Home / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Belaian Hangat Om Bastian: Chapter 11 - Chapter 20

155 Chapters

11. Hamil Puisi

Sesampainya di toilet gedung GoodRead, Naira langsung memuntahkan makan siangnya tadi di salah satu biliknya.“Ih! Siapa, sih itu?” Terdengar suara karyawati lainnya yang sedang berdandan di depan kaca besar. “Hamil, ya?”“Iya, hamil petai!” jawab Naira sebelum muntah lagi. Karyawati yang sedang memegang kuas mascara hanya bisa memberikan wajah melongo sambil bergumam lirih, "Emangnya petai bisa bikin hamil, yah? Ya ampun! Aku butuh banyak baca, emang nih!"***Di hari lainnya, Bastian memberi perintah absurd yang bisa membuat Naira tercengang.“Tulis puisi yang isinya memuji aku dan perusahaan ini!” Demikian perintah Bastian usai jam makan siang di ruangan pribadinya setelah Naira datang sesuai perintahnya.“Hah?” Naira tak habis pikir. Senarsis itukah Bosnya? Pria yang terlihat dingin dan kaku ini ... ternyata narsistik?“Jangan hah doang, buruan tulis! A
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

12. Bos Edan

Teriakan Naira sampai membuat Elvita bergegas lari ke depan. “Naira, ish!” Dia sambil menggoyangkan lengan putrinya.Naira cemberut dan merasa maminya sedang memberikan pembelaan ke Bastian ketimbang dirinya.“Mami tuh, yah! Dia ini sengaja bikin keki aku di kantor, Mih!” Naira sudah terlanjur kesal dan menudingkan jari ke Bastian. “Dianggepnya kantor tuh tempat ospek, apa?!”"Hus! Naira!" Elvita menegur putrinya.Melihat putrinya masih bersungut-sungut, Elvita meringis canggung. Sementara, Bastian justru menatap datar pada Naira yang kesal.“Ra, masuk kamar dulu, gih!” bujuk Elvita.Wajah cemberut Naira belum berubah.Sedangkan Bastian justru bicara, “Biarkan saja, Vi. Tak apa. Namanya juga masih anak-anak. Mungkin dia ingin perhatian lebih.”Mendengar apa yang dikatakan pacar ibunya, Naira semakin terbakar rasa kesal.“Kamu, yah! Sengaja bikin hidupku susah di kantor!” Mata melotot Naira semakin lebar, tapi Bastian tetap terlihat tenang. "Dasar bos edan!"Kekesalan Naira diungkapkan
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

13. Bertemu Mantan Terindah

Mengepalkan tangan erat-erat di sisi tubuh, Naira kembali menghadap ke Bastian. “Bukannya tadi udah melambaikan tangan nyuruh aku pergi?”Sisa rasa dongkol itu jelas masih ada. Berulang kali dikerjai dengan perintah absurd Bastian, mana mungkin tidak emosi?“Jangan sembarangan berasumsi.” Bastian menutup lembaran folder. “Ikut aku menemui klien!”Harusnya Naira sudah mengira ini. Dia hendak diperlihatkan ke banyak orang dengan penampilan seaneh itu.Maka, tak bisa melawan kemauan bosnya, Naira mengekor di belakang Bastian yang berjalan keluar dari ruangan tersebut.Seperti yang dikhawatirkan Naira, para klien yang ditemui Bastian memang menatap heran ke dirinya. Terima kasih pada outfit kuning secerah mentari, huh!‘Aku sumpahi kau kegigit saban makan! Aku sumpahi kau kehabisan sampo ketika keramas! Aku sumpahi sehari penuh kamu cegukan terus gak brenti-grenti, bos edan!’ kutuk Naira di samping Bastian yang sibuk berbincang dengan klien-kliennya.Sesekali Naira mendapati Bastian melir
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

14. Bastian Marah

‘Andai aja aku waktu itu nggak ribut besar ama Emil, aku pasti nggak akan putus ama dia.’ Naira menatap Emil penuh rindu.Emiliano atau yang biasa disapa Emil, mantan pacar terakhir Naira, merupakan pria berdarah blasteran dan sangat tampan. Wajar apabila Naira masih enggan melepaskan Emil kala itu.Hanya karena rumor tak mendasar mengenai kedekatan Emil dengan wanita lain, Naira terlalu emosi dan bertengkar hebat sehingga Emil memutuskan hubungan mereka tanpa bisa ditahan lagi.Akibatnya, hingga kini Naira masih gagal beranjak dari asmara lalunya dengan Emil.“Kebetulan aku nungguin temenku di sini, sih! Ah, tapi kayaknya dia gak dateng, deh! Bentar.” Emil mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan untuk siapa, entahlah.Setelah itu, Emil menyimpan ponselnya sambil Naira masih menatap sambil tersenyum lembut.“Aku dengar kamu magang di E-First, yah?” tanya Emil sambil memberikan wajah paling menawannya.Mana bisa jantung Naira baik-baik saja kalau begitu? Semenjak mereka putus, Emil s
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

15. Dikerjai di Klub Malam

Kepala Naira terasa berputar.“Kenapa, Naira?” Pemuda di depannya lekas menangkap tubuh limbung Naira.Pemuda itu memeluk Naira.“Eng-enggak kenapa-kenapa. Kita … sshh … balik ke bilik aja, yah!” Naira semakin merasa pusing.Tubuhnya mulai lemah sehingga dia tak berdaya ketika tangan pemuda itu berkeliaran seenaknya di beberapa asetnya seperti dada dan pantat.Tepisan tangannya dapat dengan mudah dilawan pemuda itu. Tapi dia bisa apa?‘Sialan! Siapa ini pelakunya?!’ jerit Naira di batinnya ketika dia gagal menghalau tangan bejat pemuda itu yang meremas dadanya. ‘Awas aja kalo Vida terlibat!’“Tanganmu minggir, brengsek!” desis Naira. Dia berusaha mencari Helena, tapi ternyata sahabatnya sudah cukup jauh darinya berdiri.Dia semakin risih ketika pantatnya diremas juga.“Yok, aku antar aja ke atas, oke!” Pemuda itu tersenyum mesum ke Naira.Tapi, Naira justru ingin melarikan diri saja dari tempat itu.“Aku pulang aja!” Dia berusaha melepaskan diri dari pelukan pemuda itu.“Oh, ya udah!
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

16. Reaksi dari Obat Terkutuk

Disela-sela akal sehat yang masih sekian persen bertahan di otaknya, Naira bisa melihat dirinya sendiri yang bertingkah liar. Berusaha menarik lepas pakaiannya, atau sekedar mengeluarkan napas memburu.“O-Om … hah … haah … Om … gerah … aneh … haah ….” Naira menatap Bastian seakan mangsa.Dia menubruk Bastian dan berusaha menyentuh tubuh pria itu.“Hei! Kendalikan dirimu, Ra!” tegas Bastian sambil menatap tajam ke Naira.Sayang sekali, akal sehat Naira sudah semakin terkikis dan menyisakan letupan gairah yang bergolak hebat di dalam dirinya. Seakan dia akan mati kalau tidak mendapatkan sentuhan saat ini juga.“Om, tolong … akuuu ….” Naira sambil melepas kain penutup dadanya.Kening Bastian mengernyit melihat kelakuan Naira. Dia sudah berusaha mencegah Naira untuk melucuti pakaiannya sendiri.“Hentikan kebodohanmu, Ra!” Tangan Bastian menahan tangan Naira yang hendak menggapai celana dalamnya.Tapi Naira justru menangis dan merengek.“Om, aku tak tahan. Om … ini rasanya aneh dan tak ena
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

17. Ingin Pacar Seperti Dia

Di dalam kamar mandi, Naira masih mendapatkan secuil kewarasannya, selebihnya hanya merasa aneh pada tubuhnya dan rasa tak nyaman pada area vital di bawah sana, seakan ada dorongan untuk melakukan sesuatu yang gila.“Om … Om … tolong aku ….” Sebagai efek dari berkurang banyaknya kewarasan akal Naira, dia terus menyentuh tubuh Bastian.Meski Bastian menepis berulang kali, dia tak goyah dan terus mencoba dan mencoba lagi sambil tangan lainnya membelai dirinya sendiri karena itu terbukti membuatnya lumayan nyaman.“Aku sedang menolongmu, Ra!” geram Bastian sambil menatap tajam Naira yang sudah berwajah sendu bermata sayu.Bastian melepas dasi yang dipakai sambil membuka beberapa kancing teratas kemejanya serta menggulung kedua lengan bajunya.Meneguhkan sosok polos tanpa selembar kain Naira, Bastian menangkap kedua tangan Naira dan menyatukannya di tiang shower.“Om?” Naira bingung.Bastian belum berhenti dan dia bergegas melilitkan dasinya ke dua pergelangan tangan Naira, membentuk simp
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

18. Kecupan di Kening

Begitu Naira menyadari isi kepalanya, dia langsung mengenyahkannya dari otak.‘Nggak! Gak boleh mikir gitu, gilak! Ngapain sih aku kepingin pacar kayak dia? Yang ada aku kurus kering gara-gara diperintah ini ama itu gak jelas, dah! Gak mau! Tarik balik harapanku tadi! Aku gak mau punya pacar kayak dia!’Naira sibuk memekikkan itu di benaknya. Kali ini dia menolak menatap pantulan wajah tampan Bastian di cermin rias depannya.‘Emil … aku lebih cocok ama Emil. Ah, iya, aku belum sempat hubungi Emil lagi.’ Akhirnya Naira mengalihkan pikirannya dengan sosok lain, Emil si mantan.Dulu mereka putus hanya gara-gara salah paham dia yang terlalu cemburuan, dan sekarang dia yakin Emil memang tidak seperti tuduhannya waktu itu.Rambut Naira akhirnya kering sepenuhnya berkat ketelitian Bastian.“Sini aku keringkan badanmu sekalian!” Bastian menaruh hair dryer ke atas meja rias dan mundur beberapa langkah untuk memberi ruang bagi Naira.Naira bangkit dari kursi sambil berusaha menyeimbangkan diri
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

19. Bastian Memberitahu Elvita

Pagi harinya, Naira terbangun dengan tubuh yang serba sakit dan kepala pusing.‘Kayaknya emang gak perlu berangkat hari ini. Ya ampun, badan udah berasa digebukin maling. Eh, tapi kan aku gak pernah digebukin maling. Yang ada, aku yang bakalan gebukin maling, lah!’ batinnya mengomel.Melirik jam dinding di kamarnya, sudah jam 8 lebih.Mendadak, dia teringat kembali adegan demi adegan semalam. Meski dia diracuni dengan obat laknat, dia masih bisa ingat meski agak samar.‘Sialan! Kenapa semalam aku binal banget ke dia! Sialan! Sialan!’ Naira merutuki malam yang baginya merupakan hal jahanam. ‘Emil aja belum pernah liat badan aku, apalagi ampe megang. Tapi Om Tian ….”Teringat akan Bastian, Naira teringat pula akan kecupan di kening sebelum Bastian pergi.Tanpa sadar, tangan Naira mengelus kening bekas dicium kekasih ibunya.‘Dia … ngapain dia pake cipok-cipok di sini pula, yah? Urgh! Seenaknya aja dia!’Mendadak, kekesalan muncul di benak Naira.‘Oh! Helen!’ Akhirnya dia teringat dengan
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

20. Perhatian Darinya Membuat Hati Menghangat

“Om ngapain ke sini?” tanya Naira saat melihat kehadiran Bastian di depannya.Mata Naira segera menoleh ke 2 bungkusan yang diangkat Bastian.“Gak mau biarkan aku masuk?” Bastian bertanya.Seperti biasa, wajah pria itu datar dan dingin seakan dia baru saja keluar dari kulkas.Naira pun mundur untuk memberi jalan Bastian masuk ke dalam rumah. Dia mengikuti Bastian ke ruang makan dan melihat pria itu memindahkan apa yang ada di bungkusan ke mangkuk dan piring.“Sup ayam dan udang goreng tepung.” Naira menyebut makanan yang dibawa Bastian.“Sup ayam bagus untuk pengar. Udang tepung … kata Elvita kamu demen udang tepung, makanya aku bawain ini.” Bastian menjawab tanpa menatap Naira dan justru beranjak pergi ke dapur.Naira lagi-lagi mengikutinya, ingin tau, apalagi yang hendak diperbuat Bastian.Ternyata pria itu mencari teko kecil untuk memasak air panas.“Om mo buat apaan?” Naira bertanya dan mengira mungkin Bastian ingin membuat kopi untuk pria itu sendiri.Bastian tak mau repot-repot m
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status