Home / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Belaian Hangat Om Bastian: Chapter 41 - Chapter 50

155 Chapters

41. Informasi Tak Terduga

Pagi ini, Naira sudah bersiap dengan pakaian untuk ke kantor.“Mih, aku ngantor dulu, yah!” Tak lupa dia mengecup pipi ibunya.“Hati-hati di luar, Sayang!” Elvita tak melupakan mengucapkan itu ke putrinya.Naira membalas dengan lambaian tangan karena taksi online pesanannya sudah datang.“Hm, enaknya aku pakai manuver apa, yah pagi ini?” Naira berpikir dalam perjalanan.Namun, baru saja dia hendak merancang sebuah kenekatan lain untuk menghindari Bastian, ponselnya bergetar.Dia melihat ada nomor asing.“Siapa, sih?” Naira penasaran. Maka dari itu, dia membukanya.[Kalau hari ini kamu masih kabur dariku, aku akan kasitau Elvita tentang kita di sofa ruang tengah]Deg!Ternyata dari Bastian.“Sial! Sial!” Naira memaki dengan sikap gemas plus kesal.“Kenapa, Neng?” tanya sopir di kabin depan.“O-oh, nggak apa-apa, Pak!” Naira lekas menyahut sopir.Maka, pagi itu, dia tak punya pilihan lain selain menghentikan tingkah kucing-kucingannya. Dia tak mau apabila Bastian merealisasikan ancamann
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

42. Cemburu Bergemuruh Menggelegak di Hati

“Emil?” Bastian mengerutkan keningnya dalam-dalam setelah mengetahui siapa lelaki itu.Naira mengangguk dengan sikap lugu. Meski dulu dia pernah berebut ponsel dengan Bastian gara-gara Emil, dan Bastian tidak setuju dia berhubungan lagi dengan mantannya, tapi dia tidak melihat tanda-tanda emosi di raut wajah Bastian.Yah, Naira tidak tahu saja betapa bergemuruh gelegak magma cemburu di hati Bastian saat ini.“Selamat sore, Pak Bos.” Emil menyapa sopan ke Bastian sambil menganggukkan kepala.Namun, Bastian tidak memberikan respon.“Pak Bos, aku pulang dulu, yah!” Naira segera naik ke boncengan motor Emil disaksikan Bastian yang mengetatkan rahangnya kuat-kuat.Mana tahu Naira kalau Bastian ingin sekali menarik paksa Naira dari motor itu.“Beneran pulang, Naira. Jangan bikin mamimu khawatir.” Bastian berjuang memberikan wajah senormal mungkin saat mengatakan itu.Naira bukannya menjawab, tapi hanya memberikan ibu jari pada Bastian, tanda oke.Bastian merasakan gelombang emosi menerjang
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

43. Pertengkaran di Hotel

Naira baru saja tersenyum bahagia ketika dia ditatap Emil yang sudah duduk di depannya.‘Gantengnya~’ batin Naira menyeru ketika pandangan mereka bertemu. 'Ya ampun~ aku bisa meleleh ini!'Saat ini mereka memang sedang berada di hotel daerah Argonia. Namun, bukan di kamar, melainkan di restoran.Kalau Emil mengajaknya ke kamar hotel, Naira justru akan heran, karena menurutnya Emil tak mungkin begitu.“Ra, aku beneran minta maaf dulu udah kasar ama kamu, bahkan kita sempat bertengkar ampe se—“Sambil bicara, Emil meraih tangan Naira di atas meja untuk dia genggam lembut.“Udah, gak usah diingat-ingat lagi, Mil.” Naira memotong.Hatinya bergemuruh akan suka cita ketika tangannya diraih Emil. Kini jalannya kembali ke pelukan Emil dan menjalani hari-hari indah seperti dulu akan terbentang lebar untuknya.Yang penting, dia bisa menepis bayangan Bastian yang kerap mengganggu pikirannya.‘Ya ampun! Dia sekarang elus-elus tanganku! Emil, aku cinta kamu!’ Hatinya berbunga-bunga.Dia sudah memb
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

44. Membujuk Agar Mereka Putus

Naira memasuki rumah dengan wajah masam. Dia melempar tasnya ke sofa dan menghempaskan diri di sampingnya.Elvita yang sedang membaca majalah di ruang keluarga, mengalihkan perhatiannya pada sang putri."Lho, kok pulang dari nge-date malah cemberut? Ada apa, Sayang?" tanya Elvita.Si ibu lekas menaruh majalah di meja untuk fokus pada putrinya yang berwajah kusut.Naira menghela napas panjang. "Gimana gak cemberut? Gara-gara pacar Mami!"Dia masih kesal kalau ingat seperti apa malu yang dia rasakan di hadapan Emil dan pengunjung restoran.Memang, tadi Emil tidak menyalahkannya, tapi tetap saja dia tak enak hati pada mantan yang sebentar lagi kembali jadi pacar."Bastian? Kenapa?"Elvita menghadapkan tubuh ke putrinya di samping, berusaha memberikan perhatian penuh pada Naira.“Dia gak ke sini?” tanya Naira, cukup terkejut karena ibunya tidak mengetahui.Elvita menggelengkan kepala sebagai pengganti jawaban.“Gak telepon Mamih?” Naira masih bertanya.Sekali lagi Elvita menggelengkan kep
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

45. Mana Tanggung Jawabmu?

“He? Kok malah mau cuti lagi? Bukannya kamu sudah beberapa kali ambil cuti, yah?” Elvita teringat.Naira menghela napas keras-keras ketika dia menarik kursi ruang makan dan duduk di sana sambil melihat ibunya menyiapkan makan pagi.“Lagi malas banget, nih Mih! Boleh, yah! Hari ini aja, deh!” Naira menggaruk rambutnya yang masih acak-acakan.Dia benar-benar malas bertemu Bastian di kantor. Bahkan dia takut tak bisa menahan diri dan meninju muka Bastian jika terlalu kesal nantinya."Kamu masih kesal soal kejadian semalam, ya?" Elvita menoleh ke putrinya sambil menggoreng sosis.Naira mengangguk pelan sambil merebahkan kepalanya di meja.Elvita menghela napas. "Sayang, Mami tau kamu kesal. Tapi ingat, kamu punya tanggung jawab di kantor. Lagian, bukannya besok kamu ada presentasi penting, kan?"Mendengar kata 'presentasi', Naira akhirnya membuka matanya."Aduh, iya ya Mih. Aku hampir lupa!"Setelahnya dia merutuki kenapa setuju saja ketika Bastian memerintahkan dia menghadapi calon klien
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

46. Bersiap Menerima Kejutan dari Bastian

Naira sudah mempersiapkan mentalnya untuk mendengarkan ‘ceramah’ dari Bastian. Pastinya mengenai Emil.“Naira, apakah kamu sudah memiliki persiapan untuk besok?” Bastian bertanya.Untuk sesaat, Naira linglung, sama sekali tidak mengira bahwa pertanyaan macam itu yang akan diberikan padanya setelah huru-hara di restoran semalam.“Hah?” Naira mengerjap-kerjapkan matanya.“Telingamu bermasalah?” Bastian terlihat terganggu dengan respon Naira.Segera saja Naira mengerti bahwa responnya sungguh kekanakan.“Maaf, Pak Bos! Persiapan? Oh, sedang saya buat, Pak!” Naira menggunakan kalimat sebaku mungkin untuk menunjukkan profesionalitasnya dalam pekerjaan.Bastian memainkan pena yang ada di tangan.“Ya sudah, cepat kirim persiapanmu ke emailku, akan aku teliti dulu.”Sebagai pemilik perusahaan, Bastian tetap harus memeriksa hasil akhir sebelum diberikan ke klien atau pun konsumen.“Tapi Pak Bos, baru separuh jalan. Belum selesai sepenuhnya.” Naira tidak sedang mengada-ada.Ini juga kesalahanny
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

47. Makan Siang Kejutan Sebelum Kejutan Berikutnya

Naira terdiam beberapa saat, seakan dia lupa bernapas dan lupa kalau punya lidah untuk membantunya bicara.“Ra? Naira?” Bastian menepuk pelan lengan Naira.Gadis itu segera tersadar.“Oh! Ah, Om, anu … Pak Bos ….” Naira sampai kebingungan saat mendongak menatap Bastian.Sekali lagi dia melirik ke isi map tadi.“P-Pak Bos yakin?” Naira menatap Bastian.Tapi belum juga Bastian menjawabnya, Bastian sudah melangkah ke ruangan kecil yang hanya dibatasi pintu geser dari kaca, ruangan yang biasa dia gunakan untuk santap makan siang jika tidak ingin keluar kantor.“Ke sini, Ra! Temani aku makan!” Bastian memanggil dari ruangan kecil tersebut.Naira baru tersadar bahwa di ruangan itu sudah ada banyak makanan tersaji di meja kecilnya.“Eh? Itu ….” Naira bingung hendak bicara apa.Bastian menggiring Naira ke ruangan kecil tersebut dan Naira patuh didudukkan di salah satu kursi minimalis yang hanya berjumlah 4.“Makan yang banyak, yah!” Bastian mengambil nasi yang sudah dipersiapkan bagian untukn
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

48. Terlalu Mengejutkan Hingga Ingin Menangis

“Ini … ini bohong, kan?” Bibir Naira bergetar setelah dia mendapatkan kekuatan untuk bicara.Kejutan yang diberikan Bastian kali ini memang sangat mengejutkan dia, tapi berbeda dengan yang sebelumnya. Sangat jauh berbeda.Bastian ingin menutup map itu. "Aku udah tau kamu pasti nggak akan suka hasilnya."Naira mencegah Bastian menutup map cokelat di depannya.Dengan tangan gemetar, Naira mengambil satu demi satu lembaran di sana. Matanya mulai basah saat melihat foto-foto dan hasil tangkap layar dari video antara Emiliano, mantan yang kemarin sudah menjadi kekasihnya lagi, bersama seorang gadis yang sangat dikenalnya—Ivy Moreno, kawan akrabnya sendiri.Dia memang memiliki 2 sahabat, Helena dan Ivy. Belakangan ini, Ivy kerap menghindarinya dengan alasan sibuk tugas kuliah dan bekerja part time di toko sepupunya.Dia jadi bertanya-tanya, apakah ini alasan Ivy menghilang? Dan Emil juga selalu slow respon setiap dihubungi?"Nggak ... ini gak mungkin," bisik Naira, suaranya bergetar, sama s
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

49. Melabrak Pengkhianat

Di kafe pinggir pantai yang suasananya remang-remang syahdu , Naira sedang adu mulut dengan Ivy.“Jadi emang kau yang biang gatelnya, yah Vy! Gak nyangka aku!” seru Naira ketika dia melihat Ivy sedang duduk berduaan dengan Emil.Tentu saja dua insan itu tidak mengira akan diketemukan Naira malam itu.“Dan kau, Emil! Ternyata ini yang kamu bilang lagi sibuk kerja, yah? Atau sibuk pacaran?” Naira melotot geram ke Emil.Emil hanya bisa diam tak berani banyak menatap mata Naira yang sedang menyala akan amarah. Apalagi ketika telunjuk Naira mendorong-dorong dadanya dengan gerakan emosi. Dia diam tak berkutik, tahu dirinya memang salah.“Eh, Ra, santai dong!” Ivy yang biasanya kalem, kini berani membantah dan beringas ke Naira.Dia mendorong Naira agar Emil tidak didorong lagi menggunakan telunjuk.“Kau nyuruh orang santai, lah kau sendiri santai apa enggak? Dasar kocak! Kukira sahabat, ternyata tukang embat!” Naira tak terima didorong Ivy.“Tukang embat apanya? Jangan fitnah, kau!” Suara I
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

50. Menginap Malam Ini

“Agar kamu lebih tenang.” Bastian menarik tuas rem tangan dan mematikan mesin mobil.Naira mencoba membuka pintu mobil tapi tak bisa karena Bastian sudah mengaktifkan mode child safety lock. Dia kesal dan memukul serta menendang apa yang ada di dekatnya.Bastian tidak berusaha mencegahnya.“Coba kamu dengerin suara ombak, Ra.” Bastian memeluk kemudi sambil menatap ke ombak di pantai yang ada di depannya, meski berjarak belasan meter.“Gak mau! Gak peduli!” Naira masih marah.Hendak menendang dasbor seperti tadi, tapi dia jadi malu sendiri karena tingkahnya justru terkesan kekanak-kanakan. Dia pun menampar dasbor sebelum diam melipat kedua tangan di depan dada.“Suara ombak itu keren, loh Ra.” Bastian bicara lagi sebelum dia terdiam.Naira juga terdiam.Suasana sunyi di antara mereka. Hanya ada bunyi ombak yang terdengar.Naira mengingat lagi mengenai Ivy dan Emil, hatinya kembali sakit.“Kenapa Om tau aku di sana?” tanya Naira. “Bahkan mami juga gak tau, loh!”Akhirnya kesunyian dipec
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status