata-katanya terpotong."Ini penting, Naira," potong Bastian dengan nada yang tidak bisa dibantah. Dia kemudian kembali berbicara kepada Fikri, "Fikri, kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu yang lain. Terima kasih atas laporannya."Fikri, meski masih terlihat bingung, mulai membereskan berkas-berkasnya."Baik, Pak. Naira, kita bisa lanjutin diskusi ini lain waktu," ujar Fikri.Naira hanya bisa mengangguk lemah, merasa tidak punya pilihan lain."Iy
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

67. Efek Champagne

Naira terdiam, matanya melebar mendengar kata-kata Bastian. Kalimat 'Kau memang harus mencintaiku, Nai.' itu menggema terus di telinganya, membuat jantungnya berdegup kencang.Sejenak, Naira merasakan gelombang emosi yang kompleks. Kata-kata itu terdengar begitu intim, seolah-olah sarat dengan nuansa asmara. Naira merasakan wajahnya memanas, pikirannya berkecamuk.Namun, secepat perasaan itu muncul, Naira berusaha menepisnya. Bagian lain dari hatinya segera berargumen, 'Gak, gak mungkin! Itu pasti cuma ungkapan kasih sayang seorang calon ayah ke calon anaknya. Om Tian kan pacar mami! Iya, tentu aja dia bakalan menjadi sosok papa untukku.'Naira menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri dan membuang jauh-jauh prasangka yang menurutnya terlalu berlebihan itu. Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia salah mengartikan nada suara Bastian."Ma-makasih, Om Tian," Naira akhirnya berhasil menjawab, suaranya sedikit bergetar. "Aku ... aku juga sangat menghargai Om."Naira berusaha t
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

68. Sorry, Mi

"Om ... ummhh ...." Naira membalas cumbuan Bastian.Tak mengerti kenapa dirinya malah membiarkan kekasih ibunya melumat bibirnya, Naira bahkan diam ketika Bastian meremas dadanya sehingga dia tak bisa menahan suara aneh keluar dari mulutnya."Anngh~ Om~" Naira tak menyangka dirinya larut dalam momen itu sejenak, tapi mendadak saja kesadarannya segera kembali. Dengan lembut, dia mendorong dada Bastian, memperlebar jarak mereka secara cepat."Om, kita gak bisa," bisik Naira, napasnya terengah, kepalanya menggeleng beberapa kali. "Ini ... ini gak benar, please Om, jangan."Bastian terlihat kecewa, tapi dia menghormati keputusan Naira. Maka, dia sudi menjauhkan diri seraya matanya masih terpaku pada Naira."Sorry, Nai." ujar Bastian pelan.Padahal dia bisa saja memaksakan keinginannya pada Naira yang saat ini sedang dalam posisi lemah. Tapi dia tersadar, tidak akan menyenangkan jika mengambil kesempatan dari seorang wanita yang masih dalam pengaruh alkohol begitu."Oke, gak apa-apa, Om!"
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

69. Kecemburuan Pak Bos

"Eh?" Naira cukup kesulitan menoleh ke Bastian yang baru datang.Sebenarnya, yang tadi terjadi adalah ...."Aduh!" pekik Naira.Tiba-tiba saja, dia merasakan sesuatu tersangkut di bahunya. Dia mencoba meraihnya namun kesulitan."Ugh. Anting-antingku nyangkut," keluh Naira frustrasi.Fikri langsung bangkit dari kursinya, wajahnya menunjukkan kekhawatiran."Biar kubantu," tawarnya sambil mendekat.Tepat saat Fikri mengulurkan tangannya untuk membantu Naira, pintu terbuka. Bastian masuk dan terhenti, terkejut melihat posisi mereka yang sangat dekat."Apa yang terjadi di sini?" tanya Bastian, nada suaranya sedikit tegang.Naira dan Fikri terlonjak kaget, secara refleks menjauhkan diri satu sama lain. Wajah Naira memucat melihat ekspresi Bastian."Pak Bos! Ini gak seperti yang Pak Bos pikirin. Anting-antingku tersangkut, Bang Fikri cuma bantuin aku," jelas Naira cepat, suaranya sedikit bergetar.Bastian melangkah maju dengan cepat, matanya terfokus pada Naira. Suaranya terdengar tegas keti
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

70. Siapa Widad?

"Kalian teman masa sekolah atau bagaimana?" tanya Pak Sudono sambil bergantian menatap Bastian dan putranya.Ada senyum miring di wajah Widad ketika dia disebut sebagai teman Bastian oleh ayahnya. Dari pihak Bastian juga seperti tak setuju dengan label teman di antara mereka berdua."Kami satu kampus di Sangria saat menempuh pendidikan S2." Bastian menjelaskan tanpa menyebut mengenai teman sama sekali.Dia dan Widad memang kuliah S2 di Sangria, salah satu negara maju di utara.'Oh, ternyata temen kuliah.' Naira membatin sambil matanya masih menatap Bastian dan Widad, bergantian. 'Tapi pasti bukan jenis teman yang baik-baik aja, ya kan?'Bastian dan Widad duduk berhadapan, ketegangan di antara mereka nyaris teraba. Naira mengambil tempat di samping Bastian, merasakan kecanggungan situasi."Jadi, bagaimana kabarmu, Bastian?" tanya Widad, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Masih sibuk mengejar kesuksesan seperti dulu?"Jantung Naira berdegup kencang, akankah terjadi pertempuran sengi
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status