Home / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / 21. Pergulatan di Sofa Gara-gara Mantan

Share

21. Pergulatan di Sofa Gara-gara Mantan

Author: Caramelodrama
last update Last Updated: 2024-06-21 22:00:53

Memasang wajah cemberut, Naira menjawab, “Emil mantan pacarku.”

Bisa terlihat jelas oleh Naira, dahi Bastian berkerut tajam usai dia memberikan jawaban.

“Emangnya kenapa kalo aku ama Emil masih temenan dan saling chat?” Naira tak mau surut dari pembelaan diri.

Memangnya apa urusan Bastian mengenai hubungan dia dengan Emil atau siapa pun mantan-mantan yang dia miliki?

“Masih temenan?” Kerutan di dahi Bastian belum pudar. “Pesan-pesan kalian ini rasanya bukan pesan antar teman.”

Mendengar itu, Naira tersulut emosi karena ternyata Bastian sempat membaca pesan-pesan yang terkirim.

Memang, beberapa hari ini dia dan Emil mulai terlibat percakapan yang cukup intens dan mengarah ke romantisme.

“Kamu gak berhak baca pesanku!” Naira berdiri dan berusaha meraih ponsel di tangan Bastian.

Namun, Bastian juga ikut berdiri dan menaikkan tangannya tinggi-tinggi, membuat sulit situasi bagi mereka berdua.

“Aku cuma pengin memastikan kamu baik-baik aja selama ibumu pergi.” Bastian masih mempertahankan p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Belaian Hangat Om Bastian   22. Tunjukkan Siapa Bosnya di Sini!

    Vruumm!Suara mesin mobil Bastian sudah menderu meninggalkan depan rumah Elvita.“Arrrghh!” Kesalnya Naira.Kakinya dihentakkan beberapa kali sebagai pelampiasan kekesalan.Masuk kembali ke rumah, dia melihat meja makan yang belum dia bereskan.“Sialan! Setan brengsek!” Naira meraih iga panggang yang tinggal setengah porsi dan mencampakkannya di tempat sampah.Iga panggang pun menjadi sasaran kemarahan Naira, seakan itu bisa tersalur ke pemberinya, Bastian.‘Sebenarnya sayang sih ngebuang iga itu. Tapi biarin! Itu pantas! Salah sendiri kamu dibawa ama si setan bedebah itu!’ tegas Naira.Dia melangkah berderap dengan kaki dihentak-hentakkan menuju ke kamar.***Di malam ketika petang baru saja usai, Naira mendengar bel pintu depan.Sebenarnya dia malas membukanya karena mengira itu pasti Bastian.“Gak! Gak! Aku harus kasi pelajaran ke dia! Enak aja dia ngelakuin ini dan itu kayak dia yang paling punya dunia ini! Dia pikir dia siapa?!” Naira bergumam sendiri.Setelah bel ditekan untuk y

    Last Updated : 2024-06-21
  • Belaian Hangat Om Bastian   23. Siap Tempur!

    Pagi ini Naira berangkat kantor dengan wajah bersungut-sungut. “Pasti si setan brengsek itu bakalan kasi aku perintah aneh-aneh lagi, deh! Apalagi kemarin aku guyur dia.”Setelah naik taksi online, Naira mulai merapikan dandanannya. Kali ini dia memang memakai setelan blazer dan rok, tapi memakai sepatu yang tidak berlebihan tinggi tumitnya.“Cih! Pakaianku udah mirip budak korporat.” Naira cemberut.Dia tidak memedulikan lirikan sopir di depan ketika dia mengomel pelan dalam gumaman.Acara merapikan dandanan pun selesai bersamaan dengan tibanya taksi online itu di depan gedung Zilong E-First. Setelah membayar, Naira berjalan cepat masuk ke kantor.‘Aku udah siap mo dikasi perintah se-absurd apa pun, ayo dah! Dasar baperan! Bos setan yang bisanya ngomel sok ikut campur!’ Batinnya terus mengomel mengenai Bastian.Hingga akhirnya dia tiba di ruangannya sendiri.Tak lama, Amy masuk dan mereka bekerja dengan tenang seperti biasa. Satu jam … dua jam … hingga tak terasa tiga jam terlewati.

    Last Updated : 2024-06-22
  • Belaian Hangat Om Bastian   24. Perintah Mencoba Gaun Mahal? Untuk Siapa?

    “Eh?” Naira termangu mendengar perintah Bastian.Dia harus mencoba gaun-gaun indah yang bahkan tak mungkin disentuh Naira sebelumnya?“Kenapa bengong? Cepat masuk ke fitting room!” Bastian menunjuk ke ruangan berukuran bilik yang pastinya sebuah kamar pas.Meski bingung dengan apa yang diucapkan Bastian, Naira masih tetap melangkah masuk ke kamar pas.“Kenapa aku yang harus nyobain baju-baju ini? Ukuran mami dan aku kan beda,” gumamnya.Tapi karena ini sudah merupakan perintah, Naira tak punya pilihan lain selain patuh.“Wah, ruangan pasnya gak sesempit yang aku bayangin!” Matanya menatap ke fitting room yang seukuran kamar 3 x 4 meter. Bahkan ada meja besar dan palang besi untuk menggantung gaun di sana.Berhati-hati tak mau merusakkan barang mahal, dia menaruh satu demi satu gaun di lengannya ke besi gantungan.“Yang ini dulu, deh!” Naira memilih gaun yang sejak tadi mencuri perhatiannya.Gaun sutra merah gelap dengan potongan asimetris cantik dengan belahan dada cukup rendah. Bagia

    Last Updated : 2024-06-22
  • Belaian Hangat Om Bastian   25. Berdebar karena Pelukannya

    "Le-lepasin aku," gumam Naira terbata-bata, berusaha mempertahankan sikap ketusnya meski jelas terlihat kikuk.Naira, yang tadinya bersikap ketus, kini merasa wajahnya memanas karena malu. Ia segera berusaha menegakkan diri, menghindari tatapan Bastian.“Oke.” Bastian benar-benar melepaskan tangannya yang memeluk Naira.Namun, ternyata tubuh Naira belum siap sehingga kembali limbung. Dia secara refleks mencengkeram lengan Bastian, takut jatuh.Bastian terkekeh pelan, "Oh? Kukira kamu gak butuh bantuanku?"Mata pria itu melirik ke pegangan erat Naira pada lengannya. Mau tak mau dia melingkarkan lengannya ke pinggang ramping Naira.Naira menggigit bibirnya, merasa malu dan kesal pada dirinya sendiri. "Diam kau!" gumamnya pelan, tak berani menatap mata Bastian.Wajahnya mungkin sudah merah padam saat ini. Sungguh memalukan!"Baiklah, Putri Bangsawan. Atau … Putri Keras Kepala aja?" ujar Bastian sambil perlahan membantu Naira berdiri tegak. "Jangan gengsian. Kamu gak tahu kapan bakalan bu

    Last Updated : 2024-06-24
  • Belaian Hangat Om Bastian   26. Posisi Tak Disangka-sangka yang Membuat Jantung Berdebar Tak Karuan

    ‘Pria itu … sampai sejauh itu ….’ Mendadak, hati Naira terasa hangat atas perhatian Bastian.Meski dilakukan dengan cara menyebalkan, tapi Bastian nyatanya memberikan perhatian tanpa banyak cakap. Hanya perintah-perintah singkat yang harus dipahami Naira secara cermat.Setelah paham maksud Bastian, Naira pun mengganti keranjang dengan troli paling besar di sana.Dia dengan riang memasukkan apa saja yang dia inginkan hingga troli penuh sempurna.“Cuma segitu? Gak pengin nambah troli lagi?” tanya Bastian ketika Naira kembali dengan seluruh belanjaan yang sudah dia kumpulkan di troli.Kepala Naira mengangguk. Setelah ini dia bisa lega tidak perlu kelaparan, tidak perlu berebut makanan dengan kucing kampung di tong sampah.Duh, kalau ingat insiden memalukan di halaman depan, Naira ingin sekali pindah planet karena sempat dilihat tetangga, bahkan ditanya.Tak berapa lama, belanjaan sudah dikemas dalam beberapa kardus besar dan diserahkan ke petugas supermarket untuk dibawa ke parkiran temp

    Last Updated : 2024-06-24
  • Belaian Hangat Om Bastian   27. Rasa Kesepian Ketika Dia Pergi

    Tak ingin pingsan karena kegugupannya dikurung tubuh Bastian, maka Naira memutuskan untuk berbalik sebelum meloloskan diri dari kungkungan pria itu meski risikonya dia akan berhadapan terlebih dahulu dengan Bastian dan tentunya akan lebih canggung lagi.Sayang sekali, Naira seperti macet, tak bisa bergerak lagi setelah dia berbalik menghadap Bastian.Apakah dia perlu menyesali keputusannya barusan?"I-itu ... selai ama madu," jawab Naira terbata-bata, tangannya gemetar saat menyerahkan botol-botol tersebut pada Bastian.Saat tangan mereka bersentuhan, Naira merasakan seperti ada aliran listrik mengalir di kulitnya. Ia cepat-cepat menarik tangannya hingga botol kaca di tangannya nyaris saja jatuh jika bukan karena ketangkasan Bastian yang buru-buru memeganginya.Bastian, masih dengan ekspresi dinginnya, menempatkan botol-botol itu di rak atas tanpa memberi kesempatan bagi Naira untuk menjauh dari kurungan tubuhnya.Sungguh canggung, aroma pria itu menguasai indera penciuman Naira bahka

    Last Updated : 2024-06-24
  • Belaian Hangat Om Bastian   28. Ternyata Tangan Om Sangat Terampil!

    ‘Eh!’ Naira memekik di hatinya.Dia sendiri juga terkejut kenapa mendadak memiliki ide spontan semacam itu. Tapi sudah terlambat ditarik kembali."Ya, um, maksudku ... aku punya bahan makanan di kulkas. Kita bisa masak bareng. Kalau Om mau, sih!" Naira menambahkan cepat-cepat, pipinya mulai memerah.Bastian terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk. "Oke."Naira membuka pintu lebih lebar, mempersilakan Bastian masuk. Mereka berjalan ke dapur dalam diam, suasana masih terasa canggung.Di dapur, Naira mulai mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas."Kita bikin spageti aja, gimana?" usul Naira, masih tidak berani menatap langsung ke mata Bastian.Bastian mengangguk sambil menggulung lengan kemejanya. "Aku potong sayuran, kau mengurus pastanya."Naira memutar matanya. Masih saja Bastian bersikap bossy layaknya di kantor. Apakah pria itu akan kejang-kejang kalau tidak memerintah sebentar saja?“Gunakan pasta penne dan fusilli. Itu yang paling cocok dimasak ama sayuran.” Bastian bersuara lag

    Last Updated : 2024-06-24
  • Belaian Hangat Om Bastian   29. Meladeni Si Dengki

    “Duh! Udah setengah 9!” Naira melirik ke jam tangan di pergelangan tangan kirinya. “Ini gara-gara kelamaan nungguin taksi online yang kena macet, nih!” keluhnya di pagi ini.Karenanya, Naira segera berlari kecil ke arah lobi. Namun, dari arah berlawanan, ada Rinda dan beberapa anak magang lainnya membawa beberapa folder di dekapan masing-masing.“Wah! Wah! Si anak emas emang beda, yah! Jam segini baru datang!” Suara Rinda cukup keras sehingga orang-orang yang ada di lobi menoleh ke mereka.Naira segera menghentikan larinya dan menarik napas panjang.‘Kayaknya dia emang demen nyari masalah ama aku. Oke, aku ladeni sebentar, deh!’ Naira yang mudah tersulut emosi merasa dia tak mau dirugikan dengan ucapan seenaknya Rinda.Suasana lobi kantor pagi itu mendadak terasa tegang saat Rinda menghampiri Naira yang hendak menuju lift Gedung B.“Anak emas apanya? Ini belum jam 9. Apa kamu kurang wawasan? Kurang pengetahuan mengenai peraturan kantor ini kalau jam masuk kerja itu jam 9.” Naira tidak

    Last Updated : 2024-06-25

Latest chapter

  • Belaian Hangat Om Bastian   155. I Love You More

    Sebulan kemudian, Bastian berencana membawa Naira ke kantor E-First, tempat di mana mereka pernah bekerja bersama.“Ini beneran gak apa-apa, Tian?” tanya Naira untuk memastikan saja.Mereka sudah selesai berdandan rapi dan siap berangkat bersama ke kantor Bastian.“Tentu aja nggak apa-apa, Nai. Gimanapun, mereka harus tau ini. Nggak mungkin hubungan kita terus disembunyikan dan menjadi diam-diam aja, kan?” Bastian mengambil tangan Naira, ingin menguatkan hati calon istrinya.Saat ini, Naira sudah membubarkan segala ujian dan apa pun tes yang harus dilalui Bastian. Dia tidak lagi menginginkan itu karena dia sadar bahwa dia tak sanggup hidup tanpa Bastian.Pengalaman di ambang batas kematian membuat Naira memahami apa yang paling dia inginkan.“Kalo mereka marah, gimana? Ntar mereka demo, gimana?” Naira masih khawatir.Dulu rumor hubungan mereka sempat membuat geger kantor dan berhasil ditepis dengan berbagai cara. Sekarang justru hendak dibuka terang-terangan. Akan seperti apa respon pa

  • Belaian Hangat Om Bastian   154. Saling Menyatukan Diri

    “Beneran? Len lairan?! Kapan?” Naira bertanya dengan senyum penuh kebahagiaan, seolah rasa sakit yang tadi dialaminya seketika menghilang.“Setelah kamu kelar operasi dan mendadak aja ketubannya pecah sewaktu mau ngantar kamu ke kamarmu ini. Oh ya, bayinya perempuan,” lanjut Bastian.Naira menatap Bastian dengan tatapan penuh arti. Hari ini benar-benar penuh dengan emosi—kesedihan, harapan, dan kebahagiaan yang semuanya berkumpul di satu tempat.Namun, wajah Bastian kembali serius sejenak saat dia menghela napas. “Ada kabar lain yang perlu kamu tau,” ujarnya. “Vera udah ditahan di kantor polisi. Mereka memastikan dia nggak akan kemana-mana, dan proses hukumnya akan segera berjalan. Sidangnya mungkin akan berlangsung dalam beberapa minggu lagi.”Naira terdiam, memikirkan peristiwa yang hampir merenggut nyawanya. Meski dia merasa lega bahwa Vera akan mempertanggungjawabkan perbuatannya, hatinya tetap tergetar.Kejadian ini meninggalkan luka yang dalam, tapi dia merasa lebih kuat ketika

  • Belaian Hangat Om Bastian   153. Permohonan Naira

    Suster menatapnya dengan penuh empati. "Nyonya stabil untuk saat ini, Pak. Tapi kami harus memantau dengan ketat. Mengenai janinnya... kita perlu menunggu perkembangan lebih lanjut."Bastian mengangguk pelan, meski hatinya masih penuh kekhawatiran. Naira beserta janinnya harus baik-baik saja, mereka berdua harus baik-baik saja. Itu yang menjadi harapan utama Bastian.***Di kamar VIP yang tenang itu, Naira perlahan membuka matanya. Cahaya lembut dari jendela menembus tirai, menyinari wajahnya yang masih terlihat lemah.Saat kesadarannya mulai kembali, matanya terasa hangat dan basah. Mungkin efek samping dari obat, pikirnya.Tapi begitu dia sadar sepenuhnya, yang pertama kali dia rasakan adalah tangan Bastian yang menggenggam erat tangannya.“Om….” panggilnya dengan suara serak.“Nai… akhirnya kamu sadar.” Suara Bastian bergetar pelan, penuh dengan rasa syukur dan kelegaan.Dia menatap Naira dengan tatapan yang penuh kasih, seolah tidak ada yang lebih penting di dunia ini selain dia d

  • Belaian Hangat Om Bastian   152. Mengalami Komplikasi

    “Kamu ngancam aku, Bas? Kamu berani ngancam aku?!” jerit Vera, tak terima.“Jika itu memang harus, maka aku akan melakukannya. Kamu bisa memilih, ingin aku mengambil langkah yang mana.” Bastian menyahut dengan suara dingin.Keributan semakin membesar di bandara, dan Bastian bisa mendengar suara ibunya Vera yang semakin marah, memaki-maki anak buah Bastian.Namun, situasi itu berubah ketika polisi bandara tiba di tempat kejadian setelah mendengar keributan. Mereka segera menahan Vera dan ibunya dari keberangkatan, meminta keduanya untuk tidak meninggalkan negara Scarlet sampai masalah ini selesai.“Aku akan mengurus semuanya,” kata Bastian pada petugas bandara yang mencoba menenangkan situasi. “Jika perlu, aku akan membayar empat kali lipat dari harga tiket yang sudah mereka beli. Yang penting, jangan biarkan mereka terbang.”Polisi dan staf bandara menerima tawaran Bastian. Uang memang bisa menyelesaikan sebagian masalah, pikirnya dengan dingin. Dia menutup telepon, tetapi belum sempa

  • Belaian Hangat Om Bastian   151. Panik

    ‘Kumohon… aku ingin… terus bareng Om… selamanya….’ pinta Naira ketika dia memejamkan mata dan membiarkan dokter memulai operasinya.Di luar, Bastian sibuk mondar-mandir di depan kamar operasi.“Haahh… lama banget, sih?” rutuk Bastian, tak sabar.Helena yang juga ada di sana, hanya memutar matanya dengan jengah pada ucapan Bastian.“Ya elah… baru juga 10 menit, udah diprotes lama.” Helena merespon dengan suara nyinyir. “Buruan duduk! Mual aku liat kamu mondar-mandir rempong gitu!”Helena tidak takut sama sekali pada Bastian meski dia tahu siapa Bastian. Baginya, orang yang sudah membuat sahabatnya sedih, tak perlu ditakuti.Mau tak mau, Bastian menghentikan langkahnya yang bagaikan setrika. Dengan hembusan keras dari napasnya, dia pun duduk tak jauh dari Helena.“Bisa tolong ceritain, gimana kok Naira bisa kena tusuk gitu?” Bastian akhirnya teringat bahwa dia belum mengetahui mengenai kronologi dan latar belakang kejadiannya.Helena melirik sinis ke Bastian, menunjukkan permusuhan seca

  • Belaian Hangat Om Bastian   150. Perutnya Ditusuk

    “A-aku… aku….” Suara Vera bergetar.Vera kaget bercampur syok ketika menatap pisau lipat yang menancap di perut Naira. Meski dia benci Naira, tapi ketika usai menusukkan pisau ke Naira, rasa takut menyergapnya, seolah sebentar lagi dia akan dikejar iblis.“Arghh!” Vera menjerit panik dan bergegas pergi dari sana.Dia memang wanita jahat, tapi untuk berbuat lebih dari sekedar menusuk seseorang, dia tak memiliki nyali mengenai itu.Bahkan, menusuk perut seseorang merupakan kegilaannya paling maksimal dalam hidupnya.Sedangkan di kamar kosnya, napas Naira terengah-engah sambil terus memandangi perutnya.“Perutku… anak…ku….” Naira gemetaran.Takut dan sakit menguasai dirinya. Darah sudah mulai merembes banyak di bajunya.“Gak, gak boleh aku cabut pisaunya. Bahaya….”Di sela-sela kepanikan dan rasa takutnya, dia masih cukup bernalar mengenai itu.Maka, menahan rasa sakit dan dengan langkah tertatih, dia mengambil ponselnya, menghubungi nomor Bastian.“Ya ampun, buruan angkat, sialan! Aku b

  • Belaian Hangat Om Bastian   149. Vera Menemui Naira

    “Ve-Vera?” Naira membeku di tempatnya.Kenapa pula justru wanita sialan itu yang ada di depan pintunya? Naira kesal bukan main, merasa dia begitu sial karena bertemu Vera lagi.Dia sudah ingin menutup pintu karena malas meladeni Vera, hanya saja si rival cinta sudah lebih dulu menahan daun pintu tertutup."Aku pikir kamu udah pergi dari hidup Bastian. Tapi ternyata kamu masih mencoba mencuri dia dariku? Bahkan hidup bareng di sini? Dasar murahan!"Terdengar jelas dari suara Vera, betapa dia membenci Naira yang telah menjadi penghalang dia dan Bastian.Naira mengangkat alisnya, menatap Vera dengan pandangan dingin. “Murahan? Heh, apa urusanmu, ya? Mendingan jaga tuh mulut.”Ada ketidakrelaan di hatinya ketika dia dihina oleh Vera.Naira tak tahu bahwa Vera sudah mengerahkan segenap sumber dayanya untuk menemukan dia dan Bastian. Semenjak Bastian menegaskan ke Vera untuk berhenti mengganggunya karena sosok Naira yang sudah dipilih Bastian, Vera terus mengusahakan apa pun agar bisa mene

  • Belaian Hangat Om Bastian   148. Ditinggalkan

    “Hah~ begitu, yah?”Bastian menghela napas panjang, melirik Naira yang sedang duduk di tempat tidur.Jelas, dia terjebak di antara dua dunia—pekerjaan yang sudah mulai merenggut waktunya, dan usahanya untuk membuktikan kepada Naira bahwa dia benar-benar serius dalam hubungannya.Naira yang mendengar pembicaraan itu melalui loud speaker pun berbisik, “Pergi aja, gak apa-apa, kok!”Mata Naira berkedip-kedip menatap Bastian yang termangu memandanginya, seolah pria itu sedang mencari makna tersembunyi dari ucapannya.Setelah diam sejenak, Bastian akhirnya berkata, “Oke, Gandi. Aku akan ke kantor hari ini. Tolong jadwalkan ulang rapat yang tertunda dan kasi tau semua direksi kalau aku akan segera ke sana.”Setelah menutup telepon, Bastian menatap Naira dengan wajah penuh kebingungan. “Aku harus ke kantor, Nai. Udah terlalu lama aku nggak muncul di sana, dan ini masalah penting. Aku janji nggak akan lama-lama, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini.”“Iya, aku paham, kok!”Naira yan

  • Belaian Hangat Om Bastian   147. Siapa yang Mesum?

    "Nai, aku mesum gimana, sih?" Bastian berlagak menderita atas tuduhan Naira.Padahal dia menahan tawa geli."Kamu... kamu bisa-bisanya ambil aku dari... dari kasur! Nih! Aku bangun malah udah di lantai gini!" Naira sewot.Wajahnya cemberut dengan bibir mengerucut karena kesal."Loh Nai, kalau aku bawa kamu turun ke lantai, pastinya kamu bakalan terbangun, dong." Bastian memberikan sanggahan.Ucapan Bastian mengakibatkan Naira harus diam untuk berpikir.'Iya juga, sih!' batin Naira. 'Kalo aku ditarik atau dibopong turun dari kasur, ya kali aku gak ngerasa apa pun? Pastinya aku bakalan kebangun. Tapi... kok bisa gitu, sih?'Masih ada banyak tanda tanya di kepala Naira mengenai dirinya ada di lantai bersama Bastian."Nai, mungkin kamu sendiri yang turun ke bawah untuk tidur sama aku." Bastian justru menambahkan lecutan di hati Naira.Dia yang turun ke lantai untuk bersama Bastian?"Enak aja! Pede amat!" pekik kesal Naira.Tapi kalau dipikir-pikir....'Apa aku punya kecenderungan sleep wal

DMCA.com Protection Status