Home / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Belaian Hangat Om Bastian: Chapter 51 - Chapter 60

155 Chapters

51. Jadi Pacarku Dulu

Untuk beberapa detik, Naira termangu mendengar ucapan kekasih ibunya. Apa dia salah dengar? Tapi kemudian pria itu bicara lagi padanya.“Sana kamu tidur! Aku di ruang tengah ini.” Bastian mulai menata bantal kecil di sofa ruang tengah.Naira bengong. Jadi, Bastian akan menjaga dia malam ini?Mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh, Naira pun pergi ke kamar di lantai atas. Pria itu yang ingin begitu, bukan?“Ra.” Bastian memanggil lagi.“Apa, Om?” Naira mau tak mau menoleh sebentar.Bastian menatap ke mata Naira sambil bicara, “Jangan bunuh diri. Masih banyak makanan enak buatanku yang belum kamu cicipi.”Mendengar ucapan Bastian, Naira tertawa kecil, mengacungkan ibu jarinya, dan melanjutkan langkah menapaki anak tangga ke lantai atas.Kali ini dia memang sudah jauh lebih tenang dibanding sebelumnya.Hanya saja, ketika dia merebahkan tubuh di kamarnya, tangisnya kembali terburai keluar dan dia bekap wajahnya kuat-kuat menggunakan bantal agar tidak terdengar keluar.“Emil jahat! Huhuuu
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

52. Sepertinya Tak Buruk Tinggal Bersama

Naira kembali melongo gara-gara ucapan Bastian yang sungguh tidak dia duga-duga.Belum sempat dia membalas, Bastian sudah lebih dulu bicara, "Gak usah mikir macam-macam. Aku cuma bercanda biar kamu melongo jelek kayak gitu, tuh!"Setelah itu, Bastian menaruh bungkusan es batu ke tangan Naira. Gadis itu harus mengaplikasikannya sendiri.Sementara, Naira masih menenangkan gejolak hatinya diakibatkan kalimat Bastian yang diakui sebagai candaan semata oleh sang pria."Lagian, aku juga ogah jadi pacarnya Om." Naira sudah berhasil menguasai dirinya dan tak ingin terlihat kalah.Tak lupa dia julurkan lidah ke Bastian.Tidak memedulikan tingkah kekanakan Naira, Bastian bertanya, "Kamu udah beli outfit sesuai yang aku suruh kemarin?"Naira membelalakkan mata dengan wajah penuh penyesalan."Dari muka kamu aja aku udah bisa mengira-ngira kamu belum ngelakuin yang aku suruh, ya kan?" Bastian sudah lebih dahulu bicara.Meringis karena ketahuan, Naira mengakuinya."Hehe~ iya maaf, kemarin aku terla
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

53. Bertemu Musuh Lama

Naira baru saja hendak duduk di kursi salon ketika dia mendengar suara familiar yang membuatnya menoleh."Wah, wah ... lihat siapa yang ada di sini," ujar Rinda dengan nada sinis. "Si anak emas di kantor."Menarik napas panjang, Naira berusaha sabar.Dia menghela napas, berusaha tetap tenang. "Oh hai, Rinda. Lama gak ketemu."Jujur saja, Naira kesal ketika dia malah bertemu dengan salah satu orang yang kerap mencari masalah dengannya, entah itu di kampus maupun di kantor.Rinda mendengus. "Tentu saja lama. Sejak pacar ibumu jadi bos dan memecatku."Tanpa sungkan, Rinda menjawab demikian sembari mengeraskan suaranya agar seisi salon bisa mendengarnya."Kamu dipecat karena kinerjamu sendiri, Rinda. Bukan karena hal lain, apalagi pake sangkut-pautin ama mamiku," jawab Naira datar.Dia tak perlu merasa kecil dan terintimidasi, bukan? Dia harus bisa membela harga diri dia dan ibunya."Oh ya?" Rinda menyeringai jijik ke Naira. "Lalu ngapain kamu bisa ada di salon mahal ini? Pasti si Bos yan
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

54. Mendadak Kalut

“Yeah! Saatnya melangkah ke depan menyongsong hal yang menanti!” Naira memberi semangat ke dirinya sendiri.Sedangkan dia tak tahu, di rumah si Bos, Bastian mengerutkan kening saat menerima pesan dari Naira. Tanpa pikir panjang, dia segera menghubungi salon tersebut."Selamat siang, Salon Elegan. Ada yang bisa kami bantu?" jawab resepsionis salon."Ini Bastian Zilong. Saya ingin tahu kenapa Naira membatalkan reservasinya," tanya Bastian dengan nada tegas.Resepsionis terdengar ragu sejenak sebelum menjawab, "Ah, Pak Bastian. Maaf, tadi terjadi sedikit ... keributan antara Nona Naira dan salah satu pelanggan kami.""Keributan? Dengan siapa?" Bastian semakin penasaran."Dengan Nona Rinda, Pak. Pelanggan lama kami," jawab resepsionis hati-hati.Bastian menghela napas panjang. Dia tahu betul siapa Rinda dan masalah apa yang mungkin ditimbulkannya. "Baiklah. Tolong kejar Naira, minta dia untuk tidak pergi dulu.""Baik, Pak. Saya akan menyuruh staff kami untuk—" resepsionis terdiam sejenak.
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

55. Rayuan Bastian

Perlahan, sebuah senyum kecil muncul di wajah Naira. "Om benar. Aku ... aku gak boleh biarin mereka bikin aku kayak gini."Bastian mengangguk puas. "Itu baru Naira yang aku tau. Jadi, kamu siap menghadapi calon klien kita?"Naira menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk mantap. "Iya, Om. Aku siap.""Bagus," Bastian tersenyum lebar. "Ayo, kita tunjukkan ke mereka presentasi terbaik kamu."Dengan tekad baru, Naira berjalan bersama Bastian menuju ruang meeting. Meskipun masih ada sedikit kegelisahan di hatinya, Naira bertekad untuk tidak membiarkan masa lalunya menghalangi kesuksesannya hari ini.‘Aku bakalan buktiin ke diriku sendiri, ke Om Tian, dan ke semua orang bahwa aku mampu mengatasi segala rintangan! Bahwa aku gak lemah!’ Hati Naira dipenuhi semangat.Saat mereka semakin mendekati ruang pertemuan, langkah Naira semakin melambat. Bastian bisa merasakan keraguan yang semakin besar dari gadis itu."Nai, kita udah sampai. Ayo masuk," ajak Bastian lembut.Memang mereka datang lebih
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

56. Presentasi

Ada tiga orang pria berjas rapi dan satu wanita sudah memasuki ruangan.‘Aduh … jantungku deg-degan banget gini. Lututku berasa jeli,’ batinnya, tapi dia berusaha keras menyembunyikan kegugupannya.Bastian, menyadari keadaan Naira, dengan lembut meletakkan tangannya di punggung Naira, memberikan dukungan tanpa kata-kata. Sentuhan itu seolah memberikan kekuatan pada Naira."Selamat pagi, Bapak dan Ibu dari Seroja Group. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk hadir," sapa Bastian dengan suara tegas namun ramah. "Saya Bastian Zilong, dan ini karyawan saya, Naira."Ketika Bastian menoleh ke dirinya, Naira tahu harus berbuat apa."Selamat pagi, Bapak dan Ibu dari Seroja Group. Perkenalkan, saya Naira Karl, Asisten dari Lead Editor GoodRead Zilong E-First. Saya yang akan memimpin presentasi hari ini."Naira, masih dengan lutut yang terasa seperti jelly, melangkah maju dan mengulurkan tangannya disertai wajah seramah mungkin. "Senang bertemu dengan Anda semua," ujarnya.Dia bersyukur su
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

57. Meluapkannya di Dadamu

Setelah Naira menyelesaikan presentasinya, Pak Sudono, CEO Seroja Group, adalah yang pertama mengajukan pertanyaan."Presentasi yang sangat menarik, Nona Naira. Saya punya beberapa pertanyaan. Pertama, bagaimana dengan hak cipta dalam fitur 'Pilihan Alur Cerita' ini? Apakah penulis asli setuju dengan modifikasi cerita mereka?"Naira menjawab dengan percaya diri, "Terima kasih atas pertanyaannya, Pak Sudono. Kami telah mengantisipasi masalah ini. Kami hanya bekerja sama dengan penulis yang bersedia ceritanya dimodifikasi. Mereka akan mendapatkan royalti tambahan untuk setiap alur cerita alternatif."Bastian menambahkan, "Dan kami juga memiliki tim legal yang khusus menangani aspek hak cipta ini, memastikan semua pihak terlindungi secara hukum."Pak Djoko, CFO Seroja Group, mengajukan pertanyaan berikutnya, "Bagaimana dengan biaya pengembangan teknologi AR? Bukankah itu akan sangat mahal?"Naira mengangguk, "Anda benar, Pak Djoko. Pengembangan AR memang membutuhkan investasi besar. Namu
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

58. Bagaimana Kalau Aku Baper?

'Kenapa sih malah harus merusak mood dengan ngeliat mereka lagi?' keluh Naira dalam hati.Naira merasakan dadanya sesak. Semua euforia dari keberhasilan presentasinya seolah menguap dalam sekejap. Dia berdiri kaku, tidak mampu mengalihkan pandangannya dari mantan pacar dan mantan sahabatnya itu.Sementara, Ivy mulai menyadari kehadiran Naira yang memang sudah melangkah masuk ke restoran. "Mil, Emil," panggilnya ke Emil yang langsung membeku setelah melihat Naira.Bastian, yang menyadari perubahan sikap Naira, segera mengikuti arah pandangannya. Dia langsung memahami situasi ini. Tanpa ragu, Bastian mengambil tindakan cepat.Dengan lembut namun tegas, Bastian meletakkan tangannya di pinggang Naira, menariknya sedikit lebih dekat. Gerakan ini membuat Naira tersentak dari lamunannya."Kayaknya restoran ini baunya gak sedap karena keringat beberapa orang," ujar Bastian dengan suara cukup keras, sengaja agar Naira fokus pada suaranya. "Ayo, Nai, cari tempat lain yang lebih segar."Naira, m
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

59. Menginap di Rumah Pak Bos

Dua hari ini Bastian masih menginap di rumah Naira. Namun, suatu pagi setelah Bastian pergi, tetangga di samping kanan rumah bertanya ke Naira."Dik Naira, itu cowok yang sering datang dan menginap di rumah, siapa?" tanya ibu tetangga.Naira sudah menduga pasti ini akan terjadi, cepat atau lambat. Dia sudah menyiapkan jawabannya."Oh, itu saudara dari pihak mami," dustanya."Saran aja nih, Dik. Lebih baik lekas melapor ke Pak RT meski itu saudara sekali pun. Takutnya nanti warga salah paham." Si ibu tetangga memberikan nasehat.Naira mengucapkan terima kasih atas saran itu dan berjanji akan melapor ke RT apabila 'si saudara pihak maminya' akan menginap lagi malam nanti.Ketika di kantor, Naira membujuk Bastian. "Please lah, Om, eh Pak Bos ... jangan nginap lagi di rumah, yah! Aku malas kalo harus urusan ama warga." Naira memasang wajah sememelas mungkin agar Bastian setuju dengan permintaannya. Bastian pun berhenti menginap di rumah Naira atas permintaan gadis itu.Malam itu, Naira
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

60. Hanya Bercanda?

Naira terkesiap, merasakan wajahnya memanas. "A-apa maksud Om?"Bastian tersenyum tipis, "Hanya bercanda. Istirahatlah, besok kita harus ke kantor."Naira mengangguk canggung, masuk ke kamar tamu dengan perasaan campur aduk. Di balik pintu yang tertutup, ia memikirkan tawaran Bastian, bertanya-tanya apakah itu benar-benar hanya candaan belaka.“Ya ampun jantung, oh jantung … bertahanlah di tempatnya, yah!”Naira duduk gelisah di tepi ranjang kamar tamu. Tiba-tiba pikirannya melayang pada ibunya, Elvita, yang sedang berada di luar pulau untuk urusan bisnis. Haruskah dia mengabari ibunya tentang situasi ini?“Tapi aku takut mami salah paham kalo tau aku nginap di rumah Om Tian. Apa aku tanya ke Om Tian dulu, yah? Aku gak mau salah.” Dia mempertimbangkannya.Setelah beberapa saat menimbang-nimbang, Naira akhirnya memberanikan diri keluar dari kamar tamu. Dengan langkah ragu, dia berjalan menuju kamar Bastian dan mengetuk pintu pelan."Om Tian?" panggil Naira lirih.Terdengar suara langkah
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more
PREV
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status