Semua Bab Belaian Hangat Om Bastian: Bab 21 - Bab 30

155 Bab

21. Pergulatan di Sofa Gara-gara Mantan

Memasang wajah cemberut, Naira menjawab, “Emil mantan pacarku.”Bisa terlihat jelas oleh Naira, dahi Bastian berkerut tajam usai dia memberikan jawaban.“Emangnya kenapa kalo aku ama Emil masih temenan dan saling chat?” Naira tak mau surut dari pembelaan diri.Memangnya apa urusan Bastian mengenai hubungan dia dengan Emil atau siapa pun mantan-mantan yang dia miliki?“Masih temenan?” Kerutan di dahi Bastian belum pudar. “Pesan-pesan kalian ini rasanya bukan pesan antar teman.”Mendengar itu, Naira tersulut emosi karena ternyata Bastian sempat membaca pesan-pesan yang terkirim.Memang, beberapa hari ini dia dan Emil mulai terlibat percakapan yang cukup intens dan mengarah ke romantisme.“Kamu gak berhak baca pesanku!” Naira berdiri dan berusaha meraih ponsel di tangan Bastian.Namun, Bastian juga ikut berdiri dan menaikkan tangannya tinggi-tinggi, membuat sulit situasi bagi mereka berdua.“Aku cuma pengin memastikan kamu baik-baik aja selama ibumu pergi.” Bastian masih mempertahankan p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-21
Baca selengkapnya

22. Tunjukkan Siapa Bosnya di Sini!

Vruumm!Suara mesin mobil Bastian sudah menderu meninggalkan depan rumah Elvita.“Arrrghh!” Kesalnya Naira.Kakinya dihentakkan beberapa kali sebagai pelampiasan kekesalan.Masuk kembali ke rumah, dia melihat meja makan yang belum dia bereskan.“Sialan! Setan brengsek!” Naira meraih iga panggang yang tinggal setengah porsi dan mencampakkannya di tempat sampah.Iga panggang pun menjadi sasaran kemarahan Naira, seakan itu bisa tersalur ke pemberinya, Bastian.‘Sebenarnya sayang sih ngebuang iga itu. Tapi biarin! Itu pantas! Salah sendiri kamu dibawa ama si setan bedebah itu!’ tegas Naira.Dia melangkah berderap dengan kaki dihentak-hentakkan menuju ke kamar.***Di malam ketika petang baru saja usai, Naira mendengar bel pintu depan.Sebenarnya dia malas membukanya karena mengira itu pasti Bastian.“Gak! Gak! Aku harus kasi pelajaran ke dia! Enak aja dia ngelakuin ini dan itu kayak dia yang paling punya dunia ini! Dia pikir dia siapa?!” Naira bergumam sendiri.Setelah bel ditekan untuk y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-21
Baca selengkapnya

23. Siap Tempur!

Pagi ini Naira berangkat kantor dengan wajah bersungut-sungut. “Pasti si setan brengsek itu bakalan kasi aku perintah aneh-aneh lagi, deh! Apalagi kemarin aku guyur dia.”Setelah naik taksi online, Naira mulai merapikan dandanannya. Kali ini dia memang memakai setelan blazer dan rok, tapi memakai sepatu yang tidak berlebihan tinggi tumitnya.“Cih! Pakaianku udah mirip budak korporat.” Naira cemberut.Dia tidak memedulikan lirikan sopir di depan ketika dia mengomel pelan dalam gumaman.Acara merapikan dandanan pun selesai bersamaan dengan tibanya taksi online itu di depan gedung Zilong E-First. Setelah membayar, Naira berjalan cepat masuk ke kantor.‘Aku udah siap mo dikasi perintah se-absurd apa pun, ayo dah! Dasar baperan! Bos setan yang bisanya ngomel sok ikut campur!’ Batinnya terus mengomel mengenai Bastian.Hingga akhirnya dia tiba di ruangannya sendiri.Tak lama, Amy masuk dan mereka bekerja dengan tenang seperti biasa. Satu jam … dua jam … hingga tak terasa tiga jam terlewati.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-22
Baca selengkapnya

24. Perintah Mencoba Gaun Mahal? Untuk Siapa?

“Eh?” Naira termangu mendengar perintah Bastian.Dia harus mencoba gaun-gaun indah yang bahkan tak mungkin disentuh Naira sebelumnya?“Kenapa bengong? Cepat masuk ke fitting room!” Bastian menunjuk ke ruangan berukuran bilik yang pastinya sebuah kamar pas.Meski bingung dengan apa yang diucapkan Bastian, Naira masih tetap melangkah masuk ke kamar pas.“Kenapa aku yang harus nyobain baju-baju ini? Ukuran mami dan aku kan beda,” gumamnya.Tapi karena ini sudah merupakan perintah, Naira tak punya pilihan lain selain patuh.“Wah, ruangan pasnya gak sesempit yang aku bayangin!” Matanya menatap ke fitting room yang seukuran kamar 3 x 4 meter. Bahkan ada meja besar dan palang besi untuk menggantung gaun di sana.Berhati-hati tak mau merusakkan barang mahal, dia menaruh satu demi satu gaun di lengannya ke besi gantungan.“Yang ini dulu, deh!” Naira memilih gaun yang sejak tadi mencuri perhatiannya.Gaun sutra merah gelap dengan potongan asimetris cantik dengan belahan dada cukup rendah. Bagia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-22
Baca selengkapnya

25. Berdebar karena Pelukannya

"Le-lepasin aku," gumam Naira terbata-bata, berusaha mempertahankan sikap ketusnya meski jelas terlihat kikuk.Naira, yang tadinya bersikap ketus, kini merasa wajahnya memanas karena malu. Ia segera berusaha menegakkan diri, menghindari tatapan Bastian.“Oke.” Bastian benar-benar melepaskan tangannya yang memeluk Naira.Namun, ternyata tubuh Naira belum siap sehingga kembali limbung. Dia secara refleks mencengkeram lengan Bastian, takut jatuh.Bastian terkekeh pelan, "Oh? Kukira kamu gak butuh bantuanku?"Mata pria itu melirik ke pegangan erat Naira pada lengannya. Mau tak mau dia melingkarkan lengannya ke pinggang ramping Naira.Naira menggigit bibirnya, merasa malu dan kesal pada dirinya sendiri. "Diam kau!" gumamnya pelan, tak berani menatap mata Bastian.Wajahnya mungkin sudah merah padam saat ini. Sungguh memalukan!"Baiklah, Putri Bangsawan. Atau … Putri Keras Kepala aja?" ujar Bastian sambil perlahan membantu Naira berdiri tegak. "Jangan gengsian. Kamu gak tahu kapan bakalan bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-24
Baca selengkapnya

26. Posisi Tak Disangka-sangka yang Membuat Jantung Berdebar Tak Karuan

‘Pria itu … sampai sejauh itu ….’ Mendadak, hati Naira terasa hangat atas perhatian Bastian.Meski dilakukan dengan cara menyebalkan, tapi Bastian nyatanya memberikan perhatian tanpa banyak cakap. Hanya perintah-perintah singkat yang harus dipahami Naira secara cermat.Setelah paham maksud Bastian, Naira pun mengganti keranjang dengan troli paling besar di sana.Dia dengan riang memasukkan apa saja yang dia inginkan hingga troli penuh sempurna.“Cuma segitu? Gak pengin nambah troli lagi?” tanya Bastian ketika Naira kembali dengan seluruh belanjaan yang sudah dia kumpulkan di troli.Kepala Naira mengangguk. Setelah ini dia bisa lega tidak perlu kelaparan, tidak perlu berebut makanan dengan kucing kampung di tong sampah.Duh, kalau ingat insiden memalukan di halaman depan, Naira ingin sekali pindah planet karena sempat dilihat tetangga, bahkan ditanya.Tak berapa lama, belanjaan sudah dikemas dalam beberapa kardus besar dan diserahkan ke petugas supermarket untuk dibawa ke parkiran temp
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-24
Baca selengkapnya

27. Rasa Kesepian Ketika Dia Pergi

Tak ingin pingsan karena kegugupannya dikurung tubuh Bastian, maka Naira memutuskan untuk berbalik sebelum meloloskan diri dari kungkungan pria itu meski risikonya dia akan berhadapan terlebih dahulu dengan Bastian dan tentunya akan lebih canggung lagi.Sayang sekali, Naira seperti macet, tak bisa bergerak lagi setelah dia berbalik menghadap Bastian.Apakah dia perlu menyesali keputusannya barusan?"I-itu ... selai ama madu," jawab Naira terbata-bata, tangannya gemetar saat menyerahkan botol-botol tersebut pada Bastian.Saat tangan mereka bersentuhan, Naira merasakan seperti ada aliran listrik mengalir di kulitnya. Ia cepat-cepat menarik tangannya hingga botol kaca di tangannya nyaris saja jatuh jika bukan karena ketangkasan Bastian yang buru-buru memeganginya.Bastian, masih dengan ekspresi dinginnya, menempatkan botol-botol itu di rak atas tanpa memberi kesempatan bagi Naira untuk menjauh dari kurungan tubuhnya.Sungguh canggung, aroma pria itu menguasai indera penciuman Naira bahka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-24
Baca selengkapnya

28. Ternyata Tangan Om Sangat Terampil!

‘Eh!’ Naira memekik di hatinya.Dia sendiri juga terkejut kenapa mendadak memiliki ide spontan semacam itu. Tapi sudah terlambat ditarik kembali."Ya, um, maksudku ... aku punya bahan makanan di kulkas. Kita bisa masak bareng. Kalau Om mau, sih!" Naira menambahkan cepat-cepat, pipinya mulai memerah.Bastian terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk. "Oke."Naira membuka pintu lebih lebar, mempersilakan Bastian masuk. Mereka berjalan ke dapur dalam diam, suasana masih terasa canggung.Di dapur, Naira mulai mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas."Kita bikin spageti aja, gimana?" usul Naira, masih tidak berani menatap langsung ke mata Bastian.Bastian mengangguk sambil menggulung lengan kemejanya. "Aku potong sayuran, kau mengurus pastanya."Naira memutar matanya. Masih saja Bastian bersikap bossy layaknya di kantor. Apakah pria itu akan kejang-kejang kalau tidak memerintah sebentar saja?“Gunakan pasta penne dan fusilli. Itu yang paling cocok dimasak ama sayuran.” Bastian bersuara lag
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-24
Baca selengkapnya

29. Meladeni Si Dengki

“Duh! Udah setengah 9!” Naira melirik ke jam tangan di pergelangan tangan kirinya. “Ini gara-gara kelamaan nungguin taksi online yang kena macet, nih!” keluhnya di pagi ini.Karenanya, Naira segera berlari kecil ke arah lobi. Namun, dari arah berlawanan, ada Rinda dan beberapa anak magang lainnya membawa beberapa folder di dekapan masing-masing.“Wah! Wah! Si anak emas emang beda, yah! Jam segini baru datang!” Suara Rinda cukup keras sehingga orang-orang yang ada di lobi menoleh ke mereka.Naira segera menghentikan larinya dan menarik napas panjang.‘Kayaknya dia emang demen nyari masalah ama aku. Oke, aku ladeni sebentar, deh!’ Naira yang mudah tersulut emosi merasa dia tak mau dirugikan dengan ucapan seenaknya Rinda.Suasana lobi kantor pagi itu mendadak terasa tegang saat Rinda menghampiri Naira yang hendak menuju lift Gedung B.“Anak emas apanya? Ini belum jam 9. Apa kamu kurang wawasan? Kurang pengetahuan mengenai peraturan kantor ini kalau jam masuk kerja itu jam 9.” Naira tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-25
Baca selengkapnya

30. Aku Butuh Kamu di Ruanganku

Amy yang baru saja bersuara, muncul dan bertanya pada Naira. “Ada apa ini, Ra?”“Nggak ada apa-apa, Sis Amy.” Naira malas menjabarkan mengenai perdebatannya dengan Rinda.Meski begitu, Amy sudah menangkap aroma permusuhan dari Naira dan Rinda.Melihat ketegangan antara kedua gadis itu, Amy menarik tangan Naira.“Yuk! Aku butuh kamu di ruanganku!” ajak Amy sambil tetap memegangi tangan Naira untuk pergi dari sana.Mata Naira tajam menatap Rinda yang melotot tak terima.‘Ini belum kelar, yah Rin! Liat aja ntar kalo kau berani nyenggol gak enak tentang mami lagi,’ batin Naira menyimpan dendam ke Rinda.Maka, seharian ini, suasana hati Naira buruk. Bahkan dia malas pergi ke kantin walau hanya sekedar ingin membeli minuman ringan atau camilan seperti gorengan. Napsu makannya menguap hilang ketika dia mengingat ucapan buruk Rinda.“Loh, Ra, kamu belum makan siang?” tanya Amy ketika jam makan siang sudah berjalan setengahnya.“Belum kerasa lapar, Sis. Aku masih selesaikan periksa naskah dulu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status